Chapter dua

0 0 0
                                    

Ini masih pagi tapi aku sudah berjalan sendirian di lorong sekolah yang masih sepi

Aku memang seperti ini selalu datang ke sekolah paling awal. Hanya karena tidak ingin di jadikan bahan candaan teman-temanku jika aku datang bersamaan dengan mereka

Langkahku semakin mendekat ke arah pintu kelasku yang sudah terlihat oleh mataku, pintu nya masih tertutup, mungkin belum ada siapa-siapa di dalam

Tanganku baru saja memegang handle pintu, tiba-tiba dari arah dalam pintu itu terbuka sendiri dan..

“DORRRR!!”

Aku hanya mematung dan mengerjapkan mata ketika laki-laki di depanku berniat untuk mengagetkanku

“Kok Lo nggak kaget?” ketusnya sambil sedikit melebarkan pintu masuk untukku

Aku berjalan begitu saja menghampiri tempat dudukku. Aku duduk di ikuti dia yang juga ikut duduk di kursi depan, tubuhnya berputar menghadapku

“Na!”

Itu panggilan baruku, entahlah hanya dia yang memanggilku dengan sebutan terakhir namaku itu

Aku mendongak menatapnya
“Pulang sekolah gue mau liatin sesuatu ke Lo” kata dia dengan serius

Aku menatapnya lama lalu ku anggukan kepala untuk mengiyakannya

“Zidan!”

Panggilan itu membuatku dan Zidan menoleh ke arah pintu

Ya, laki-laki yang sedari tadi duduk di depanku adalah Zidan. Laki-laki tampan yang banyak di kagumi oleh siswi di sekolah ini

Sejak saat itu, saat aku mendengar dia meminta berteman denganku, saat pulang sekolah dia menghampiriku di jalanan, menyapaku lalu tidak lama dia berniat ingin berteman denganku

Waktu itu aku masih acuh padanya, aku tidak percaya padanya saat itu, takutnya dia hanya menjahiliku. Tapi semakin hari dia semakin sering mengikutiku, terus memohon kepadaku agar aku menperbolehkan dia menjadi temanku

Aku menerimanya tapi dengan satu syarat, dia tidak boleh memberi tahu siapa pun. Kami berteman secara diam-diam

Saat itulah hubunganku dengan Zidan sedikit dekat sampai sedekat ini sekarang. Beberapa bulan ini aku dan dia sudah mengenal baik, dia yang terbuka denganku, aku cukup senang karena artinya ia memang bersungguh-sungguh ingin berteman dengaku

Tapi kami hanya berbicara ketika tidak ada orang lain, aku yang memintanya dan dia hanya setuju saja, aku masih ingat dia bilang seperti ini

“Terserah Lo mau kayak gimana, gue temenan sama Lo niat dari hati nurani gue. Gue nggak pernah bercandain orang sampe segitunya” katanya

“Lo lagi ngapain?” tanya Mela heran, teman sekelasku juga

Aku tahu dia menyukai Zidan diam-diam, aku tahu saat dia dan teman-temannya sering bergosip tentang Zidan

“Enggak!” jawab Zidan cepat sambil berdiri untuk segara pergi dari hadapanku

“Gue tadi Cuma nyuruh dia buat bersihin kelas” lanjutnya lalu pergi ke luar kelas

Memori || CERPENWhere stories live. Discover now