Part 1 : The Mission

12 10 8
                                    

Suara gerimis disambut dengan petir menggelegar. Tetesan air dari genting terdengar jelas. Air sungai mengalir dengan tenang. Warnanya yang jernih bercampur dengan warna merah yang entah darimana. Tunggu, merah?

"Berita terkini, seorang pria ditemukan tewas di dekat sungai dengan luka sayatan di bagian leher. Diduga ini adalah korban ke tujuh di kota kita, yang tentu saja ini ulah dari pembunuh berdarah dingin yang kita kenal dengan sebutan The Black Wolf. Karena ditemukan ukiran Serigala dibagian punggung korban. Sudah jelas sekali, itu ciri khas pembunuh berdarah dingin tersebut." Suara Reporter yang terdengar dari televisi.

Hening sejenak, menyisakan suara gerimis.

"Wah, pembunuh ini benar-benar gila. Dalam tiga bulan sudah membunuh tujuh orang." Celotehan dari seorang wanita, siapa lagi kalau bukan Erina.

"Rin, apa kau tidak takut kalau korban selanjutnya adalah kita berdua?" Tanya Erina menghadap padaku.

Aku tak begitu mendengarkan karena asik menyeruput mie, sesekali meniupnya karena masih panas.

"Arin, apa kau mendengarku?" Tanya nya lagi dengan suara yang agak keras.

Hening sejenak~~

"Hmm, apa kau bisa diam? Aku lapar Erina. Aku ingin menikmati mie ini tanpa ada hambatan." Jawabku tanpa melihat ke arahnya.

"Setidaknya kau menjawab beberapa kata" Helaan Erina dengan memasang wajah cemberut.

"Hei, kenapa cemberut? Baiklah, aku tidak takut jika sasaran selanjutnya adalah kita. Lagi pula siapa yang mau membunuh ku, kurasa aku tidak mempunyai musuh sama sekali. Begitu pula denganmu, dan untuk apa dia membunuh kita. Apa untungnya coba." Gerutu ku sambil memakan mie.

"Benar juga, tapi tetap saja aku khawatir." Erina terkekeh sambil menyeruput mie nya juga.

"Oh iya Arin, bukankah ini terlalu sederhana bagi pembunuh itu? Maksudku tidak seperti biasanya. Sekarang hanya luka sayatan biasa, yang tidak ada luka sama sekali selain di lehernya. Biasanya kan iya membunuh dengan pistol, atau memukulnya sampai babak belur dengan luka lebam di mana-mana dan sampai ada yang patah tulang. Dan bahkan ia akan menambah beberapa tusukan dibagian perut yang menyebabkan kerusakan organ. Dan yang aku dengar, ada salah satu korban yang organ dalamnya itu sudah tidak ada. Huh, mengerikan sekali. Bukankah kasus yang sekarang aneh?" Tanya Erina sambil menjelaskan panjang lebar.

"Wah, apa kau penggemarnya? Kau bahkan tau sampai akar-akarnya. Kemarin di sekolah kau menceritakan kronologi kejadian korban pertama sampai ke enam. Besok apa lagi haha?" Tanya ku sambil terkekeh mendengarkan penjelasan sahabat ku itu.

"Arin, bukan seperti itu. Aku hanya penasaran, bukankah aneh?" Tanya Erina sekali lagi.

"Kurasa korban yang satu ini tertidur, jadi dia dengan mudah membunuhnya tanpa ada perlawanan sama sekali dari korban." Jawabku asal-asalan.

Erina terdiam sambil menganggukkan kepalanya. Aku hanya bisa tertawa dalam hati, apa dia mempercayai gurauan ku itu haha.

"Ini sudah larut malam, sebaiknya kau pulang sebelum hujan semakin deras." Aku mengatakannya sambil membereskan sisa makanan kami.

"Apa kau mengusirku?" Tanya Erina dengan suara khasnya yang nyaring.

"Bukan begitu, nanti kamu dicari sama Tante Nia." Jawabku tanpa melihat kearahnya.

"Hmm, baiklah aku pulang." Suara Erina kembali menurun dan dia beranjak pergi.
Punggung Erina sudah terlihat jauh dari halaman rumahku.

"Erina, apa kau baik-baik?" Tanya ku sambil berteriak padanya.

Ia tak menjawab, tapi mengacungkan jari jempol pertanda ia baik-baik saja.
Tapi kurasa tidak. Lihatlah caranya berjalan seperti orang malas saja.

Oh iya, rumahku dan Erina tak jauh, hanya beberapa meter saja. Aku sudah berteman dengan Erina sejak kecil hingga sekarang. Dan aku tinggal sendirian di rumah, orang tuaku pergi ke luar kota. Aku tidak tahu kapan mereka akan pulang, mereka belum mengabarkanku. Aku mempunyai Nenek, tapi dia tinggal jauh dariku.

~~

Di sekolah aku bertemu dengan Erina dan Kevin. Kami berteman dengan Kevin sejak kelas sepuluh, orangnya baik, ramah, tapi tengil gitu sih.

Bel masuk berbunyi, semua murid bergegas ke kelas masing-masing.

"Untung saja ini bukan pelajaran Mr. Andi." Ucap Kevin sambil mengusap dadanya.

"Memangnya kenapa?" Tanyaku sambil mengeluarkan alat tulis dan meletakkannya di meja.

"Apa kau tidak melihatnya? Rambutku panjang, jika dia melihat rambutku seperti ini, dia pasti langsung mencukurnya seperti bola. Lihatlah pria di kelas sebelah, kepala nya bisa memantulkan sinar matahari." Jawab Kevin dengan candaannya.

Aku terkekeh, tidak dengan Erina, ia tertawa terbahak-bahak mendengar candaan Kevin.

Guru sudah masuk kedalam ruangan, diikuti dengan sosok pria dibelakangnya.

"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan siswa baru pindahan dari Luar Negeri." Sapaan guru kami dipagi hari ini. berbeda, yang biasanya saat masuk langsung marah-marah tanpa sebab, siapa lagi kalau bukan Mr. Andi wali kelas kami sekaligus mengajarkan pelajaran matematika.

Kevin yang melihat Mr. Andi langsung menunduk, hendak bersembunyi. Sepertinya Mr. Andi tak melihat Kevin.

"Wah dia tampan sekali."
"Haa, dia tinggi, kulitnya putih bersih. Cocok sekali menjadi pasanganku."
"Badannya juga bagus sekali, seperti atlet."
Yaa, begitulah suara yang terdengar di kelasku.

"Nak, silahkan perkenalkan diri mu." Mr. Andi mempersilahkannya untuk maju selangkah ke depan.

"Halo, nama ku Rayan Andrepati. Kalian bisa memanggilku Ray. Senang bertemu dengan kalian semua." Ia memperkenalkan dirinya dengan raut muka datar.

Jujur, aku saja mengakui kalau dia memang tampan.
Aku tak bisa berhenti menatapnya, seketika aku tersentak karena Erina.

"Rin, bukankah dia terlihat familiar?" Tanya Erina

"Maksudmu?" Tanya ku kembali sambil menoleh ke arah Erina.

Erina tidak menjawab, dia hanya fokus menatap orang yang terlihat familiar baginya. Aku tidak mengerti, aku masih menatap Erina menunggu jawaban.

 Aku tidak mengerti, aku masih menatap Erina menunggu jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Putri Arini Delina

Putri Arini Delina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayan Andrepati

Haii guyss, this is my first story'. So, terimakasiii buat teman-teman yang meluangkan waktunya membaca cerita ini🤗❤️
.
.
.
.
.
.
Judul : The Mission
By : Quratul Aini
Instagram : qaini__4

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang