Disaster -2-

1.9K 421 31
                                        

Setiap orang sebenarnya selalu mengenakan topeng dihadapan orang lain. Cara mereka bersikap dan apa yang mereka rasakan kadang berbanding terbalik.

Bukan munafik, hanya saja memang begitulah dasar manusia hidup diantara manusia lainnya.

Menciptakan 'karakter' yang berbeda setiap menghadapi orang yang berbeda. Penyesuaian yang memang harus dilakukan.

Bagaimana manapun baiknya dalam bersikap dengan orang lain tentu ada saja hal-hal yang membuat orang lain tak suka. Itu wajar.

Namun semua akan berbeda saat hanya ada dirinya sendiri. Menghadapi diri sendiri jauh lebih sulit dari pada menghadapi orang lain.

Jika dihadapan orang lain sudut bibir masih bisa tertarik naik maka saat sendiri sorot mata akan meredup menunjukkan perasaan yang sebenarnya.

Jika dihadapan orang lain masih mampu tertawa dan melontarkan canda maka saat sendiri hanya tangis yang dapat dia dengar.

Sekali lagi, bukan munafik. Karena nyatanya manusia hanya melakukan penyesuaian. Seperti seharusnya.

Banyak orang bilang hal-hal sepele tak mungkin bisa menyakiti orang lain sehebat itu. Nyatanya kadang hal sepele itu yang menyebabkan luka hati paling membekas.

Karena itu dari pada sakit oleh sesuatu yang 'besar' Jaemin lebih sering sakit oleh sesuatu yang 'kecil'.

Sekecil bagaimana ibunya mengatakan nanti setiap dia menyodorkan sebuah gambar yang berhasil dia tangkap dengan cantik lewat kamera.

Sekecil bagaimana ibunya mengatakan iya pada setiap hal yang Sungchan katakan dan selalu mengatakan tidak untuk yang dia inginkan.

Hal-hal sekecil itu nyatanya mampu membuat hatinya terasa nyeri. Jaemin terkekeh geli. Dia mulai berlebihan lagi.

Seperti yang ibunya selalu bilang saat Jaemin protes akan suatu hal.

"Berlebihan"

"Jangan dibesar-besarkan"

Kalau dipikir-pikir memangnya kenapa kalau Jaemin berlebihan akan suatu hal??

Memangnya kenapa kalau kadang Jaemin terkesan melebih-lebihkan??

Jaemin menghapus air matanya mulai merapikan kamarnya yang berantakan karena ulahnya sendiri. Hanya karena kue coklat kamarnya hancur berantakan.

Tolong jangan salah paham dulu. Jaemin sendiri yang menghancurkan kamarnya karena kesal bukan ibunya.

Dia terlalu kesal dan melampiaskan dengan melempar barang-barang yang terlihat oleh matanya. Kebiasaan buruk.

Jaemin lagi-lagi terkekeh sambil mengusap air matanya. Masih terngiang kata-kata ibu tentang mangalah dan hal-hal lain yang begitu memuakkan.

"Memangnya anak ibu siapa?? Hanya Sungchan??"  Dan gebrakan pada pintu adalah balasan ibunya saat kalimat itu Jaemin lontarkan. Beruntung bukan wajahnya yang jadi pelampiasan.

"Ah dasar berlebihan"

Jaemin menggerutu sambil meletakkan buku-buku di atas mejanya. Dia mengusap buku itu sejenak sedikit sedih karena bukunya menjadi kusut. Mungkin karena jatuh dengan keadaan terbuka. Tapi ya sudahlah mau bagaimana lagi, sudah terjadi.

Mengingat hal tadi masih membuat hatinya panas. Ibunya berubah sekali. Dia bukan ibunya.

Ibunya wanita yang lembut bukan pemarah. Ibunya wanita yang punya senyum manis bukan punya sorot mata sinis. Dia ibu Sungchan bukan ibunya.

Mungkin memang benar ibunya turut mati bersama ayahnya dulu. Buktinya Jaemin bahkan sekarang tak mengenal sosok itu.

Atau mungkin memang Jaemin yang tak mau menerima perubahan yang waktu sudah berikan untuknya. Selalu berharap sesuatu selalu sama selamanya. Padahal waktu tak pernah berhenti membuat seseorang berjalan dan melakukan perubahan.

DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang