Setiap manusia berhak egois jika tujuannya untuk melindungi diri dan orang tercinta disekitar nya, kan?
Dan salah benarnya keputusan itu bukan urusan para pengamat, kan? Apalagi tidak merugikan kalian, si pembuat keputusan juga tidak merasa rugi atas keputusannya.
Lalu, apa kalian tau? Sebuah pertanyaan sederhana bagi kalian belum tentu sesederhana itu untuk pihak lainnya — apalagi aku?
Jadi, tolong mengerti! Jangan tanya lagi! Atau kubakar pori-pori di lubang hidungmu.
—xXx—
Itu Minggu yang lain, tapi terasa familiar bagi gadis bertopi yang baru 15 menit duduk di hadapan gadis lainnya.
15 menit yang isinya; menyapa, basa-basi, angkat topik, lalu — "Gua diajak ketemuan sama cowok. Boleh gak Nau?"
Seharusnya Nauzea tidak salah ingat karena ingatannya masih cemerlang. Minggu yang seperti ini pernah terjadi tiga bulan lalu. Dengan rangkaian yang sama, pertanyaan sama, dan sahabat yang sama — Haura.
"Kenal dari mana?" tanya Nauzea.
Ada jeda sebelum Haura membalas, "Instagram."
Nauzea juga memberi jeda untuk responnya yang hanya mengangguk sekilas. Sikapnya tampak santai dengan bermain test brain sembari mendengar cerita Haura.
"Minggu depan Nau. Kebetulan ada film bagus kan di bioskop. Jadi dia ngajakin nonton ke supermall," tambah Haura.
"Supermall kota?"
Haura mengangguk.
"Orang kota ini?"
Diangguki lagi, tapi Haura menambahkan antusias, "Alumni SMA 1 lagi. Keren kan?"
Dikira informasi itu akan membuat Nauzea antusias juga — karena, siapa tau orang pintar bakal tertarik juga dengan orang pintar — tapi Nau tetaplah Nau. Pendiriannya kokoh, sulit digoyahkan meski Haura berubah jadi ibu tirinya sekalipun.
"Ya mana tau saya. Kan anda yang tau dia." Begitu respon Nauzea.
Bukan respon yang buruk. Meski Nauzea tidak tertarik, tapi dia selalu mendengarkan dengan baik curhatan Haura apa saja — mostly tentang cowok, apalagi oppa Korea. Mereka saling mengenal sejak SMA, tepatnya di kelas 12. Hanya setahun kenal, siapa sangka malah jadi akrab sampai setelah lulus pun masih berhubungan dekat begini. Sahabat lah pokoknya.
Jika Haura itu gadis manis yang friendly dan senang sosialisasi, maka Nauzea adalah gadis manis yang sulit sampai ngeri didekati. Serius nih, ekspresi alami dia tuh sebenarnya imut-imut polos gitu yang lelaki pasti gemas untuk mendekatinya. Tapi kenyataan nya, Tomy saja yang gemar merusuhi Haura dari kelas 10 sampai Kelas 11 SMA dulu — dibuat tidak berkutik setelah sekali mencoba mengganggu Haura didepan Nauzea saat kelas 12.
Jangan tanya diapain, pokoknya isi makanan kantin yang dimakan Tomy keluar semua.
Yah, itu contoh kecil. Tak banyak juga Nauzea berlaku seperti itu karena dia masih menimbang cara seperti apa untuk menyingkirkan sampah masyarakat berjenis kelamin lelaki. Lagipula dia sering tidak peduli dengan kaum itu.
Oh, iya, benar! Seperti itu pandangan Nauzea terhadap laki-laki.
"Namanya Raka. Mau liat orangnya gak? Gua ada fotonya nih," ujar Haura. Menyodorkan ponsel. Nauzea melihat sosok pria berhoodie yang bersendekap, merasa wajar Haura bisa tertarik karena style rambut pria itu hampir seperti idol Korea yang diagungkan sahabatnya itu.
"Keren gak? Keliatan kayak orang baik kan?""Cowok tiga bulan lalu yang lu kasih unjuk juga lu bilang keren, keliatan baik," balas Nauzea.
"Ya kan yang kemaren cuma kenalan by chat aja, gaada ngajak ketemu. Gua anggap orang numpang lewat aja kalau gitu mah."
