"Anda harus bertanggungjawab dengan merawatnya sebagai pengganti orang tuanya yang telah anda renggut!" lantang gadis bersurai panjang itu tanpa ada rasa takut sedikitpun di dalam dirinya.
Pria di hadapannya kini mengeraskan rahangnya dan mengepalkan kedua tangannya, menahan emosi.
"Atau perkara ini lanjut dipersidangan selanjutnya?" lanjut gadis itu tegas pada pendiriannya.
"Pak, lebih baik anda menyetujui ucapannya daripada anda masuk penjara dan akan menghancurkan citra anda" bisik pengacaranya membuat Arseano Davidson Larungga, pria berjas rapi itu berpikir ulang.
"Ok!, saya akan merawat anak itu" 'saya bisa menyewa baby sitter untuk merawatnya' lanjutnya dalam hati sembari menyunggingkan smirknya.
Anshara Renata Khaunand, gadis pemberani itu menatap nyalang pria angkuh di hadapannya kini.
❦ ❦ ❦
Gadis kecil berponi itu bersembunyi di balik tubuh Anshara, menatap takut ke arah pria yang telah merenggut kedua orang tuanya dalam tragedi kecelakaan 2 minggu yang lalu.
Gadis itu menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak mau ikut dengan pria yang sudah bersepakat merawatnya sebagai pertanggungjawaban.
Anshara mensejajarkan tingginya dengan Naysilla Admaja, gadis kecil yang dalam sehari menjadi anak yatim piatu itu. Anshara mengelus kepala gadis kecil itu lembut, sedangkan pria jakung itu memutar bola matanya jengah.
"Sayang, kamu harus ikut ya" ujar Anshara sangat lembut.
Naya, sapaan gadis kecil itu yang kini kedua matanya berkaca-kaca sembari menggeleng lemah.
"Naya gak mau ikut dengan om itu" ujar Naya sembari menunjuk Arseano takut.
Anshara menatap Arseano sekilas lalu kembali menatap ke arah gadis kecil yang sudah 2 minggu ini bersamanya.
Anshara terlihat menghela nafasnya, ia bingung harus menjelaskannya bagaimana.
"Cepat! Saya punya pekerjaan" seru Arseano dingin.
Anshara merengut kesal mendengar penuturan pria angkuh itu, ia melirik tajam ke arah Arseano yang kini tengah melihat jarum jam tangannya yang terus berjalan tiap detiknya.
"Naya" panggil Anshara lirih.
Gadis kecil itu menggeleng, bersikukuh pada pendiriannya yang tidak mau ikut dengan Arseano yang kesabaran tipisnya semakin lebih tipis.
Naya memeluk Anshara erat, dengan air mata yang meluruh di kedua pipi tambun nya.
Anshara mengelus punggung kecil yang ada didekapannya.
"Naya harus ikut sama om itu ya?" Anshara merasakan gelengan kepala Naya di bahunya.
"Kepala batu, tinggal ngikut aja susah banget" gerutu Arseano yang masih diposisinya.
Naya melepaskan pelukannya dan menatap Anshara dengan mata sembabnya. "Naya mau ikut sama om itu asal kakak juga ikut sama Naya" harap Naya.
Arseano dan Anshara sontak menatap Naya kaget setelah mendengar penuturan dari mulut kecil itu.
"Gak bisa!"
"Gak bisa sayang" ujar Arseano dan Anshara bersamaan dengan intonasi yang bertolak belakang.Mulut kecil itu kini menekuk ke bawah, "Kalau gitu Naya gak mau ikut sama om" ucap Naya sambil menatap Arseano.
Arseano mendesah frustasi, "Shhh, kau juga ikut. Daripada nih anak makin rewel" ketus Arseano yang sudah menjadi watak pria itu.
Anshara berdiri dan langsung menghadap ke arah Arseano dengan tatapan tajamnya.
"Bisa lembut sedikit gak, kalau bicara?" tanya Anshara menekankan setiap kata pada ucapannya.
Arseano memajukan wajahnya hingga berjarak beberapa centi di depan wajah Anshara, "Kalau tidak?" tantang Arseano semakin menambah level kekesalan Anshara.
❦ ❦ ❦
"Saya ikut anda itu hanya demi Naya, ingat itu" seru Anshara sembari menunjuk wajah Arseano tepat di depannya.
"Saya. tidak. perduli" balas Arseano lalu melenggang pergi dari hadapan Anshara.
Anshara mendengus melihat kepergian pria angkuh itu. Kalau tidak demi Naya, dia tidak akan sudi bersama pria angkuh nan dingin itu.
"Yaak!. Di mana kamar kita?" seru Anshara namun tak dihiraukan Arseano yang dijuluki pria angkuh sama Anshara itu.
"Mari saya antar ke kamar kalian" ujar wanita berkebaya itu ramah.
Anshara dan Naya pun mengekor di belakang wanita berkebaya motif kembang mawar itu.
❦ ❦ ❦
"Iya Yah, aku bakal jaga diri baik-baik kok di sini. Lagian di sini ada pembantu yang juga tinggal di rumah ini" ujar Anshara menenangkan kekhawatiran Ayahnya disebrang telpon.
"Kalau gitu ayah lega, setidaknya tidak akan timbul fitnah di lingkungan sekitar"
"Iya Yah"
"Yaudah istirahat, udah malem dan jangan lupa jaga Naya"
"Siap Yah"
Anshara meletakkan ponselnya setelah sambungan telpon dengan ayahnya telah berakhir, kini ia menatap ke samping kirinya di mana ada putri cantik yang tertidur lelap di sana.
Tangannya terulur mengelus lembut kepala Naya, dan tanpa seizinnya sebulir air mata meluncur dipipinya.
Miris sekali hidup Naya, gadis kecil berusia 8 tahun itu, karena dalam sekejap ia menjadi anak yatim piatu dan tidak ada keluarga lain yang ingin merawatnya.
"Semoga kelak, kamu akan jadi orang sukses yang baik ya Nay" harap penuh Anshara tulus mendoakan masa depan gadis kecil yang sudah 2 minggu ini menambah warna di hidupnya.
"Gak kayak om Arseano yang angkuh itu" lanjut Anshara menggerutu setelah Arseano tiba-tiba muncul dibenaknya bak iklan di televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSHARA
General Fiction"Anda harus bertanggungjawab dengan merawatnya sebagai pengganti orang tuanya yang telah anda renggut!" lantang gadis bersurai panjang itu tanpa ada rasa takut sedikitpun di dalam dirinya. Pria di hadapannya kini mengeraskan rahangnya dan mengepalka...