❄︎ Chap.(1)

74 17 1
                                    


Di bawah langit biru yang terbentang luas nan indah, terdapat sebuah nrgara dengan nama Liyue.
Salah satu negara yang dipimpin oleh seorang Archon.
Penduduk negara tersebut menyembah dewa mereka, yang tidak lain adalah Morax.

Yap, Morax atau juga bisa disebut sebagai Rex Lapis memilki bawahan yang membantunya untuk menjaga perdamaian di Liyue, yakni para Adeptus.

Beberapa tahun berlalu sejak perang Archon yang tentu saja mengambil banyak jiwa baik itu orang yang bersalah maupun tidak bersalah.
Dari semua Yaksha, sampai hari ini hanya tersisa satu dari antara mereka.
Yakni sang Conqueror Of Demon, Alatus.

Kehilangan rekan dan harus menerima karma seumur hidupnya, tentu saja itu sangat menyakitkan.
Agar manusia tidak terkena dampak oleh karma miliknya tersebut, ia berusaha menjauhi mereka.

Sampai suatu hari....

Tampak seorang anak perempuan yang umurnya masih terpaut 7 tahun sedang berjalan-jalan di atas salju. Lokasi yang sebenarnya jauh dari penginapan Wangshu Inn.
Kaki mungilnya membuat jejak kaki kecil di atas salju yang empuk.

Saat sedang asyik membuat jejak kaki, ia mendengar suara keributan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Karena rasa penasaran yang menyelimutinya, ia pun berjalan menuju arah itu berasal.
Ia bersembunyi di belakang sebuah pohon.

Sring sring sring

Tampak seorang pemuda dengan surai hijau kehitaman sedang membantai beberapa Hillicurl.
Jika dilihat dari jumlah para hillicurl yang sepertinya tidak bernyawa lagi, ia memiliki kekuatan yang kuat.
Kedua netra anak itu menangkap sebuah benda yang mencolok, yaitu sebuah vision Anemo.

'Tidak heran, orang itu punya sebuah vision yang artinya Ia dipilih oleh Dewa.' begitulah batin anak itu.
Ketika ia mengamati pemuda bertopeng itu, ia merasa sedikit ketakutan karena aura yang berada di sekitar pemuda tersebut.

Ketika ia ingin kembali, dengan tidak sengaja ia menginjak sebuah ranting yang patah dari pohon itu.

KREK

Suara ranting yang patah itu sampai di pendengaran pemuda tersebut.
Ia berjalan menuju arah gadis itu, dengan aura gelap yang menyelimutinya.

'Gawat' pikirnya.
Sekujur tubuh mungilnya bergetar hebat, terlihat sangat ketakutan sehingga sebuah tapak kaki terlihat di samping tempat ia bersembunyi.

Gadis kecil itu menolehkan pandangannya sedikit ke arah sosok itu secara perlahan.
Ia menangkap seorang pemuda dengan topeng berwarna gelap di wajahnya.
Aura kegelapan yang tadinya berkoar telah menghilang, seiring dengan topeng yang dikenakannya, sehingga mengekspos sebuah wajah yang sangat tampan.

Seketika ketakutan dalam diri gadis itu menghilang.
Ia terpana dengan ketampanan pemuda yang berada tepat di samping nya sekarang.
Tanpa disadarinya, ia telah menatap pemuda itu dengan lekat.

"Ini bukanlah tempat untuk manusia kecil.Pulanglah ke tempat asalmu" Pemuda itu membuka suara.
Mendengar suara yang berat itu menegurnya, gadis kecil itu kembali ke alam sadar nya.

Ia mendapati sebuah tatapan tajam yang ditujukan kepadanya.
Tatapan dingin yang seolah merasa jijik, sehingga membuat gadis itu menelan ludahnya.

"B-baiklah." Kata gadis itu.
Ia segera berdiri dan pergi dari tempat itu, tetapi sebelum ia melangkahkan kakinya lebih jauh lagi, ia berbalik dan memperlihatkan sebuah senyuman kecil di wajah mungilnya kepada pemuda itu.

Pemuda itu tampak terkejut, tetapi Ia segera menyembunyikan ekspresi tersebut dengan memalingkan wajah miliknya. Melihat anak itu telah pergi dari pandangannya, Ia kembali menatap tapak kaki kecil di salju.
'Senyuman itu ... terlihat tulus ....' pikirnya.
Kemudian, Ia menatap telapak tangannya yang dilumuri oleh darah.
'Meskipun telah melihat monster sepertiku...'

Tidak jauh dari tempat itu....

Hosh Hosh

Jantung yang berdetak kencang, langkah kaki dengan tempo cepat, kedua iris [H/C] memerhatikan daerah disekitarnya.
Gadis itu berhenti sejenak, menenangkan nafas nya yang berderu kencang. Baru Ia sadari, bahwa dirinya telah tersesat dikarenakan Ia berlari tanpa arah.

"Dimana ini--" ucapan nya terpotong. Kedua matanya terbuka lebar, perhatiannya teralihkan oleh segerombolan Abyss yang mendekat ke arahnya.
Ia segera berlari dari tempat itu. Sangat disayangkan, kaki nya yang mungil itu tidak dapat membantunya mendapatkan kesempatan untuk selamat.

DUGH

Tanpa sengaja, kaki nya tersandung oleh sebuah patahan batang kayu yang padat dan keras.
Darah merah pekat mengucur dari kaki kanan nya, setelah Ia memerhatikan batang kayu tadi, ternyata terdapat beberapa serpihan kayu tajam di pinggirannya.

'Bam bam wooosh'
Segerombolan Abyss membuatnya terpojok, tidak ada seseorang pun yang berada di area sekitarnya yang dapat membantunya selain monster-monster yang mengerikan dan liar.

Apa yang dapat diharapkan dari seorang anak kecil yang tidak memiliki kekuatan dan pengalaman dalam bertempur?

'Mengapa aku harus mati di tangan monster yang menjijikkan ini?' batin gadis mungil itu.
Dengan cekatan tangannya meraih batang kayu yang cukup tebal dan dapat Ia genggam, Ia memungut batu dengan cepat, dan memukul batu itu dengan batang kayu yang ia genggam dengan erat.

'Meskipun hal ini sia-sia, tetapi setidaknya aku tidak ingin mati dengan rasa pasrah di tangan monster jelek ini!!' batinnya meringis.

Sayangnya, seorang Abyss Mage Cryo menyerang pergelangan tangan gadis itu sehingga batang kayu yang tadinya Ia genggam terjatuh. Pertahanan nya telah runtuh, bahkan Ia juga tidak bisa berlari lagi karena kakinya yang terluka.

Ia menutup matanya, berharap utusan Rex Lapis dapat menyelamatkan nya.
Di saat Abyss Mage itu ingin melancarkan serangan terakhir nya, tampak sebuah kilatan hijau gelap muncul di depan gadis kecil itu.

 

To be continued.

Monday, May 16th.
By : S.Haruna
Project by : LimerencePro


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 𝔽𝕚𝕣𝕤𝕥 𝕊𝕟𝕠𝕨𝕗𝕝𝕒𝕜𝕖 ❄︎ 𝐗𝐢𝐚𝐨 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang