Senyum otomatis muncul di wajah Jihyo saat ia menemukan Mina sedang berdiri sendirian di pinggir jalan menunggunya.
Menepikan mobilnya, Jihyo menurunkan jendela. Berdeham pelan saat akan berbicara.
"Taksi mbak?"
Mina yang sedang fokus pada handphonenya menjawab tanpa mengangkat kepalanya.
"Enggak, makasih."
"Yakin nih mbak?"
"Iya yakin."
"Seriusan yakin?"
Karena kesal terus ditanyakan hal yang sama berulang kali padahal jawabannya sudah jelas, Mina mengangkat kepalanya, niat hati ingin menolak lagi dengan lebih tegas. Namun ketika ia melihat wajah Jihyo dengan senyum tengilnya ekspresi Mina berganti.
"Jihyoo!!" Refleks Mina memajukan bibirnya, cemberut. Sedangkan Jihyo hanya terkekeh pelan.
"Maaf, abisnya kamu serius banget main hpnya," ucap Jihyo saat Mina sudah memasuki Mobil dan duduk di sampingnya.
"Aku lagi balesin chat tadi," Mina memasang sabuk pengamannya, handphone yang sebelumnya ia pegang disimpan di pangkuannya.
"Chat siapa?"
Mina menoleh, menyadari intonasi Jihyo yang sedikit berbeda. "Kak Je, katanya nanti kita mampir dulu ke supermarket buat beli bahan barbequenya, Kak Je tadi mau beli tapi malah kelewatan supermarketnya."
"Jangan curiga ataupun cemburu, ini Kakak aku sendiri," lanjut Mina menambahkan.
"Gak ada yang cemburu atau curiga, aku cuman nanya," jawab Jihyo, ia mulai menjalankan mobilnya.
Mina terus menatap Jihyo dengan tatapan tak percaya. Jihyo yang merasa sedang diperhatikan menoleh sekilas. Menemukan Mina dengan tatapan tak percayanya.
Jihyo menyerah melihat tatapan Mina. "Iya iya aku cemburu sama curiga awalnya. Sedikit."
"Cuman sedikit?"
Jihyo tak menjawab pertanyaan itu, ia hanya memajukan bibirnya, cemberut.
"Abisnya kamu keliatan fokus banget main hpnya. Aku yakin chattan sama aku aja gak sefokus itu."
Mina mengalihkan atensinya ke depan, menatap jalanan. Ia mengangguk pelan.
"Aku emang gak pernah fokus kalo chattan sama kamu," Mina melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kalo chattan sama kamu aku jadi senyum-senyum terus. Jadi gak fokus juga karena ngebayangin ekspresi kamu bener-bener kayak emoji yang kamu kirim. Kalo udah kebayang kayak gitu, biasanya aku suka gemes sendiri pengen terbang ke tempat kamu terus meluk sampe puas," Mina kembali menoleh ke arah Jihyo, tersenyum tipis saat rona merah mekar di kedua pipi Jihyo.
Jihyo tak membalas perkataan Mina, ia hanya berdeham menanggapi. Tanpa berkaca pun Jihyo tahu sekarang pipinya pasti sudah semerah ketchup kesukaan Mina.
Yah, Jihyo tak jarang menemukan dirinya dalam situasi seperti ini. Dalam situasi dirinya yang salah tingkah dan wajah merahnya sebagai bukti dengan Mina disampingnya sebagai pelaku.
Dulu, bahkan sebelum mereka berdua bersama (dalam artian berpacaran), Mina memang sering dan lihai membuat pipi Jihyo bersemu merah. Entah itu dengan kontak fisik yang tiba-tiba, kata-kata manis dan pujian dari Mina, atau kehadiran Mina sendiri bahkan bisa membuat pipi Jihyo meniru warna tomat yang matang.
Saking seringnya, rasanya Jihyo merasa Mina memang melakukan semua hal itu dengan sengaja untuk melihatnya berubah sepenuhnya menjadi tomat merah yang siap petik. Bahkan pernah satu kali saat wajah Jihyo bersemu merah karena Mina yang tiba-tiba mengecup pipinya tanpa aba-aba, Mina berkata bahwa saat wajah Jihyo bersemu merah seperti itu rasanya tingkat kelucuan Jihyo bertambah 99%.