Day 4 : My Best Cousin

369 47 0
                                    

Vote

Happy reading :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading :)

.

.

.

Jungwon masih saja terbaring di ranjang. Sering sekali ia bosan selama tiga hari ini. Untung saja ini adalah hari terakhir untuk istirahat total. Senyumannya mengembang saat mengetahui besok ia bisa berjalan-jalan. Tak sabar untuk hari esok.

Sorot mata Jungwon berusaha untuk memperhatikan figur Sunoo yang sedang menutup tirai jendela karena sudah malam. Walaupun buram, Jungwon masih bisa melihat gerak-gerik Sunoo.

"Kak Sunoo," panggil Jungwon sedikit keras.

"Apa?" Tanya Sunoo ketus.

"Besok boleh pergi ke taman bunga matahari?" Tanya Jungwon dengan suara imut.

"Tunggu saja besok," jawab Sunoo dengan singkat. Sunoo sedang merasa kesal.

Tadi pagi, Jungwon mengerjainya. Jungwon sengaja menakut-nakuti Sunoo bahwa ia melihat kecoa di dekat Sunoo. Padahal posisinya di sini Jungwon tidak bisa melihat dengan jelas. Jungwon tertawa terbahak-bahak melihat Sunoo panik berlarian ke sana kemari. Andai saja Jungwon tidak sakit, ia pasti akan sering-sering mengerjai Sunoo.

Kalau diingat-ingat lagi, Jungwon masih punya sedikit memori tentang Sunoo. Memori saat dirinya dengan Sunoo pergi ke taman bunga matahari bersama. Saat itu keduanya sama-sama memakan es krim. Bedanya hanya pada rasa es krimnya. Sunoo memakan es krim dengan rasa mint choco. Sementara Jungwon, memakan es krim dengan rasa cokelat.

Kim Sunoo. Sepupu terbaiknya sepanjang masa. Selama ini, Sunoo telah merawat Jungwon. Bahkan Sunoo sampai tak masuk sekolah berkali-kali karena merawat Jungwon. Jungwon sangat ingin berterima kasih padanya. Namun ia tak tahu caranya.

Jungwon pernah berpikir, "bagaimana akhir dari 'kesedihan'?"

Otaknya menjawab, "Akhir dari 'kesedihan' adalah 'kebahagiaan'."

Tak lama kemudian hatinya menjawab, "Hanya takdir yang bisa menentukan. Siapa sangka jika 'kesedihan' bisa terus berlanjut sampai ajal tiba."

"Jungwon, apa kau sudah makan?" Suara Sunoo membuat lamunan Jungwon buyar.

Jungwon menggeleng menandakan dirinya belum makan malam.

"Ck, kalau begitu ayo makan." Sunoo pergi keluar kamar sebentar untuk membeli makanan.

Jungwon tersenyum melihat punggung kakak sepupunya itu menghilang dari balik pintu. Sunoo itu adalah tipe orang yang perhatian.

Dalam diamnya Jungwon sekarang, batinnya berkata, "Aku sayang kak Sunoo."

Di sisi lain, Sunoo yang baru saja keluar dari kamar rawat Jungwon nampak terhenti ketika dokter yang merawat Jungwon memanggilnya dari seberang lorong.

Sunoo menghampiri dokter tersebut, lalu dengan sopan ia membungkukkan badannya.

"Ada yang mau saya bicarakan dengan anda," ujar dokter tersebut, lalu mempersilakan Sunoo untuk masuk ke ruangannya.

Setelah keduanya duduk di kursi, barulah dokter membuka percakapan.

"Nak Sunoo, apakah kamu tahu bahwa Jungwon sudah tidak bisa disembuhkan?" Tanya dokter itu.

Sunoo menghela napas berat, sebelum akhirnya ia menjawab, "Memangnya tak ada yang bisa dilakukan, dok?"

Dokter hanya menggeleng.

"Tapi apa kamu tahu? Ada yang spesial dari Jungwon," ucap dokter tersebut membuat Sunoo penasaran.

"Orang-orang yang melakukan kemoterapi, biasanya akan mengalami gejala efek samping. Namun, tidak bagi Jungwon. Rambutnya tidak rontok. Bahkan ia tidak mual-mual," jelas dokter.

Penjelasan itu membuat Sunoo tersadar. Jungwon itu spesial di mata Tuhan. Saking spesialnya, mungkinkah Jungwon akan pergi ke pelukannya?









To be continued...

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selembar Surat Dari Jungwon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang