Monochrome

8 0 0
                                    


Ruang lingkup tuan hanya sedikit, Karena tak mau untuk bertamu Kembali kedalam lubang yang sama.
Haikal menghela nafasnya pelan melihat semua yang masih abu abu, matanya memang berfungsi normal tapi hanya menampilkan hitam dan putih. Sesak rasanya mengetahui ia berbeda dengan yang lain.

Tuan diam dengan pikiran yang berkecamuk, dengan tangan yang melukis dengan warna abstrak, entah tuan sadar atau tidak ada seseorang yang tidak sengaja melihatnya di taman dengan angin yang menyapu rambutnya, seseorang tersebut terpanah dalam satu pandangan.

Haikal beranjak dari duduknya, membawa lukisannya dalam genggaman, ia menoleh  kearah kanan dan kiri merasa ada yang mengintip  namun nihil, tak ada siapapun di seberang sana.

Dia berjalan dengan pelan, menunggu sang ayah untuk menjemput, namun tepukan Pundak membuatnya terkejut setengah mati, ia melihat satu pemuda tampan dengan aura dominan yang mencekik dirinya, Haikal mundur beberapa langkahnya dengan mata yang berbinar bingung.

Pemuda tadi menyerahkan sebuah amplop dengan senyuman terpantri di kurva bibirnya. Pria tadi membalikan tubuhnya dan melambaikan tangannya tanya berkata sepatah kata, Haikal linglung tanpa sebab, memandang sepucuk surat itu dengan ragu.

Teriakan lirih dari mobil membuatnya tersentak dan menoleh, melihat sang ayah yang menunggu  dengan sabar dan menyuruh Haikal untuk masuk dan pulang.

“Dari siapa sayang?” Haikal hanya memandang sang ayah dengan binar bingung

“Tadi ada satu laki laki yang ngasih ini ke Haikal ayah, belum Haikal buka. Ini amplopnya warna apa?”

Ayah tertegun dan tersenyum tipis mengusap tangan haikal dengan tenang sembari melihat kedepan untuk memastikan lampu lalu lintas masih berwarna merah.

“Biru sayang, warna amplopnya biru seperti langit, cantik”

Haikal mengangguk mengerti dan membuka kertas tersebut dengan perlahan dan rasa penasaran perlahan lahan menggerogoti hatinya

		Haikal terkekeh kecil membuat sang ayah memandangnya bingung namun binar matanya memancarkan rasa, “kenapa nak?” Haikal menunjukan coretan tadi kehadapan sang ayah yang mau memarkirkan mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haikal terkekeh kecil membuat sang ayah memandangnya bingung namun binar matanya memancarkan rasa, “kenapa nak?” Haikal menunjukan coretan tadi kehadapan sang ayah yang mau memarkirkan mobilnya.

“Anak ayah, coba terima ya? Kalau memang dia bukan obat penenang putra ayah satu ini, nggak papa pulang lagi sama ayah bunda, kami nggak akan marah, bisa ya nak?”

Haikal anggukan kepala dengan semangat, tersemat senyum manis dalam Bahagia.

Haikal kalau memang mahen rumahmu tolong ya jangan merasa rendah, kamu sempurna di mata orang yang tepat.

Haikal kalau memang mahen rumahmu tolong ya jangan merasa rendah, kamu sempurna di mata orang yang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Monochrome (ONESHOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang