"Dan ternyata, rasa ini bagaikan bunga yang tetap tumbuh subur meskipun tak kau sirami, ia bersemayam dalam relung hati yang paling dalam. Dan kembali mekar harum mewangi ketika sang kumbang kembali datang menghampiri bunga."
(Lizliana Safitri Ariane)
Di dalam kantin kampus, Alfin Esa Putra berdiri di depan kasir, sepertinya ia sedang memesan minuman.
"Fin, Alfiiin!!"
Perempuan berparas tirus datang menghampiri Alfin, ia mengenakan perpaduan antara t-shirt putih dengan luaran kemeja berwarna hijau mint dan juga celana jeans dongker, ditambah jilbab warna hitam. Yang membuat penampilannya semakin stylish.Mendengar ada yang memanggil namanya, Alfin membalikkan badan ke belakang.
"Kamu Alfin Esa Putra kan??"
"Lu siapa?" tanya Alfin kebingungan.
"Saya Lizliana Safitri Ariane, temen kecilmu dulu!!" jawab Liana penuh semangat.
"Lizliana yang mana?
"Masa kamu tidak ingat Fin!! Kita sewaktu SD sampai SMP sekolahnya bareng!"
"Maaf, gue enggak ingat!
Mungkin lu salah orang!"
Alfin menghiraukan Liana, ia berlalu menuju kursi kantin, diikuti dengan Lizliana Safitri Ariane."Enggak! Liana enggak salah orang. Itu di alis kamu ada sedikit bekas luka, itu kan waktu dulu kamu nolongin Liana!" papar Liana meyakinkan.
"Mungkin hanya kebetulan saja!"
ujar Alfin sambil menghisap vape yang tergantung di lehernya."Uhuk.. uhuk.. asapnya banyak banget bikin Liana batuk!"
Liana mengipas asap vape dengan kedua tangannya agar tidak menggangu nafasnya."Lagian suruh siapa ikut duduk!"
"Karena Liana yakin kamu itu Alfin! Temen Liana dulu."
"Muka gue emang pasaran. Di luar sana banyak yang mirip gue!"
"Ya sudah, kalau kamu bukan Alfin. Maaf sudah mengganggu, bye!!" ketus Liana meninggalkan Alfin.
Liana menghentikan langkah kakinya ketika mendengar Alfin tertawa terbahak-bahak.
"Hey.. ngapain kamu ketawa! Emang ada yang lucu?" murka Liana menggebrak meja.
"Iya gue Alfin Esa Putra, tadi gue cuman becanda!" Alfin berterus terang sembari terus tertawa.
"Alfiiin.. dasar manusia nyebelin!!" Liana memukuli tubuh Alfin dengan buku yang ia pegang.
"Ampun Liana," ucap Alfin tertawa.
Setelah dirasa puas memukul Alfin, Liana duduk kembali di samping Alfin.
"Sudahlah pokonya Liana ngambek sama Alfin!!" Nampaknya Liana cemberut muka cantiknya ditekuk dan tangannya menyilang di dada.
"Maafin Alfin dong Liana. Alfin traktir ice cream deh!"
"Enggak mau!"
"Bakso?"
"Enggak mau!"
"Mie ayam?"
"Enggak mau!"
"Seblak?"
"Enggak mau!"
"McDonald's?"
"Enggak mauuu!!"
"Pulang bareng?"
"Mauuuu!!"
Paras Liana yang semula cemberut kini mulai kemayu dan tersenyum menggemaskan."Kebetulan hari ini Liana enggak bawa kendaraan. Tapi Alfin bawa motor apa mobil? Soalnya kalo motor Liana enggak bawa helm!"

KAMU SEDANG MEMBACA
PROBLEMATIKA CIUJUNG
Historical FictionNovel ini pemeran utamanya merupakan seorang mahasiswa yang memperjuangkan segala problematika yang terjadi di Sungai Ciujung, sungai yang berada di tanah kelahirannya, sungai yang menjadi sumber kehidupannya dari semenjak ia kecil. Ya namanya juga...