Dingin...
Dentingan suara angin dan hujan terus menerus menghantam beberapa benda yang ingin mereka lewati. Beberapa pohon berusaha memegang erat tanah yang mereka pijak agar tak ikut terbawa angin. Dengan derasnya hujan tak ingin kalah, memberi suara khasnya pada tiap atap-atap tempat ia mendarat. Sangat tidak aman untuk berada di luar rumah pada cuaca seperti ini. Lebih baik kau menikmati coklat hangat dengan selimut tebal berbulu milikmu.
Aroma sup rumahan menyeruak masuk ke dalam hidung, membuat siapapun akan merasa lapar jika menghirup baunya. Di tambah dengan rempah pilihan, membuatnya semakin epic untuk di nikmati dalam keadaan seperti ini. Suara ketukan pintu mulai terdengar beberapa kali di luar ruangan. Didalamnya ada seorang puan yang tengah bergelung dengan selimut tebal miliknya, seolah enggan melepaskannya. Selimut itu berhasil melilit penuh tubuhnya.
Tubuh mungil dengan rambut hitam pekat pendek, tentu saja tak ketinggalan dengan hidung mancung nan mungil dan bibir tipis ranum miliknya. Mata almond miliknya enggan sekali untuk terbuka. Dingin... lagi-lagi kata-kata itu lolos dari bibir mungil miliknya. Ia menggesekkan ke-dua kakinya untuk menghasilkan hawa panas. Siapa tau hal itu bisa mengurangi rasa dinginnya bukan?
Arabella Anastasia Thompson, mungkin itu nama yang cantik dan pas untuk dirinya. Bella. Sapaan khas untuknya, ia memiliki ambisi yang cukup besar. Yah... dengan beberapa kepribadian yang berbanding terbalik dengan banyak orang. Akhir-akhir ini ia mencoba kembali bersikap untuk tidak perduli dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Bahkan, untuk dirinya sendiri. Lingkungan, keluarga, sahabata, tempat ia bersekolah pun tak ada yang bisa mengerti dirinya. Hmm... memang, lagi-lagi hanya diri kita sendiri yang dapat memahami diri kita sendiri.
Lagi-lagi suara ketukan pintu di membuatnya harus bangun dari ranjang kesayangannya. Ranjang yang penuh dengan boneka teddy bear. Bella mengernyitkan keningnya, menatap seluruh sudut yang ada di kamarnya. Ramai sekali kamarku... Ada banyak sekali gambar dan tulisan yang memenuhi dinding di kamarnya. Ia hanya tersenyum nanar melihat beberapa gambar milik seseorang yang tengah membuatnya menjadi seperti ini. Seperti orang yang enggan untuk melanjutkan hidupnya kembali. Bella mencoba beranjak menuju ke arah kamar mandi. Ia mengusap kaca kamar mandi yang sedikit berembun, untuk menatap dirinya. Ia tersenyum sambil merapikan rambutnya yang terlihat sangat berantakan. Ia meregangkan sedikit tubuh mungilnya sebelum keluar dari kamarnya.
Langkah kakinya segera berjalan menuju ke wastafel pencucian piring. Ada seorang wanita di balik sebuah kompor, ia tengah sibuk mencicipi masakan yang akan di hidangkan nanti. Wanita paruh baya, mata almond miliknya sangat mirip dengan milik bella. Ahh... Kau bisa menebak siapa wanita yang satu ruangan dengan bella saat ini. "Bantu aku untuk mencuci daun bawang ini sebentar" ia memberikan daun bawang besar yang masih terbungkus di dalam plastik. Mereka membelinya pekan kemarin di sebuah supermarket. Bella mencuci daun bawang itu dengan bersih sebelum ia memberikannya kembali.
Bella menatap sebentar orang yang kerap ia panggil ibu. Menghela napasnya, tanpa membuat suara helaan itu terdengar oleh ibunya. Ibunya merupakan keturunan asli dari korea dengan marga Park. Lalu kenapa nama bella tidak memiliki marga korea sedikitpun? Nyonya Park Seo Won menikah dengan orang keturunan Turki-Jepang. Kini mereka menetap di pinggiran kota New York. Sebuah kota yang hampir tak pernah tidur, selalu ramai dan selalu bekerja. Nyonya Park hanya bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga, terkadang ia menghabiskan waktunya untuk melukis dan berkumpul dengan para wanita sosialita yang merupakan istri dari rekan kerja suaminya.
Ia melanjutkan kembali untuk mencuci piring, di depannya ada sebuah jendela kecil. Dari sana ia bisa melihat beberapa rumah yang terlihat masih sepi. Mungkin karena hujan. Menjadi orang asia yang tinggal di negara barat itu agak sedikit sulit. Belum lagi jika mereka menganggap keluarga bella itu sedikit berbeda. Tak jarang bella dan ibunya mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari penduduk di sana. Hujan masih terus saja turun, jam sudah menunjukkan jam 10 pagi. Tapi hari masih terlihat seperti jam 5 pagi. Selesai mencuci piring, bella menghidupkan tungku perapian yang ada di ruang tamu. Mereka rajin menyalakan tungku perapian pada saat musim dingin seperti ini, atau kau akan mati membeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunrise
FantasyKetika takdir harus berubah di karenakan seorang sosok manusia. Lantas apakah mereka para makhluk yang kastanya lebih tinggi dari manusia mau mengalah demi seorang manusia saja?