Cerita ini menceritakan sebuah anak dari pedesaan yang di mana ibunya hanyalah seorang perempuan tua yang sudah beranjak nenek-nenek yang setiap harinya berdagang sayur keliling, dan bapaknya hanyalah seorang bapak tua yang pekerjaannya hanyalah kuli bangunan, di mana itupun jika ada seorang warga yang minta bantuin untuk membangun rumahnya, sebenernya keseharian bapaknya hanyalah seorang petani dengan sawah beberapa petak saja, jika tida ada panggilan dari warga setempat yang minta bantuan untuk membangun rumahnya, maka bapak anak ini pergi ke sebuah sawah untuk menanam padi sebagai kebutuhan hidupnya.
Pada tahun 2002 saya di lahirkan di sebuah desa yang bernama desa sindangmandi yang di mana desa yang penuhi keindahan dan dipenuhi hijaunya pepohonan dengan sejuknya suasana perkampungan yang masih alami, Air yang bersumber langsung dari sumur kaki pegunungan menjaga habitat dan kehidupan mahluk bumi, Air ini sangat berharga bagi warga setempat sebagai kebutuhan warga setempat untuk kehidupan sehari-harinya, pemandian yang begitu indah di kelilingi pohon dan persawahan yang begitu menarik yang berundak seperti Piramida, air nya begitu sejuk menarik para wisatawan untuk berkunjung ke tempat pemandian.
*Waktu kecil*
Di waktu saya lahir saya mempunyai 2 kakak perempuan dan 2 kakak laki-laki ibuku sangat lah sibuk bekerja berdagang sayuran keliling kampung, sampai saya sendiri tida begitu terawat di waktu kecil, bahkan susu asi dari seorang ibu saja di gantikan oleh susu kaleng yang dapat dibeli dari warung, karena saya di sini anak terakhir dari 5 bersaudara maka yang mengurus saya waktu kecil kakak perempuan saya.
Saya di umur 4 sampai 6 tahun tidak masuk sekolah paud atau TK karena di dalam keluarga saya kakak saya pada langsung masuk sekolah SD dan juga ekonomi keluarga yang begitu sulit.*Waktu SD*
Di umur 7 tahun saya di masukan ke sekolah SD oleh ibu saya, yang di mana seharusnya anak baru masuk sekolah harus di dampingi oleh orang tua nya. Tapi begitu masuk SD siswa_siswi yang lain di dampingi oleh ibunya. Saya sendiri di dampingi oleh kakak saya yang di mana pada saat itu mereka juga masih sekolah SD kakak tingkat saya. Setiap hari siswa dan siswi di dampingi oleh orang tuanya, saya tidak iri melihat temen-temen saya di dampingi oleh orang tuanya, di kelas saya mandiri tanpa didampingi oleh orang tua saya.
Begitu mulai belajar saya hanya mendengarkan penjelasan para guru tanpa mengerti apa yang sedang di jelaskan oleh guru tersebut, tugas yang di berikan oleh guru kepada siswanya saya beritahukan kepada kakak saya supaya bantu saya untuk mengerjakannya, hafalan-hafalan seperti tambahan, perkalian, dan bahkan huruf huruf alzabar seperti, A. B. C yang harus saya hafalkan. Untuk tambahan dan perkalian saya sedikit menghafal tetapi tida dengan hafalan huruf alzabar.
Saya naik ke kelas 2 SD Blom lancar dalam membaca, sekolah yang terus berjalan waktunya dan harus bisa membaca ketika sudah naik kelas 2 tapi di situ saya belom lancar dalam membaca, bahkan pas di tes membaca untuk kenaikan kelas saya tida lancar dalam membaca. Dan akhirnya saya tida naik kelas 3, waktu itu seharusnya saya naik ke kelas 3 tetapi saya masih di kelas 2 mengulang pelajaran dengan adik kelas. Dan akhirnya dalam waktu setahun itu saya terus belajar dengan gigih, saya tanpa ada minder belajar mengulang di kelas 2.Walaupun belajar dengan rasa kesedihan temen-temen yang dulunya sekelas dengan saya sudah naik ke kelas 3, tapi saya masih di kelas 2 belajar bareng sama adik kelas yang baru. Setahun ngulang pelajaran di kelas 2 akhirnya saya lancar dalam membaca dan naik ke kelas 3 tapi karena saya anaknya sedikit nakal juga sering bolos, berantem, bahkan pas saya pulang dari sekolah ketemu kakak saya,"kakak say bilang jawara datang pulang sekolah" karena keadaan saya yang bonyok baju robek dan dasi copot bekas berkelahi, dan bahkan saya naik ke kelas 6 untuk melaksanakan ujian praktek, nilai praktek matematika saya tidak ada karena saya tidak ikut dalam 1 pelajaran yang di mana pelajaran tersebut wajib ikut peraktek untuk nilai ujian peraktek di dalam ijazazah, pelajaran ujian peraktek yang tida saya ikuti yaitu pelajaran matematika bahkan sampe selesai ujian dan di bagikan ijazazh kelulusan nilai ujian praktek matematika saya kosong tanpa nilai, tetapi kriteria nilai ujian pelajaran lainnya yang bagus saya lulus sekolah SD, saya lanjut masuk sekolah SMP pergaulan SMP sama SD sangat berbeda karena udah mulai remaja yang di mana dulu SD tidak mengenal namanya pacaran di SMP saya menemukan banyak temen-temen saya yang berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vegetable Gardener's son Becomes a Graduate
Short StoryCerita ini menceritakan perjuangan seorang anak yang semasa sekolahnya selalu di tinggal sama orang tuanya berdagang sayuran keliling. Semangat dan kegigihannya dalam meraih kesuksesan masa depannya, dengan keadaan yang seadanya bahkan di saat seko...