"Seungkwan, ayo keluar dulu. Kamu udah dua hari belum makan," bujuk sang abang -Seokmin.
"Enggak mau. Kakak pembohong, katanya Mingyu mau ketemu aku. Tapi apa? Yang aku temui hanyalah papan nisan. Untuk apa aku makan kalau gitu. Aku maunya ketemu Mingyu, Mingyu kak. Pacar aku. Bukan papan nisannya Mingyu," Seungkwan menolak fakta yang membuatnya shock.
Pasalnya Mingyu gak ada berpamitan sama sekali padanya. Jika Seungkwan bertanya pada kakaknya, Seokmin selalu bilang Mingyu ada pemotretan. Hingga dia keluar rumah sakit barulah katanya Mingyu hendak bertemu. Bukannya bertemu sosok pria tinggi ia malah dibawa ke pemakaman.
Seokmin tak tahan mendengar adiknya yang terus menangis. Dia takut adiknya kenapa-kenapa karena tidak makan dan minum selepas pulang dari makam.
"Mingyu menitipkan sesuatu untuk kamu," Seokmin menyelipkan secarik kertas dari celah pintu.
Seungkwan langsung turun ke bawah, mengambil kertas itu. Setelahnya dia menarik napasnya kuat-kuat. Menguatkan jiwanya. Diapun menyenderkan badannya pada daun pintu. Mulai membaca baris pertama isi surat itu.
"Indah, seperti yang kamu bilang. Tapi lebih indah lagi kalau kamu ada di samping aku. Gapapa kok kalau aku gak bisa lihat. Asal kamu di samping aku. Sayangnya itu cuma bisa menjadi perandaian aku doang," balasnya.
"Aku gak ngambek juga kamu bakalan diemin aku terus, Gyu," Seungkwan menitikkan air mata yang menghalau penglihatannya.
Mingyunya selalu tahu reaksi apa yang akan Seungkwan berikan kalau dia mulai nyeleneh.
Seungkwan tersenyum pedih. Dulu dia akan membalas ejekan Mingyu dengan memukul atau mencubit lengan Mingyu. Kini orang itu telah menghilang. Tak ada lagi ejekan yang diterimanya. Bukankah harusnya Seungkwan senang karena tak ada yang mengganggunya? Tapi kini tangisannya semakin membuncah.
Seungkwan mengelap air mata dan ingus dengan punggung tangannya. Sebuah senyuman tipis tersungging di bibirnya.
Mingyu selalu tahu apa yang Seungkwan lakukan. "Iya, nanti aku makan. Aku janji."
Seungkwan mendekap surat itu kuat-kuat. Kamar itu terdengar kembali rintih tangis yang sangat memilukan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang jatuh
Fanfiction"Kamu percaya bintang jatuh gak, Gyu?" "Kalau ada bintang jatuh saat ini, kamu mau minta apa?" "Ih, kok semuanya aku sih? Kamu juga harus buat permintaan untuk diri sendiri dong." CERITA LENGKAP ADA DI TWITTER @.akunboocyn