Beauty Eyes - (Boifang)

1.3K 89 0
                                    

"Fang ...."

"Udah 3 tahun aku bersamanya sebagai superhero dan juga teman lalu aku baru sadar."

"Aku nggak pernah ngeliat muka dia tanpa kacamata!!!" Seru Boboiboy dengan aura berapi-api hingga membuat genggamannya pada gelas menguat dan ....

Prang!

Boboiboy baru tersadar dari lamunannya saat gelas berisi ice chocolatenya pecah dalam genggamannya dan membasahi tangannya.

"Boboiboy!" Keempat temannya termasuk orang yang dilamunkannya tadi langsung menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.

"Ya ampun. Superhero kita kesurupan?" Gopal bergidik ngeri melihat gelas yang pecah dalam genggaman Boboiboy itu.

"Ada yang luka nggak?" Yaya memberikan tisu pada Boboiboy untuk mengelap tangannya.

Boboiboy mengelap tangannya kemudian mengamatinya.

"Kayaknya nggak sih. Tenang aja." Boboiboy tersenyum.

"Kamu lagi bad mood banget apa gimana?" Tanya Fang.

"Ah, nggak kok." Boboiboy bangkit dari kursinya kemudian mengambil sapu dan lap untuk membersihkan kekacauan yang dibuatnya.

"Pasti bad mood! Saking bad moodnya sampe ngancurin gelas. Serem." Ying menatap Boboiboy horor sambil membantu mengelap lantai.

"Nggak, tadi itu nggak sengaja. Asli." Boboiboy menghela napas di tengah senyum tipisnya.

"Nggak sengaja aja bisa mecahin kaca pake tangan kosong. Kalo sengaja mungkin bisa ngeledakin satu negara kali ya." Timpal Gopal.

"Hei, aku nggak sebarbar itu!" Boboiboy menatap Gopal kesal.

"Tapi lebih barbar dari itu." Timpal Fang.

"Nggak!!" Sergah Boboiboy dengan kesalnya.

🎈

Sejak itulah pikiran Boboiboy berpusat pada pemuda berambut ungu itu. Setiap ia bersama Fang ia akan selalu memperhatikan dan mengawasinya dan jika ia sedang tidak bersama Fang ia akan berusaha agar bisa selalu bersama Fang.

Tujuan dari kedua tindakan itu hanya satu. Mendapatkan kesempatan untuk melihat wajah Fang tanpa kacamata. Namun meskipun daya pemantauannya itu sudah akurat rupanya mendapatkan kesempatan itu lebih sulit dari perkiraannya.

Fang dan kacamatanya sudah bagaikan api dan asap. Setiap ada momentum yang tercipta secara kebetulan atau Boboiboy ciptakan sendiri sedemikian rupa hingga membuatnya harus membuka kacamatanya selalu saja ada sesuatu yang menghalangi kesempurnaan dampak dari momentum itu entah hanya sekilas atau sekelebat.

Akhirnya tibalah hari yang menjadi puncak kekesalan Boboiboy dimana ia akan bertindak impulsif untuk mencapai tujuannya selama ini. Sore ini ia dan Fang sedang mengerjakan tugas kelompok prakarya di rumahnya.

Sebenarnya Gopal juga sekelompok dengan mereka tapi ia masih belum datang karena disuruh bersih-bersih oleh ayahnya. Karena itulah mereka memulai duluan dengan tetap menyisakan bagian pekerjaan Gopal.

"Fang." Boboiboy menaruh jarum dan pita yang dikerjakannya sembari menatap Fang intens.

"Hm?" Fang yang masih melilitkan pita pada lidi menoleh.

Srat!

Boboiboy langsung menyambar kacamata Fang secepat kilat hingga membuat Fang terkesiap dan menjatuhkan benda yang dipegangnya.

Meskipun hanya membuka kacamatanya Fang merasa matanya seperti akan dicabut juga oleh Boboiboy karena keseriusan Boboiboy. Ditambah lagi tatapan setajam elang Boboiboy yang seakan ingin mencincangnya.

"Bo ... Boboiboy ... Ada apa denganmu?" Fang menatap Boboiboy takut-takut namun tiba-tiba bahunya diraih oleh Boboiboy hingga membuatnya langsung menghadap sang adiwira dengan terkejut. "Aah!"

Setelah pandangan mereka bertemu dengan jarak yang lebih dekat tatapan Boboiboy pada Fang kian lekat dan ia pun berkata. "Matamu cantik sekali!"

Fang yang sudah dibanjiri keringat dingin pun tercengang. Ia pun menatap Boboiboy bingung sambil menunjuk matanya.

"Mataku?"

"Iya, matamu." Senyum Boboiboy mengembang. "Dari dulu aku pengen banget liat matamu."

"Ma ... Makasih." Fang merasa lega karena ternyata Boboiboy bukan ingin berbuat buruk padanya.

Beberapa saat kemudian ia menimpuk Boboiboy dengan bantal kecil di dekatnya.

Buk!

"Aduh! Kok aku dipukul sih?" Boboiboy menatap Fang tidak terima.

"Kamu ngelepas kacamataku aja pake membabi buta." Fang menatap Boboiboy kesal.

"Membabi buta apaan. Aku ngelepasnya b aja kok. Cuma gerakannya cepet biar kamu nggak ngehindar." Boboiboy masih tidak mengerti dimana kesalahannya saat melakukan itu.

"B aja ... Kamu bikin aku takut setengah mati tahu!" Batin Fang.

"Ah, bener-bener." Fang mengusap wajahnya pasrah dengan ketidaksadaran Boboiboy atas dominasinya yang mengancam jiwa. "Lagian kalo kamu mau liat mata aku kan bisa langsung minta buka kacamata. Nggak main samber aja kayak tadi."

"Maaf, soalnya takut kamu nolak. Tapi asli. Bener-bener cantik." Boboiboy menyeka bulu mata Fang dengan ibu jarinya dengan wajah berseri-seri. "Jujur aja aku iri sama kalian, para alien yang punya mata dan rambut yang warnanya lebih beragam."

"Kamu kayak belum pernah liat aja. Mata kakakku kan juga sama denganku dan kamu pasti udah sering ngeliat kan?"

"Tapi kan beda orang. Beda muka ya beda kesan juga lah." Boboiboy memegang pipi Fang seraya mendekatkan wajahnya untuk melihat mata Fang lebih dekat. "Meski mata kalian sama tapi kalo di kamu jadi rasanya lebih menarik."

Wajah Fang memerah. Ia pun menarik napas dalam untuk menstabilkan detak jantungnya yang berisik kemudian mengambil kacamatanya lagi.

"Sekarang kamu udah puas kan? Balikin kacamataku." Fang hendak memakai kacamatanya lagi namun Boboiboy menahannya.

"Nggak boleh!" Larang Boboiboy dengan wajah tidak rela seperti anak kecil yang merajuk.

"Kacamata kacamataku mata mataku. Kenapa kamu yang malah ngatur dah." Fang mengernyitkan dahinya.

"Pokoknya kamu nggak boleh pake kacamata." Boboiboy menatap Fang dalam. "Nggak boleh di saat aku suka matamu."

Wajah Fang semakin memerah mendengar perkataan Boboiboy. Ia pun memberikan kacamatanya lagi pada Boboiboy kemudian bertopang dagu di meja.

"Jadi apa kamu lebih suka aku ngerjain tugas kelompok kayak gini?"

"Iya!" Boboiboy tersenyum lebar.

"Ya udah. Ayo lanjut lagi. Jaga kacamataku baik-baik. Jangan sampe rusak." Fang kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Oke~" Boboiboy menaruh kacamata Fang di saku bajunya. "Karena rasa sukaku ke mata delimamu ini belum ilang kamu tetep nggak boleh pake kacamata pas sekolah besok ya."

"Kenapa kamu jadi makin ngatur?"

"Karena aku suka matamu."

"Tapi lebih suka kamunya sih." Boboiboy tersenyum hangat.

END

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang