2.

11 0 0
                                    

Seluruh perhatian penghuni kantin tertuju pada Laura dan seorang cowok. Laura masih dalam posisinya, kedua tangannya masih menggantung pada punggung seseorang yang menahan berat tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai. Bahkan Laura tidak menyadari sejak kapan tangannya bisa berada disana -mungkin karena reflek. Sementara cowok itu masih menatapnya datar dengan jarak yang tak lebih dari lima senti.

"Lo ngapapa?" Suara serak cowok itu menyadarkan lamunan Laura, ia segera berdiri tegak.

"M.. Makasih," Laura menundukkan kepalanya sekilas lalu tersenyum menatap cowok itu. Entah kenapa pikirannya kosong seketika. Dan jangan lupakan jantungnya yang terus berdetak kencang.

Merasa sudah selesai, cowok itu segera kembali berjalan ke sudut kantin diiringi ketiga sahabatnya. Tanpa tersenyum, tanpa mengangguk, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Laura masih terdiam ditempatnya sambil menatap punggung cowok itu yang perlahan menjauh -lalu menghilang dibalik keramaian kantin.

"Laura,"

Laura sedikit tersentak ketika Karin memegang kedua bahunya.

"Eh,"

"Lo ngapapa kan?"

"I- iya, ngapapa kok,"

"Lanjut makan tuh baksonya, keburu dingin," Karin mengingatkan.

"Iya," Laura kembali melanjutkan makan siangnya, lupa tentang sambal yang membuat semangkuk baksonya terasa lebih enak. Saat ini pikirannya dipenuhi oleh 'Deva' si 'Pangeran sekolah'.

***

Laura merebahkan dirinya di atas kasur empuk kesayangannya. Seragam sekolah masih membalut tubuhnya yang terasa sangat lelah setelah seharian berada di sekolah. Pendingin ruangan mulai bekerja, membuat suhu udara di kamar Laura semakin dingin. Laura memejamkan matanya sebentar, kemudian membuka matanya lagi, menatap plafon kamarnya yang dihiasi lampu tumbler bercorak bintang-bintang.

"Jadi, lo yang namanya Deva?" Laura berguling di kasurnya, membenamkan wajahnya di atas bantal.

"Kok lo bisa ganteng bangettt si Devv.. Aaaa" Laura gemas sendiri memukul, menendang tak tentu arah.

Merasa sesak, laura kembali berguling menatap plafon kamarnya lagi.

"Sumpek juga lama-lama," Laura mendengkus sebal.

"AAAA DEVAAA.." Laura kembali tersenyum senang, mengingat kejadian di kantin tadi. Rasanya seperti ada kupu-kupu di perutnya.

Tok.. Tok.. Tok..

"Laura?" Terdengar suara perempuan dari luar.

"Iya ma, masuk aja," Kata Laura sedikit berteriak.

"Yaampun, kenapa belum ganti baju Lau?" Lara -ibunya menggelengkan kepala sambil berdecak. Laura segera bangkit duduk dan nyengir kuda.

"Masih capek ma, lima menit lagi ya, hehe,"

Lara beranjak duduk di sebelah Laura, lalu mengelus pelan kepala Laura.

"Ih, bau asem," Lara menutup hidung mengejek.

"Enak aja,"

"Oiya.. Nanti temen mama mau datang, kamu beliin camilan ya di supermarket depan, mama mau masak,"

"Hm, jam berapa?" Laura mendongakkan kepalanya menatap mamanya.

"Jam tuju malam ya, kamu belinya sebelum jam itu,"

"Yaaaa,"

"Yaudah sana mandi, nggak bohong mama, kamu beneran bau acem.." Lara kembali menggoda Laura sambil meninggalkan kamar anak kesayangannya itu.

PLEASE COME BACK AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang