The Empress
.
.
.
.
.
Kamu memandangi tangan yang terjulur di hadapanmu. Seperti biasa, di wajah pemuda itu selalu ada senyum cerah yang hanya ia tunjukkan padamu. Kamu mendengus lalu meraih tangannya. Kamu perlahan melangkah keluar dari limosinmu. Iaros lalu segera membawamu masuk ke dalam istana.
Istana permaisuri lebih tepatnya. Hari ini kamu, Iaros, dan juga permaisuri memiliki janji makan siang bersama. Namun, tunanganmu memiliki urusan lain yang harus dilakukan, sehingga ia hanya mengantarmu sampai ke tempat ibunya.
Begitu berhadapan dengan permaisuri, kamu langsung memberi salam hormat padanya. Wanita itu melirikmu dari ujung mata, kemudian memintamu duduk di hadapannya.
"Bagaimana kabarmu, Putri Mahkota?"
"Seperti yang Anda lihat, saya sangat baik, Yang Mulia."
Permaisuri tersenyum mendengar jawabanmu. Meski begitu, kamu tidak meresponnya. Kamu tahu senyum itu palsu. Dan permaisuri juga pasti tahu bahwa dirimu tidak nyaman berada di sini.
"Cepat sajikan makanannya, Putri Mahkota pasti lapar," titah permaisuri pada para pelayan.
Kamu mendengus mendengarnya. Melihat makanan yang disajikan untukmu membuat selera makanmu hilang. Walau sejak awal, kamu memang tidak pernah berselara makan di depan permaisuri.
Wanita itu kelihatannya sengaja menyajikan makanan yang pedas untukmu, walau ia tahu kamu sebenarnya mempunyai masalah pencernaan dengan makanan pedas. Tetapi kamu tidak bisa menolaknya. Bagaimana pun dia adalah permaisuri, menolaknya sama saja dengan menghina kekaisaran. Pada akhirnya kamu tetap menyantap makanan itu.
Setelah pertemuan dengan permaisuri hari itu, kamu langsung pulang ke rumah tanpa mengabari Iaros lebih dulu. Pemuda itu menelponmu beberapa kali, tapi kamu memutuskan untuk mengabaikannya.
Selama beberapa hari, kamu juga tidak mengikuti kegiatan perkuliahan. Hal itu membuat Iaros cemas dan memutuskan untuk mengunjungimu di kastil Beliard.
Kedatangannya yang tiba-tiba membuat orang-orang di kastil Beliard terkejut. Para pelayanmu berusaha menghentikannya untuk masuk ke kamarmu. Tetapi Iaros cukup keras kepala, sehingga ia tidak memperdulikan ucapan para pelayanmu.
Langkahnya baru berhenti saat tiba di depan pintu kamarmu.
Tidak. Bukan pintu itu yang mengahalanginya. Melainkan sesuatu yang ia dengar dari dalam sana.
"Bukankah sejak awal sudah kukatakan untuk tidak membuat kakak menjadi putri mahkota? Coba lihat apa yang terjadi, kakak seperti ini karena keputusan ibu." Itu suara Medeia. Suara yang biasanya terdengar sangat dingin itu, kini penuh dengan kecemasan.
"Aku setuju, putriku tidak seharusnya pergi ke sana. Aku akan membicarakan hal ini dengan baginda Kaisar dan akan meminta pembatalan pertunangan."
"Apa maksudmu? Jangan bicara omong kosong! Dia akan jadi permaisuri apapun yang terjadi."
"Ibu ingin mengorbankan kakak demi ambisi ibu sendiri?"
"Tutup mulutmu, Medeia! Dia tidak harus pergi ke sana kalau saja kau tidak mundur dari posisi putri mahkota."
Medeia terdiam mendengar ucapan sang ibu. Matanya melotot dengan raut penuh amarah.
Kamu mendengus memandangi pertengkaran keluargamu itu. Padahal kondisimu masih belum pulih, tetapi mereka malah membuat keributan di kamarmu.
![](https://img.wattpad.com/cover/297944327-288-k792085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiancè || Iaros Orona Eperanto
Fanfic[COMPLETE] _________________________________________ Lupakan sejenak keburukannya dan mari ciptakan dunia halu dimana kalian menjadi tunangan Iaros Orona Eperanto. Masih bertema kekaisaran, namun dikemas dalam dunia modern. Nikmati hari-hari kalian...