Happy reading
___
Temaram dan sunyi, hanya jarum jam yang berdetik yang terdengar. Cahaya matahari menyusup di celah-celah kecil memberi sedikit cahaya di temaramnya ruang ini. Pagi sudah waktunya, aku sudah bangun namun entah mengapa tak ingin beranjak dari tempat tidurku, bantal yang begitu usang masih membuatku tetap nyaman berbaring dengan selimut usang yang masih melekat di tubuhku. Tiba-tiba sebuah suara paruh baya terdengar berteriak memanggil namaku untuk segera bangun.
Brakk... Brakk... Brakk..
Aku sedikit terlonjak ketika suara gebrakan di depan pintu kamarku, aku menoleh ke arah pintu mendengar Ibu berteriak sambil menggebrak-gebrak pintu kamarku
“RANA!" Teriak Ibu di luar, dan aku hanya menghela nafas
“Cepat bangun, apa kamu tidak akan pergi sekolah? Jangan malas kamu. Ayo bangun!" Ibu kembali berbicara lalu pintu kamarku kembali diam tidak berisik seperti tadi, sepertinya Ibu sudah pergi kembali ke dapur
Aku masih berbaring di atas kasur menatap langit-langit kamar dan kembali menghela nafas, lalu tidak lama aku segera beranjak dan membereskan tempat tidurku
Aku keluar kamar mengenakan seragam putih-abu, aku melangkah untuk menghampiri Ibu di dapur untuk berpamitan. Mataku melihat ke sekeliling rumah, aku tidak melihat Ayah. Pasti seperti biasa, pergi bekerja di pagi buta"Jangan malas untuk sekolah!" Perkataan Ibu tadi pagi terus terulang di pendengaranku, bukan aku malas untuk sekolah hanya saja aku merasa tidak nyaman berada di lingkungan satu kelas dengan mereka.
Rasa kantuk masih menggerap di kepalaku. Aku tidur terlalu larut hanya karena melanjutkan bacaanku pada buku tebal yang berisi cerita fiksi, sampai mataku merasa mengantuk di pagi seperti ini
Setiap langkah aku melewati satu persatu kelas di koridor ini, sendiri. Tak ada sapaan, tak ada rangkulan, tak ada yang menemani di setiap pijakan kakiku. Ya, selalu seperti ini, saat aku memasuki kelas tak ada satu pun sapaan dari mereka. Aku hanya terus berjalan ke deretan kursi tempatku duduk. Aku duduk di barisan meja kedua, dan aku hanya menatap ke arah pintu masuk kelas. Aku tak ingin bertatapan dengan gadis-gadis di kelas ku. Mereka selalu menatapku tidak suka, jadi lebih baik aku menghindar.
"Ran. Jangan melamun" suara dan tepukan di bahuku membuatku tersentak, dia Ayumi teman sebangku denganku, dia baru saja datang lalu menepuk bahuku membuat mataku teralih kepadanya
"Aku nyaman melakukannya" sahutku dalam hati, hanya menatapnya sesaat lalu kembali menatap pintu kelas yang terbuka.
Terdengar helaan nafas dari mulut Ayumi. Sepertinya dia sudah duduk di sampingku karena aku mendengar suara gesekan kursi di tarik"Cobalah untuk bergabung dengan mereka Ran, aku ingin melihatmu berkumpul dengan mereka. Mereka akan senang jika kamu ikut bergabung" Kepala ku menoleh menatap gadis berambut hitam legam sepunggung
Tanganku menarik sebuah buku yang sering ku bawa dan pena di dalam tasku. Tanganku menulis beberapa kata lalu ku berikan kepada Ayumi
“Untuk apa aku bergabung, jika mereka tidak menginginkanku?”
Setelah Ayumi membacanya, wajahnya kembali menatapku
"Kata siapa Ran, kalau mereka tidak ingin bersamamu?"
“Kata mereka, mereka yang mengatakannya langsung kepadaku. Tidak ada yang mau berteman dengan gadis sepertiku, gadis tunawicara”
Lagi-lagi sebuah tulisan yang ku tulis untuk menjawab pertanyaan Ayumi. Ya, aku tidak bisa berbicara. Dan mereka tidak ingin berteman denganku, hanya Ayumi yang tidak menganggap ku beda. Dia baik hati dan dia ingin berteman denganku tanpa memandang kekurangan dalam diriku
YOU ARE READING
Memori || CERPEN
Short StoryTidak ada yang tidak mungkin, jika kita di beri kesempatan maka ketidak mungkinkan itu bisa saja menjadi mungkin yang lebih nyata seperti perkataan Zidan waktu itu "Lo harus berani dekat sama orang-orang. Nggak semua orang sama seperti yang lo kira...