Nauzea terkekeh sarkas. "Duh sahabatku, gak ada kapoknya dah."
Dibalas cengiran oleh Haura. "Jadi, Nau, gua boleh minta sesuatu?"
.
.
.Walau hanya mengenal dalam waktu singkat, Haura tau beberapa hal tentang Nauzea. Dia gadis pemalas paling cerdik yang pernah Haura kenal. Jarang tampak antusias dan memilih tidur saat jam kosong tapi nilainya tergolong 10 teratas. Di muka umum cuek, tapi akan jadi konyol pada orang yang sudah akrab dengannya. Nauzea sulit dibaca, belum ada seorang pun yang tau cara memahaminya. Haura bahkan tidak tau pasti bagaimana isi pikiran dan hati Nauzea. Kadang dia cengengesan pas jatuh keseleo. Atau tidak tertawa ketika teman kelas jahil melawak. Atau saat dibuat kecewa sahabatnya, dia hanya mengangguk-angguk saja tanpa marah. Seolah Nauzea tidak membiarkan orang menebak tentang dirinya.
Dan, Nauzea itu baik banget. Meski jarang interaksi dan tak berteman, ia tak ragu menolong sekitar. Kepeduliannya tinggi terhadap orang lain mau itu kenal atau tidak. Ramah — tapi ya, ini hanya berlaku pada perempuan saja. Kalau ada istilah 'sikap gentleman' untuk para lelaki, nah Nauzea punya sikap itu tapi versi ceweknya.
Jika berhadapan dengan lelaki, Nauzea seperti berubah kepribadian. Jangankan dikasih tatapan ramah atau lembut, dilihat pun kagak sama Nauzea. Kalau kurang ajar, kaki Nauzea bisa sampai di bagian tubuh mana saja yang lelaki punya. Hal paling baik yang Nauzea lakukan pada lelaki cuma satu, cuekin.
Entah kapan tepatnya sikap itu ada, tapi Haura sedikit tau penyebabnya. Nauzea membatasi diri begitu, karena para lelaki yang dilihatnya selalu memberi pengalaman buruk. Maksudnya bukan lelaki yang berhubungan langsung dengan Nauzea, tapi dengan sekitarnya. Misal, ada yang curhat pada Nauzea sampai nangis-nangis karena diputusin cowok, itu bikin Nauzea kesal. Guru cowok ngebentak murid cewek sampai ketakutan, dia juga kesal. KDRT di drakor aja bikin dia sewot juga. Emang aneh sih, tapi ya begitu. Tidak tahu juga kenapa bisa begitu.
Satu hal yang pasti, Nauzea benci jika kelemahannya diketahui. Makanya dia bersikap kuat dan tangguh supaya kekurangannya tertutupi. Dia sama sekali tidak memberi celah untuk orang lain mengetahui banyak hal tentangnya.
Termasuk kisah kelam dalam hidupnya.
Paragraf ini rahasia yaa... Nauzea itu broken home. Ayahnya selingkuh dan berakhir perceraian. Tante tersayangnya, yang merupakan adik ibunya, juga punya derita akibat pasangan. Hal itu yang memaksa Nauzea menjadi sosok yang sekarang demi melindungi orang-orang tersayang nya. Dia bahkan tak masalah jika hanya hidup dengan Ibu dan tante-nya. Nauzea sanggup menjadi tulang punggung mereka, toh dia bisa apa saja tanpa bergantung siapa-siapa.
Jadi untuk apa ada lelaki di dunianya? Do I need a soulmate? Tch! Menyusahkan saja.
.
.
.Say hi to Nauzea!
And her bestfriend, Haura!
;; Nyoba lagi nyoba lagiiiii~ JANGAN DITUNGGUIN PLEASE, belum tau bisa kelarin apa kagak..
;; Story ini ditulis di masa aku lagi struggle, sedikit insecure banyak cemasnya~
nyoba buat tetap ada dan gak hilang. Gatau ini aneh banget nulisnya sekarang😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Need A Soulmate?
Teen FictionMari berkenalan dengan Nauzea. Usia 19 tapi sulit dipercaya. Punya banyak kelebihan, dan keahlian utamanya yaitu, 'keras.' - maksudnya keras kepala, keras hati, keras tendangan. Kalau ditanya first impression, kebanyakan akan berpikir ; bocah imut y...