Tarian anak anak bergemuruh di balik tembok besar, tertutupi rerumputan tinggi, ingin rasanya ku berjalan di atasnya melihat mentari yang menumpahkan sinar suci.
Siang ini aku berdiri di sudut tembok, menimbang nimbang untuk berjalan atau lari kencang, sebab kaki lusuh ini telah ditarik sulur sulur api yang membara, membakar jiwa tak berdosa yang tak sempat diselamatkan oleh empu nya.
Lautan api ini menenggelamkan harapan, "kejam" kata ku. Doa doa bertebaran dari tangan yang pernah ku kenal disertai suara tangisan nyaris memadamkan hanguskan lautan merah bernanah.
Cahaya silau menyinari lautan sesak, dipenuhi jiwa jiwa yang kini tersesat, arusnya membawa banyak sekali pendosa, berjalan melintasi gerbang rerumputan di bait pertama yang ku tumpahkan menjadi sebuah kata kata, yang masih ku ragukan makna nya.
Di baris akhir ini, ku teriakkan dengan lantang di hati paling dalam "ini terdengar gila! Sesungguhnya ini hanya ilusi yang ku tulis segenap hati tanpa tau kemana harus bermuara"
Biar, biar saja baris baris ini tak pernah memiliki akhir, biar biar para pendosa terombang ambing di lautan api sana.
By : Gilang Putra Pratama
27 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled [Canceled]
PoetryKumpulan kata kata yang di ucapkan oleh sang empunya entah aku ragu akan makna dan kegunaan nya "Attention" semua kata kata murni dari imajinasi saya sendiri jadi saya sangat tidak menyukai adanya pengcopyan Cover by : Gilang Putra Pratama