葉 : Three

54 10 134
                                    

Sebelum memasuki kelas, tepat dikala bisunya pembicaraan. Tak ada yang terdengar, akan tetapi kalimat ajakan yang sukses membuat keduanya saling memandang.

Kebingungan juga pada akhirnya, malahan membuat mereka berdua merona akibat kalimat tersebut. "Mugi-senpai sedang sibuk, tidak?"

[Name] bertanya kepada Tsumugi, hingga akhirnya Tsumugi pun menjawab, "Ahh, tidak kok. Hari ini aku sedang luang, kurasa?" Dengan jawaban yang tidak yakin, [Name] mengerucutkan bibir.

"Tsumugi-senpai sedang tak berbohong, 'kan?" [Name] memastikan, karena ia tak ingin menyita waktu bekerja Tsumugi.

Sedangkan Tsumugi, Ia hanya terkekeh pelan. Sembari tangan menggaruk pipi tak gatal, mau tak mau dia perlu menjawab yang sejujurnya.

"Hm, kurasa ada? Tapi sepertinya, bisa aku selesaikan secepatnya. Memangnya, kenapa [Name]-chan?" sahut Tsumugi balik bertanya.

Tidak biasa [Name] bertanya seperti ini, sewaktu dulu. Sangat jarang atau sepertinya ini bisa disebut pertama kalinya? Entahlah. Hanya keduanya yang mengetahui hal ini.

"Mugi-niisan, tak baik seperti itu. Aku khawatir kondisi tubuhmu, jikalau begitu. Ah, iya! Bagaimana kalau pergi bersamaku? Melihat Bunga Sakura bersama," balasnya sebagai jawaban.

Bunga Sakura akan sangat indah bila dilihat bersama. Sampai-sampai, keindahannya bisa menelan romantis asmara.

Tidak mempunyai ucapan yang bisa dikatakan, sebagai jawaban ajakan itu. Meski seorang gadis, bukankah ajakan tersebut bermakna sesuatu?

Masa lalu itu dulu, masa sekarang ya sekarang. Jadi, apakah benar keputusan yang diambil oleh Tsumugi, untuk kali ini?

"Baiklah, akan aku usahakan. Sekitar menjelang sore hari, bagaimana? Sudah lama aku tidak melihatnya bersama dengan [Nickname]-chan, fufu …♪"

Lantas perkataan Tsumugi, semakin membuat rona merah menghiasi wajah [Name]. Terkadang tapi pasti, Tsumugi secara tak langsung berakhir menggodanya. Padahal berdasarkan kata-kata tersebut, benar faktanya.

"Yah, itu tak salah sih. Baiklah, sore! Ketemuan langsung di lokasi, ya?" ujar [Name] bersemangat.

Sepertinya, [Name] benar-benar menantikan hal ini. Semenjak kejadian yang pernah terjadi dahulunya. Melupakan masa lalu, menjalani kehidupan yang sekarang. Tak semudah memulihkan memori kenangan.

Dengan anggukan pelan, Tsumugi memberikan tepukan ringan di atas kepala [Name]. Berakhir ternyata mengusap surai miliknya. Dia gemas dengan kelakuan [Name] yang seperti ini.

Itu adalah percakapan yang sebelumnya. Mengingat hari sudah menjelang sore, kinilah waktu yang tepat untuk keduanya bertemu. Namun, ternyata Tsumugi datang sedikit terlambat. Mau tak mau, [Name] harus menunggu di sana.

Meskipun [Name] tak keberatan, Tsumugi sesekali menyalahkan diri sendiri. Padahal bagi [Name] tak apa, karena tiada yang tahu bila akan ada kesibukan melanda secara tiba-tiba.

"Hah, hah. Gomen, [Nickname]-chan! Maaf sudah membuat dirimu menunggu lama," tutur Tsumugi lirih.

[Name] menggelengkan kepala, "Tidak masalah, aku belum lama tiba, kok!" Melukis senyum merekah, itulah raut wajah yang dibuat untuk mengekspresikan kesenangan semata.

"Uhm, baiklah … ayo?"

Tsumugi menawarkan tangannya, untuk memegang tangan [Name]. Sejenak [Name] terdiam, kemudian menyengir. "Baiklah, kalau Tsumugi-senpai kelelahan tolong bicara padaku, ya! Ingat, jangan berbohong."

[Name] menekan kalimatnya diakhir, meski sebenarnya Tsumugi tidak ingin juga berbohong. Dia hanya tak ingin membuat orang lain mengkhawatirkan dirinya.

"Aku mengerti," sahut Tsumugi.

Namun, belum ada lama berjalan berduaan. Tiba-tiba saja angin berembus menerbangkan beberapa surai milik keduanya. Hanya saja tepat diwaktu yang bersamaan.

Terjadi kejadian tak terduga diantara mereka. Saling memegang surai berlawanan, untuk membuatnya tak menusuk mata. Hingga akhirnya kembali berada dalam posisi blushing.

"Ahaha, [Name]-chan jangan memaksakan diri untuk berjinjit."

Sedikit menusuk, tapi tak salah lagi. [Name] yang memiliki perbedaan tinggi terhadap Tsumugi, harus berjinjit melakukannya. Gagal romantis, huh?

Keduanya segera melempar tawa setelah, tangan Tsumugi meraih sebuah helai Bunga Sakura di atas kepalanya [Name]. "Indah …." gumam [Name].

Hal tersebut didengar oleh Tsumugi pada akhirnya dibalas, "Benar, sesuai perkataan [Nickname]-chan. [Name]-chan, sangat indah."

End

Maafkan aku, semisal ini out out character.

SPRING! Aoba Tsumugi. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang