Prolog

3.2K 320 25
                                    

»»--⍟--««
Prolog

»»--⍟--««

Mark berlari kearah Yuta, menubruk pria itu lalu merampas senjatanya. Sial sekali, padahal target sudah terkunci dan hanya tinggal menarik pelatuknya saja. Lagipula, apa-apaan dengan Mark.

"Apa yang kau lakukan? " Seharusnya pertanyaan itu di lontarkan Yuta untuk Mark, namun terbalik. Mark melirik bergilir antara senapan jitu ditangannya dan Yuta yang perlahan bangkit setelah tersungkur.

"Bodoh! Harusnya aku yang bertanya begitu, apa yang kau pikirkan?" sentak Yuta, "aku hampir saja mendapatkannya tadi. "

Mark diam, mengatur napasnya yang memburu karena tadi berlarian. Dia tidak mengerti mengapa dia terburu-buru datang kemari dan mengacaukan semuanya, dia hanya merasa tak tenang ketika mendapat laporan bahwa Yuta mendapat tugas penyelesaian yang seperti ini. Bukan, bukan masalah Yuta nya, tetapi seseorang yang menjadi targetnya.

Mark bergeming ketika Yuta mengambil kembali senjatanya. Memposisikan kembali seperti sebelum kedatangan Mark, ah, targetnya kini sudah tak lagi di tempat. Yuta mengerang frustasi, misi gagal kali ini.

"Kau bodoh, Mark! Sedikit lagi aku bisa mendapatkannya! Sedikit lagi aku bisa menembus kepalanya dengan amunisiku ini, tapi kau datang dan mengacaukan semuanya! Apa maumu? " marahnya pada Mark.

Dia benar-benar tak habis pikir. Ini adalah tugas penting, langkah terakhir yang diserahkan padanya untuk menyelesaikan semua ini.

Tuan Park mempercayakannya, lantaran Mark yang terus menunda-nunda untuk selesai. Dan, sekarang?

"Jangan lakukan itu, " ucap Mark.

"Apa maksudmu? " bingung Yuta. Dia kemudian mendekati Mark dan mencengkeram kerah kemeja parternya itu. Hari ini Mark sedang tidak ditugaskan karena kesalahan yang diperbuatnya hari lalu, "Dengar, Mark. Kau mungkin seorang kapten yang bisa memutuskan untuk berhenti atau lanjutnya misi kami, tapi tolong diingat juga bahwa kau bukan apa-apa tanpa Tuan Park. "

Mark tadinya diam, kini melayangkan tatapan tajam pada Yuta. Satu tangannya ikut memegangi tangan Yuta pada kerah bajunya.

"Jangan pernah berniat untuk melubangi kepalanya atau kepalamu yang kulubangi lebih dulu, " bisik Mark terdengar seperti sebuah ultimatum.

Yuta terkekeh sinis, "mau melubangiku? Dengar, Mark. Aku diperintahkan untuk menyelesaikan misi ini. Ini sudah lama, sudah lewat batas waktu yang Tuan Park berikan, " Yuta sedikit memajukan wajahnya, membalas tatapan tajam Mark. "Kau tahu kesalahanmu, bukan? Karena urusanmu itu, misi ini tidak selesai. Dan, jika dibiarkan maka selamanya tidak akan selesai, "lanjut Yuta.

Mark yang biasa meluapkan emosinya kini harus sebisa mungkin ia redam. Mark tidak suka dibantah, dia akan sangat membenci orang-orang yang berani menentang perkataannya, namun yang dikatakan Yuta adalah benar. Dia tidak akn menjadi seperti sekarang ini tanpa Tuan Park. Seharusnya dia tetap pada jalan dimana keluarganya mengabdikan diri pada pemimpin Black Horse itu selama ini. Dia bahkan dididik langsung oleh Tuan Park sebagai seorang prajurit berdarah dingin, tapi entah mengapa kini dirinya sedikit lupa akan hal tersebut.

