1. Rumah

8 1 0
                                    


Sudah 5 tahun lamanya Arsellia tak mengunjungi kota kelahirannya. Setelah Nini meninggal dirinya sudah tak pernah lagi berkunjung kesini. Gadis bernama lengkap Arsellia Kiandra Rasvati itu sudah tidak sama seperti dirinya 5 tahun yang lalu. Gadis polos itu sudah berubah menjadi gadis yang galak dan cuek juga tak mempunyai teman.

Arsellia ke Bandung ditemani oleh Mamanya. Setelah pertengkaran orang tuanya semalam, mereka berdua memilih untuk mengalah dan pergi dari rumah. Akibat Papanya diharuskan memilih wanita lain yang sedang mengandung selama 4 bulan ulah dari hubungan diluar pernikahan mereka.

Tentu malam itu Hani dan Arsellia sakit hati akibat ulah Arman yang ternyata bermain dibelakang. Arsellia harus rela tak mempunyai sosok Ayah.

Hani mengelus kepala anaknya yang sedang menatap keluar kaca mobil. Gadis itu tersenyum melihat pemandangan kebun teh yang sangat luas. "Mah, kapan-kapan kita foto-foto disini yuk?" ujar Arsellia.

"Ayo, kamu pasti kangen Bandung ya?" tanya Hani.

Arsellia mengangguk. "Kangen banget. Aku gak pernah kesini lagi kan setelah Nini ngga ada." gadis remaja itu cemberut mengingat neneknya.

"Udah jangan sedih. Nanti kita ke makam Nini ya?" balas Hani. Arsellia tentu mengiyakan ucapan Mamanya.

"Sel, kamu ngga apa-apa kan sementara kita tinggal sama Tante Wina dulu?" Hani menatap wajah anaknya. Sebelumnya dirinya sudah bertanya, namun hanya ingin memastikan saja, takut Arsellia tidak nyaman nanti.

"Ga papa kok Mah, Asel malah seneng dan nyaman di Bandung. Ya walaupun Asel gak bisa bahasa sunda, tapi nanti pengen belajar ah!" seru Arsellia.

Hani terkekeh. Anaknya ini memang sangat aktif. Walau ia tau Arsellia tentu nyaman di Jakarta, tapi gadis itu sama sekali tak memperlihatkan kalau dirinya tak suka dengan kepindahannya ini. "Nanti belajar sama Dimas ya?" sahut Hani.

"Dimas? Anaknya Tante Wina sama Om Dewa?" tanya Arsellia. Hani mengangguk. Wina itu adalah adik dari Hani, dan Dimas itu anak dari pernikahan Wina dan Dewa.

"Ih kangen tau! Dimas sekarang kaya apa ya? Masih tengil gak sih dia tuh Mah?" tanya Arsellia.

Hani tertawa, "hus kamu tuh ga boleh ngatain dia tau hahaha.. gitu-gitu dia sepupu kamu."

"Oh iya, nanti kamu sama Dimas satu sekolahan. Kabar terakhir dari Tante Wina sih katanya Dimas pinter main catur, pernah juara 1 juga tingkat provinsi." Hani menatap wajah Arsellia.

"Wih keren tuhh.." balas Arsellia. "Btw, Mah. Ini masih lama?"

"Bentar lagi nyampe kok. Di maps sih tinggal belok terus lurus ke kiri." balas Hani. Arsellia mengangguk.

Tak lama perjalanan, mobil berhenti didepan rumah berlantai 2 dengan cat cream dan ada mobil didepannya. "Turun, Nak." ujar Hani.

Seorang satpam membukakan gerbangnya. Kemudian menampilkan seorang wanita dan pria yang diketahui adalah Tante Wina dan Om Dewa. Mereka dan Hani asik bersalim.

"Eh ini si Asel? Udah gede ya hahaha.. Dulu mah masih cimit-cimit kalo kesandung nangis sampe bikin geger se-RT." tawa Tante Wina.

"Ih tante, engga kali ah, lebay." balas Arsellia.

"Ih makin geulis aja ya si Neng." sapa Om Dewa.

"Ya geulis atuh pan awewe, maenya kasep. Ya Sel?" sahut Tante Wina dengan kekehannya.

"Dia mah ngga bisa bahasa sunda Win," balas Hani.

"Oh iya lupa, anak Jekardah ya Sel?" ledek Wina. Arsellia hanya terkekeh kebingungan saja. Lagian gak tau juga mau jawab apa, dirinya sama sekali gak ngerti bahasa sunda. Dirinya besar dan tumbuh di Jakarta Selatan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAPPIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang