Heyyoh!
Happy Reading ^^
⌒
Tap!
"Hmm, aroma asing yang menyesakkan ini! Tidak salah lagi, aroma anak-anak Esema! Setelah empat tahun lamanya, dunia Esema! Dunia ESEMAAAAAA!"
Teriakan menggelegar terdengar di depan gerbang Sma Cahaya Ilahi. Seorang remaja dengan rambut terkuncir dua, menggunakan papan nama yang terbuat dari kardus bekas minuman, topi dari pot bunga, serta tas rotan. Title 'anak baru' menjadi pemikiran utama semua murid yang berlalu lalang.
Mereka menatap remaja perempuan satu itu aneh, berkat kalimat tidak masuk akal yang ia katakan barusan. Semua murid jadi membicarakananya dengan penuh ledekan. "Kok gue kaya liat manusia purba, yah?"
"Lebay banget anjir! Masuk SMA aja sampai segitunya. Dari pelosok mana tuh anak?"
"Wkwk, ada bahan gibahan buat anak kelas 11.."
"Mukanya kucel amat, padahal baru masuk. Belom mulai aja segitunya, kalau udah gimana yah? Wkwk.."
"Iyuh banget, sebar gosib sabi kali ya?"
Doeng!
Mendengar bisik-bisik yang tertuju padanya, remaja itu justru dengan santai menggaruk pipinya yang gatal. Tanpa merasa takut atau sedih sedikit pun ia melangkah memasuki dunia baru. Dunia yang mungkin saja menyenangkan, atau ... suram?
Buagh!
"Eeh! Ma-maaf! Gu-gue gak sengaja!" ringis seseorang yang menabraknya lumayan kencang, alih-alih marah, ia justru menyodorkan tangan kecil nan gempal miliknya. "Kenalin, Gadis. Gadis Madaharsa, kamu siapa? Murid baru juga kan? Akutu gak punya temen, makanya.. Mau yah, jadi temen Gadis?" tanya-nya menceloteh ria.
Ajakan dari remaja bernama Gadis Madaharsa membuat remaja berkacamata yang barusan menabrak Gadis tercengang sejenak. Tunggu, apa ia salah dengar? Namanya, cukup meresahkan ... Gadis?
"Nama lu, cukup buat orang gagap pokus yah.." coment-nya dibalas anggukan oleh Gadis.
Terlihat jelas Gadis menantikan remaja berkacamata itu memperkenalkan diri, tak ingin membiarkan Gadis lama menunggu, dia pun segera mengenalkan diri pula. "Rania Putri, terserah lo sih manggilnya apa. Btw, sorry. Gue gak kebiasa pake aku-kamu," terangnya membuat Gadis mengangguk saja.
"Sama aku santuy aja, Rani. Pengen sih pake Lo-gue kaya anak Esema kebanyakan, tapi karena lama di rumah jadi susah.. Apalagi di rumah cuma ada Mama, Papa, Kakak, sama dua adik." ucap Gadis setengah sedih.
Heran dengan pernyataan Gadis, Rani mengerutkan kening. Sambil berjalan menuju lapangan upacara ia kembali bertanya, "Dirumah aja? Emang masih Karantina yah? Atau sekolah homeschooling? Kok bisa gak berbaur sama anak-anak lain?"
Pertanyaan yang Rani lontarkan tampaknya sedikit menyentil hati kecil Gadis, ia nyengir dan mengeluarkan satu botol kecil yang berisi obat-obatan. "Sakit, Rani ... aku, berhenti sekolah setelah tamat Sd.." lirih Gadis menunduk malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Cinta Datang?
Teen FictionBagaimana Rasanya jika pada usia 18 tahun, baru menginjak kelas 10 Sma? Ketika teman-teman sebaya sudah menyiapkan kelulusan, dirinya masih sibuk dengan Mos yang Osis berikan untuk para murid baru. Menjadi murid tertua di kelas 10 Ipa 3 sama sekali...