Mereka pun sudah sampai di depan rumah dzira, perasaan tak karuan sudah merutuki kevin, antara senang, takut, grogi dan segalanya sudah berkecamuk.
"Assalamualaikum." salam mereka berdua.
"Waalaikumsalam." seorang perempuan paruh baya pun keluar dari dalam rumahnya.
"ya allah sayang kenapa ga ngabarin umi kalo pulang telat?." ujar bunda
dzira langsung mencium tangan ani. "Maaf umi, tadi hp dzira habis batrai, jadi ga sempet ngabarin umi." jelas dzira.
"Kamu siapa?."tanya ani kepada kevin yang sedari tadi terdiam canggung dibelakang dzira.
Kevin yang merasa terpanggil, langsung mencium tangan ani dan memperkenalkan dirinya dengan sopan.
"Saya kevin tante, kaka kelasnya dzira, mohon izin tante nganter dzira karna tadi kevin liat dzira jalan sendiri, dan karna waktunya udah malem, jadi kevin inisiatif buat nganter dzira sampai kerumah, dzira udah sempet nolak, tapi kevin maksa dzira biar bareng sama kevin karna kevin takut terjadi hal negativ sama dzira." kevin menjelaskan dengan sedetail detailnya.
Ani hanya tersenyum melihat kesopanan yang ada pada diri kevin. "Masyaallah makasih ya kevin, maaf jadi ngerepotin."
"Ngga ko tante, kevin malah seneng jadi bisa kenal sama tante."
"Panggil ajah umi." sontak dzira yang mendengar nya langsung menoleh tak menyangka, jarang sekali uminya berperilaku lembut kepada teman laki laki dzira.
"Emm tan- umi ini kevin beli nasi goreng mang asep buat umi." dengan ragu kevin memberi sebungkus nasi goreng yang tadi di pesannya.
Ani pun meraih bungkus nasi tersebut dari tangan kevin "kamu ko bisa kenal mang asep?dziraaa?."tegur umi
Dzira hanya tersenyum kikuk "maaf umi, tadi dzira sama ka kevin udah laper banget, jadi dzira ajak ka kevin buat makan di tempat mang asep deh."
"Tapi umi tenang ajah, dzira ga berduaan ko, mang asep ada disana buat ngawasin kita."lanjutnya
Kevin tersenyum geli melihat sikap dzira seperti anak kecil sedang mengadu kepada ibunya.
"Umi maaf,kevin mau izin pulang takut dicariin sama bunda." kevin kembali mencium tangan ani.
"Salamin ya buat bunda kamu."
"Baik mi.
"Ra gua pamit ."
"Iya ka, hati hati."ucapnya sembari tersenyum, dan kevin pun membalasanya dengan memberi senyumnya balik.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Kevin memutarbalikkan motornya lalu melajukan pergi dari karangan rumah dzira.
Tatapan mata dzira terus menatap meski sudah tak terlihat, tanpa sadar senyuman telah terukir indah di bibirnya."Ga capek sayang senyum mulu dari tadi?."goda ani kepada sang anak yang terlihat sedang kasmaran
"Kan senyum ibadah umi." ucap Dzira.
Ani yang merasa gemas langsung mencubit pipi dzira yang sedikit berisi. Dan si empu mengerang kesakitan.
"Aww umi sakitt tau." erangnya sambil mengelus elus pipinya yang merah akibat perlakuan sang ibunda tercinta.
"Hahaha maaf sayang umi gemes sama kamu, yaudh yu masukk."
Dzira sudah berada di dalam kamarnya, kamar yang tidak terlalu besar namun sangat nyaman itu selalu menjadi tempatnya berkelu kesah di dalamnya.
Dzira merebahkan badanya, dan mengingat ngingat kejadian tadi yang masih terasa mimpi baginya. Ia tak letih letih melebarkan senyumnya sedari tadi.
"Udah gausah di benerin, lu mau gimana juga tetep cantik."
Kata kata itu masih terngiang jelas di telinga dzira. "Astagfirullah dzira zina gaboleh." ucapnya dengan menepuk nepuk pelan kepalanya agar melupakan semua kata kata itu.
"Lupa lupa lupa lupa." ujarnya, namun ingatan itu seperti magnet yang menarik dan melekat di pikirkan nya sekarang.
Dzira memejamkan matanya, untuk beristirahat setelah satu hari ia beraktifitas tanpa henti.
Malam pun semakin larut, dan dzira sudah terlelap dalam ketenangan yang tampak menyelimuti dirinya.
~~~
Pagi pagi seperti biasa kevin tengah berada di meja makan, untuk menyantap sarapan yang sudah di buat oleh sang bunda.
Kevin merupakan laki laki yang sangat memuliakan ibundanya. Ia akan melakukan apa pun jika ada yang berani menyakiti hati cinta pertamanya itu.