"Gimana, Artha? Kamu suka yang mana?"
"Aku suka semuanya tapi yang satu ini lucu banget..." jawab perempuan itu sambil menunjuk satu vidio. "Kalo nggak keberatan, boleh nggak aku minta vidionya?"
"Boleh dong. Anyways, makasih buat pemotretan dan shoot hari ini, pasti capek banget."
"That's okay, aku nikmatin banget kok."
Artha menampilkan senyum ramahnya. Senyum yang menarik perhatian publik selama 4 tahun ini berkarir di dunia permodelan meskipun namanya baru melejit setahun terakhir.
"Ta, siap-siap yuk?"
Artha menoleh, itu Zara sambil membawa tablet kerjanya, manager sekaligus temannya. Artha mengangguk sekilas sebelum kembali melontarkan senyum, "Kak, aku pamit ya."
"Fee nya aku konfirmasi lagi ke Zara, ya." Artha mengangguk tapi sebelum kakinya melangkah suara Ayudia kembali membuatnya menoleh. "Ini, bawa pulang ya, gift dari kami."
"Banyak banget..."
"Nggak seberapa, diterima ya."
Artha kembali melontarkan senyum. Ayudia termasuk yang paling dekat dengannya dari brand yang memakai jasanya sebagai brand ambassador. Makanya begitu tahu Ayudia datang di pemotretan dan shoot untuk majalah kali ini Artha jadi lebih semangat.
"Ta, si Barra ngehubungin terus tuh dari tadi. Udah sempet gue angkat sih tadi dan kasih tau kalo lo masih ada shoot," kata Zara begitu keduanya memasuki mobil dan tak lupa memberikan segelas teh kamomil dan ponsel perempuan itu. "Lo hubungin balik coba."
Artha mengangguk lalu menghubungi Barra dan tidak perlu menunggu lama Barra langsung mengangkat panggilannya.
"Di mana?"
"Ini baru mau balik."
"Pantes aja apart kosong. Udah makan?"
"Nanti paling drive thru di jalan."
"Eh? Jangan dong, Ta," Artha memicing. Tumben banget Barra begini, biasanya cuma oh aja. "Kita delivery aja."
"Oke, kalo gitu sesuain aja, Barr."
"Nggak mau request?" Perempuan itu sejenak berpikir, barangkali ada sesuatu yang dia ingin makan atau minum tapi setelah memakan beberapa waktu akhirnya Artha memutuskan,
"Nggak ada."
Setelah mengatakan oke, Barra langsung menutup panggilan membuat Zara yang duduk di sebelah Artha menggelengkan kepalanya.
"Bener-bener deh ya, lo berdua. Yang satu kebanyakan mikir tapi dikit ngomong, yang satu lagi perhatian tapi diem mulu kayak orang naber, pantes aja awet berdua."
"Lo ngomong kayak gitu seakan gue sama Barra punya romance relationship tau, nggak?"
"Tuh! Pake segala mengelak gitu! Biasanya yang ngelak kayak gitu tuh yang ternyata naksirnya banget-banget." Artha mencubit lengan temannya itu sambil menatap tajam. "Mulut lo, Zara. Gue sama Barra mana mungkin punya relation yang kayak gitu apalagi kita udah temenan dari dulu banget. Kayak yang nggak mungkin."
"Jangan ngomong kayak gitu lho, Ta. Nanti kamu malah jilat ludah sendiri." timpal Mas Deon sambil sibuk menyetir.
Pikiran Artha langsung berkecamuk sendiri. Sejauh bersahabat dengan Barra tidak pernah terbesit satu pikiran pun untuk menyukai manusia semacam laki-laki itu. Bukannya kurang tampan atau bagaimana, justru rupa Barra di atas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kissproof
FanfictionBarra yang tanpa sengaja mematahkan lipstick shade favoritnya Artha. "Lipstick gue kok bisa hancur lebur gini, Barra?!" "Tadi cuma gue liat doang, sumpah, Ta."