Sedari ia kecil, Tuan Park memberikan apa saja yang ia bahkan keluarganya perlukan. Bahkan ketika Mark sendiri mengatakan bahwa ia ingin mahir bersenjata, Tuan Park penuhi.

Sungguh, Mark tidak bermaksud untuk menghianati. Tetapi sesuatu didalam dada-ada sesuatu yang seolah menghimpitnya hingga sesak. Dia seperti didorong untuk melakukan sesuatu yang Mark tahu, sesuatu itu bertentangan dengan jalan hidupnya yang saat ini.

"Tolong ... kita bisa dihukum, " ucap Mark nyaris berbisik. Suaranya terdengar putus asa, dan apa itu? Dia memohon?

Yuta tertawa sumbang. Kata apa yang baru saja diucapkan oleh seorang kapten berdarah dingin didepannya ini? Tolong?

"Tolong? " ulang Yuta kemudian berdecih, "apa sekarang kau sudah memiliki hati, Kapten? Kau baru saja memohon pada bawahanmu. "

Mark menghela napas, cengkeraman Yuta sudah lepas darinya. Kini mereka saling berhadapan dengan jarak yang tak begitu jauh.

"Lagipula siapa yang mau menghukum bila misi kali ini berhasil? Kita akan dihukum ketika misi ini gagal. " tekan Yuta pada akhir ucapannya.

"Dunia punya aturan, dunia juga punya ganjaran atas perilaku penghuninya, " ucap Mark.

Yuta terkekeh, "apa kau baru saja pulang dari gereja? Kata-kata mu itu sungguh berdampak, tapi bukan untukku, tentunya, " sarkas nya kemudian.

"Mark, kita terbiasa hidup sebagai pelanggar aturan dan sekarang kau memberi petuah untuk tidak menyalahi peraturan? " Yuta kemudian tertawa, tidak menyangka secepat ini Mark melupakan jati dirinya, "pergilah. Jadilah salah satu dari mereka yang di gereja, " lanjutnya kemudian mengabaikan Mark. Ia harus membereskan perlengkapannya. Misinya gagal hari ini, dan itu karena Sang Kapten.

Setelah beres, Yuta menepuk bahu kiri Mark sembari tersenyum miring.
"Aku tetap akan melubangi kepalanya besok, " ucapnya dengan ekspresi menantang pada Mark.

Mark hanya bergeming, dan Yuta semakin puas mengejeknya. Ia sempat tertawa sebentar melihat ekspresi Mark, sebelum kemudian berhenti karena sesuatu pada kepala Kaptennya itu. Sebuah titik merah yang mengarah tepat pada pelipis Mark lantaran posisi pria itu yang miring.

Yuta tidak bodoh untuk menyadari bintik apa itu. Sinar laser yang tertuju pada kepala Mark, itu adalah titik bidik senjata api. Artinya, Mark sudah dikunci sebagai target. Yuta celingukan, mencari asal laser senapan tersebut. Perlengkapan yang sudah ia bereskan, ia keluarkan lagi untuk mengambil teleskop. Grasuk-grasuk pergerakan Yuta membuat Mark bingung.

"Ada apa? " tanyanya.

"Ada yang ingin melubangi kepalamu, " jawab Yuta terdengar acuh.

Dia menyapu pandangan sekitar dengan teleskop dan mendapati seseorang dari sebuah atap gedung yang cukup jauh dari mereka. Yuta mengumpat ketika menyadari seseorang dibalik senapan jitu tersebut, tak lain dan tak bukan adalah mangsanya sendiri.

Dengan gusar, Yuta buru-buru memposisikan senapan jitunya. Bersiap untuk membalas bila seseorang disana menyerang lebih dulu. Namun belum sempat ia bersiap, amunisi lebih dulu sampai tanpa terduga. Menembus kepala dan menghentikan pergerakan tubuh beserta waktunya. Darah dimana-mana, dan pada akhirnya hari ini selesai dengan target yang lepas. Hari ini berakhir, tapi misi dinyatakan gagal.

»»--⍟--««

[Target Unlocked]

»»--⍟--««

Target Unlocked [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang