Prolog

1 0 0
                                    

Perkenalkan namaku Syaiadza Afwa, aku biasa dipanggil dengan nama Afa, umurku sekarang menginjak lima belas tahun. Sama halnya dengan gadis sebayaku, aku mulai penasaran dengan yang namanya perasaan suka dengan lawan jenis.

Berbincang soal perasaan, aku belum pernah menemukan tempat untuk menceritakannya selain kepada diriku sendiri. Hanya penasaran aku pikir, jadi lebih baik aku pendam untuk waktu ini.

Aku dididik dengan ajaran orang tuaku yang cukup agamis, membatasi untuk berinteraksi dengan lawan jenis, keluar rumah, bahkan sedikit mengawasiku dalam bergaul dengan sesama jenis.

Bisa dibilang seperti itu karena sampai sekarang temanku sedikit, kecuali teman di sekolah. Selain di sekolah aku tidak mempunyai teman. Ya begitulah kehidupanku yang datar-datar saja.

Ngga datar juga sih, orang tuaku suka membuat keributan di rumah. Aku sampai bingung mereka masih bersama dengan alasan anak-anaknya, tapi mengapa tidak memikirkan perasaan anaknya? Memang mereka tidak berfikir kewarasan mental health dari anak-anaknya.

Cukup lucu bukan? hahaha, namanya dunia pasti ada aja kerikil kecilnya.

Di sekolah aku punya empat orang sahabat dekat Naifa, Zalea, Shasta, dan Faza. Mereka memang cukup dekat denganku terlebih Shasta yang sering pulang bersamaku. Banyak hal yang kita lewati bersama, seperti berbohong untuk pergi bermain. Setiap hari Sabtu kita pergi ke rumah Zalea hanya untuk bermain, menonton, film, atau karaoke bersama.

Cukup lucu kalau dipikirkan hahaha. The power of anak ambis yang disatukan, ya seperti itulah kita. Sesuai dengan kemampuan masing-masing kita bisa bersama. Berawal dari tukar jawaban, sampai akhirnya kita menjadi akrab.

Kita bersekolah di salah satu SMP Islam di kota ini. Memang sangat islami bukan? Lebih tepatnya orang tua kami yang sangat islami sekali. Terlebih Faza yang sangat-sangat diawasi oleh orang tuanya, terlebih untuk berinteraksi dengan lawan jenis.

Sangat susah untuk kami bisa bebas seperti anak pada umumnya. Hidupku yang awalnya biasa saja seperti ini dapat berubah menjadi seratus delapan puluh derajat karena datangnya dia.

Dia seseorang yang membuatku menjadi Afa yang berbeda dari yang dulu. Dia yang tak pernah ku sadari bisa membuatku seperti ini, membuatku menjadi Afa yang berbeda, Afa yang kuat, Afa yang ngga peduli, semua karena dia salah satu tokoh utamanya, dia salah satu pemeran utamanya.

Kata orang tokoh utama ngga bakal bisa tergantikan, mau tergantikan gimana jika kisah kami saja belum benar-benar usai yang membuatku sedikit memiliki tekanan. Aku terlalu banyak mentolelir kesalahannya bahkan yang membuatku sakit hati.

Banyak hal yang membekas, kata, tawa, bahagia, bahkan tangis yang masih ada.

"Aku minta maaf untuk semua kesalahan yang aku lakukan"

Bahkan dulu aku tak tau maksud dari kata itu, tapi sekarang aku tau seberapa besar kesalahan yang sudah kamu torehkan. Kisah kami akan dimulai dari hari ini

Dua KacamataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang