Untitled part

610 67 7
                                    


Junkyu terlonjak kaget di ranjangnya, dia yang tadinya dalam mode rebahan kini bangkit dari posisinya demi mencari tahu apa yang tengah terjadi di luar sana hingga membuat dentuman keras.

Berlari kecil ia membuka pintu balkon, keluar dari kamarnya dan menundukkan kepala ke bawah hanya untuk menemukan Park Jihoon tetangga sebelah yang juga kekasih Junkyu itu terduduk di tanah dalam pekarangan rumahnya sendiri dengan mengeluarkan ringisan-ringisan kesakitan.

"Jihoon!"Seru Junkyu menarik atensi.

Yang punya nama mendengar lalu mendongak. Memasang wajah memelas dan berkata dengan nada sendu. "Junkyu, gue jatuh"

--------------------

Junkyu tidak tahu dia harus tertawa atau meringis ngilu melihat bagaimana kondisi Jihoon saat ini. Bibirnya terkulum rapat ingin mengeluarkan gelak tawa namun sorot matanya penuh akan rasa khawatir.

"Nggak usah di tahan kalau mau ketawa!"Rutukan sebal yang diiringi dengan decakan itu keluar dari mulut Jihoon. Matanya melirik sebal pemuda Kim yang duduk di depannya.

Senyum tipis terlengkung, sebelah tangannya naik merapikan poni berantakan serta membersihkan beberapa dedaunan kecil yang menempel di rambut si pemuda Park.

"Maaf.."Adalah kata yang di ucap Junkyu, tatap tanya ia dapat dari Jihoon, tak mengerti akan permintaan maaf yang baru saja Junkyu buat. "Maaf karena mau ketawa..ini pasti sakit kan?"

Suaranya lembut, halus sekali bertanya pada Jihoon membuat hati si pemuda Park berdesir, hingga mampu menimbulkan rona kemerahan di pipi.

Tangan Junkyu sama halusnya dalam bergerak mengelus luka-luka yang Jihoon miliki membuat yang lebih tua sedikit meremang kegelian juga sedikit merasakan nyeri.

Jihoon mengangguk dengan buat kerucutan di bibir.

"Jangan manyun bikin pingin.."

Lengan Junkyu di pukul ringan oleh Jihoon, matanya mendelik kesal.

"Jangan mesum"

Junkyu mengerjapkan mata lalu tertawa, terbahak pelan.

"Siapa yang mesum sih, maksudnya mau gue cubit bibirnya. Lo pikir gue mau apa?"Tanyanya menggoda dengan menaik turunkan alis.

Kali ini wajah Junkyu yang jadi sasaran, si pemuda Park itu mencubit gemas pipi berisi si pemuda Kim.

Meski mengaduh kesakitan dia tetap mengeluarkan tawa gelinya.

Tangan Jihoon di genggam oleh Junkyu membuat si pemuda Park meringis kecil kesakitan.

Dari situ Junkyu tahu bahwa ada luka juga di telapak tangan yang kini ia genggam.

Tangan Jihoon ia tarik pelan, ia lihat telapaknya dan ia menemukan banyak lecet di sana. Beberapa bagian bahkan mengeluarkan darah sedikit, rasanya pasti perih.

"Gue ambilin obat merah dulu ya?"

Sebagai balasan Jihoon melakukan anggukkan.

Junkyu bangkit dari posisinya ia yang tadinya berlutut di depan Jihoon kini berdiri lalu melangkahkan kaki keluar kamar mencari obat merah yang di simpan sang Mama dalam kotak obat.

Jihoon ditinggal sendirian dalam kamar Junkyu. Ini agak lucu sebenarnya dan hal ini adalah salah satu alasan kenapa Junkyu ingin tertawa. Jihoon itu jatuh dari pohon yang ada di tengah rumah mereka dan posisi Jihoon jatuh adalah di pekarangan rumahnya sendiri. Tapi saat Junkyu datang untuk menolong, Jihoon malah meminta untuk di bawa ke rumah Junkyu.

junjun & hoonhoon universe (oneshot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang