1 January 2021
Jihyo mengatur pakaiannya agar tersusun rapi di dalam koper. Kemeja di sebelah kanan, celana di kiri, kaos kaki di sudut. Mengedarkan pandangannya sekali lagi, Jihyo memastikan tidak ada pakaian yang bukan miliknya terbawa ke dalam koper.
Berdiri dari posisi jongkoknya, Jihyo berjalan ke arah lemari, mengambil sisa-sisa pakaian dan membawanya ke dekat koper.
"Ada yang perlu dibantuin gak?" Jihyo tersenyum tipis mendengar suara familiar itu, suara yang 5 tahun kebelakang selalu menemani harinya.
"Udah mau selesai kok," tanpa membalikan badan, Jihyo menjawab.
Dari suara langkah kakinya, Jihyo tahu orang itu mendekat, melewati Jihyo, dan duduk di atas ranjang.
"Maaf," suaranya yang lirih membuat hati kecil Jihyo terluka.
"Gak ada yang harus minta maaf Jeongyeon, gak ada," Jihyo menutup kopernya.
"Kalo aja aku punya kuasa lebih, kalo aja aku bisa lebih berani, mungkin kita gak harus kayak gini."
Jihyo berdiri, menghampiri Jeongyeon dan berjongkok di antara kakinya. Ia menangkup pipi Jeongyeon dengan tangannya.
"Itu semua cuman kemungkinan, gak pasti akan terjadi. Ini bukan salah kamu, bukan salah aku, ataupun salah kita berdua. Gak ada yang salah disini," Jihyo berhenti sejenak, menikmati pemandangan di depannya. Bahkan setelah 5 tahun lamanya, wajah Jeongyeon tetap sama cantiknya, bahkan mungkin bertambah cantik.
"Aku punya pilihan Ji, harusnya aku bisa milih kamu. Milih kita. Tapi entah kenapa aku malah, kayak gini," Jeongyeon memanfaatkan jeda dalam perkataan Jihyo untuk menyelanya.
"Pilihan itu terlalu beresiko, kamu kehilangan banyak hal kalo milih kita, Je. Aku ngerti kenapa kamu gak milih aku, milih kita ...." Jihyo menghapus air mata Jeongyeon menggunakan ibu jemarinya.
".... aku ngerti."
Untuk sesaat, hanya suara jam dinding dan rintik hujan di luar yang mengisi keheningan di ruangan itu.
"Gak semua kisah harus berakhir dengan kedua pemeran utamanya yang hidup bersama. Mungkin di kisah kita, kedua pemeran utamanya emang ditakdirin buat saling jaga selama beberapa waktu, terus selanjutnya harus ngejalanin takdirnya, hidupnya, terpisah."
Jihyo menelusuri setiap inci wajah Jeongyeon dengan kedua netranya, mencoba memasukannya ke dalam ingatannya agar ia tidak pernah lupa betapa cantiknya wajah kekasihnya itu.
"Mungkin aku di hidup kamu atau kamu di hidup aku, cuman bertugas buat jaga masing-masing dari kita sampai nantinya karakter utama kita, bakal dateng buat jagain kita," lanjut Jihyo, tak sekalipun mengalihkan pandangannya. Jeongyeon hanya terdiam, air matanya tak berhenti mengalir.
"Mungkin, ini memang akhir buat kisah kita berdua. Tapi nantinya, bakal ada kisah baru yang akan nunggu kita. Kisah baru yang lebih menyenangkan, kisah baru yang lebih mendebarkan, kisah baru yang lebih menantang," sekuat tenaga Jihyo memaksakan sebuah senyum agar nampak di wajahnya.
"Aku seneng Je, karena ternyata aku punya kesempatan buat ada di salah satu kisah kamu."
....
Jihyo mengulurkan tangannya, membiarkan kulitnya bersentuhan dengan dinginnya tetesan hujan. Tanpa ragu, ia melangkah masuk kedalam hujan, tak peduli bajunya akan terkena air.
Jihyo menatap ke atas, melihat lampu balkon apartemennya—Jeongyeon menyala terang. Menghela napas dalam, Jihyo berbalik, mulai berjalan ditengah hujan yang sedang mengguyur kota malam itu.
Langkah demi langkah, Jihyo merasa ada air hangat yang melintasi pipinya, saat tangannya menyentuh wajahnya, Jihyo menyadari bahwa itu hanyalah air matanya yang sejak tadi ia tahan.
Ia sengaja tidak menerima tawaran Nayeon untuk menjemputnya, tidak juga meminta salah satu temannya untuk mengantarkannya. Alasannya, karena Jihyo tidak yakin apakah ia akan mampu menahan tangis di depan mereka. Apakah ia akan mampu menahan untuk tidak mengeluarkan semua rasa sakit yang dirasakannya, di hadapan mereka.
Jihyo mendongak ke atas dan tersenyum tipis. Sepertinya langit benar-benar tahu kapan harus menurunkan hujan.
....
11 Januari 2022
Jihyo mengambil botol air yang terletak di dekat kakinya, meminumnya sampai tersisa setengah. Ia menghelas napas pelan, membenarkan posisi duduknya, kemudian menggerakkan jarinya memetik senar gitar, memulai pertunjukan.
Berat bebanku,
Meninggalkanmu
Separuh nafas jiwaku sirna
Bukan salahmu, apa dayaku?
Mungkin benar cinta sejati tak berpihak pada kitaJihyo tak dapat mencegah pikirannya untuk tidak memikirkan Jeongyeon. Seperti yang ia katakan malam itu, ini bukan salah Jeongyeon, bukan salah dirinya, bukan juga salah mereka berdua. Mungkin hanya takdir saja yang memang tak berpihak pada mereka berdua.
Kasihku, sampai di sini kisah kita
Jangan tangisi keadaannya
Bukan karena kita berbedaMereka berdua berbeda. Jeongyeon menyukai sprite, Jihyo menyukai cola. Jihyo alergi seafood, Jeongyeon menyukai seafood. Jeongyeon tak suka kalau mereka berbicara saat masih terlarut dalam emosi, dan Jihyo yang ingin dengan segera membicarakan permasalahan mereka tanpa menunggu kepalanya dingin terlebih dahulu.
Mereka berdua berbeda di banyak hal, tapi untuk kali ini, perbedaan mereka bukan jadi alasan. Kali ini, takdir sepenuhnya Jihyo salahkan.
Dengarkan, dengarkan lagu ini
Lagu melodi rintihan hati iniSudah. Jeongyeon sudah pernah mendengarnya. Hari itu tahun baru 2018, Jihyo sengaja menyanyikan lagu ini untuk Jeongyeon pada saat mereka sedang menikmati kembang api yang menyala di langit. Jeongyeon sempat memprotes karena dibanding menyanyikan lagu yang terdengar bahagia, Jihyo malah menyanyikan lagu ini.
Jihyo menutup matanya, sekuat tenaga menahan air mata yang hampir lolos dari matanya. Dengan bibir bergetar, ia terus melanjutkan nyanyiannya. Seluruh penonton hanya terdiam melihat pertunjukan itu, mereka seakan terlarut dalam alunan melodinya.
Dengarkan lagu
Lagu ini melodi rintihan hati ini
Kisah kita berakhir, oh berakhir, berakhir
Di JanuariSampai pada bait terakhir, Jihyo membuka matanya. Sedikitnya ia berharap saat matanya terbuka, Jihyo akan menemukan Jeongyeon di tengah-tengah penonton, melambaikan tangannya dengan bersemangat, tersenyum penuh kasih padanya.
Namun saat ia tak bisa menemukan sosok Jeongyeon, Jihyo tersenyum getir, kini ia benar-benar sadar.
Kisah mereka sudah berakhir di januari.
End.