Part 1

2 3 0
                                    

Nafisah Aliya
Gadis berumur 17 tahun yang saat ini tengah duduk di bangku SMA kelas 12, ia termasuk siswa yang berprestasi di sekolahnya, sehingga dia diberi amanah untuk mengajar siswa siswi di sebuah sekolah menengah pertama. Tak hanya cerdas, ia juga memiliki paras yang cantik, dengan pipi chubby dan dihiasi dengan lesung pipi yang menambah kecantikannya ketika ia tersenyum. Tak heran jika banyak yang menyukainya, bahkan ada juga yang sampai melamarnya.

Dan disinilah ia berada, di sebuah sekolah yang akan menjadi tempatnya menyalurkan ilmu yang ia punya. Nafisah sendiri pun sangat bahagia, karna dari dulu ia ingin menjadi seorang guru, dan ini adalah pengalaman pertamanya sebelum ia masuk dunia perkuliahan dan menjadi guru yang memiliki gelar.

Saat ini Nafisah tengah duduk di ruang kepala sekolah, berbagai macam pertanyaan yang dilontarkan oleh kepala sekolah itu mampu ia jawab dengan tenang dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya.

"Baiklah Nafisah, kamu memang siswi yang cerdas. Sekarang kamu hanya mengajar di kelas 7 ya." Ucap pak kepala sekolah memberitahu kelas mana yang harus Nafisah ajarkan.

"Baik pak, terima kasih atas kebaikan bapak, dan terima kasih untuk kesempatan yang luar biasa ini." Gadis yang bernama Nafisah itu tak henti-hentinya mengucap rasa syukur karna dengan prestasinya dia bisa sampai pada titik ini di usianya yang terbilang muda.

Nafisah tersenyum sumringah kala ia menyusuri koridor sekolah. Ia terus melangkahkan kakinya hingga ia sampai pada suatu kelas yang menjadi tempatnya mengajar.

tok tok

"Assalamualaikum." Nafisah berdiri di depan pintu seraya memegang bukunya dan memberi salam kepada guru yang ada di kelas itu, Nafisah melihat sekilas pada gerombolan siswa siswi yang sedikit terperangah karna kemunculannya yang menyejukkan mata.

"Waalaikumussalam." Kompak seisi ruangan itu menjawab salam Nafisah.

Nafisah memberi isyarat untuk masuk dan dipersilahkan oleh guru perempuan yang ada di kelas itu.

"Anak anak sekalian, ini adalah guru baru kalian yang beberapa bulan kedepan akan menggantikan ibu, karna ibu sendiri ada urusan lain. Namanya ibu Nafisah, silahkan Nafisah." Ucap Bu Sri memperkenalkan.

"Halo semua." Nafisah melambaikan tangannya seraya tersenyum bahagia menunjukkan lesung yang ada di pipinya yang membuat semua siswa menjadi bersemangat.

"Halo Bu.!" Ucap siswa siswi itu kompak.

"Sebelumnya perkenalkan nama ibu Nafisah Aliya, kalian bisa panggil saya Bu isa. Oya, disini ibu masih sekolah juga seperti kalian, ibu masih sekolah kelas 12 dan masih berumur 16 tahun, masih muda ya hehe." Nafisah cengengesan dengan dirinya yang sudah di panggil ibu dengan usinya yang masih sekolah.

"Bu isa, ibu sudah punya pacar? Kalo belum, bolehlah Budi jadi pacarnya ibu." Tawa dari satu ruangan itu pun pecah karna bocah yang tak berambut itu tengah menggoda Nafisah.

"Hei botak, lu sadar ga sih...lu itu botak, mana mau Bu isa sama elu hahaha.." Salah satu siswi ada yang mengejek si botak yang dibalas oleh tawa satu kelas, tak terkecuali Nafisah yang juga ikut tertawa.

"Hehe ibu masih jomblo nak." Masih tersisa gelak tawa Nafisah kala menjawab pertanyaan yang diluar pelajaran itu.

"Tuh kan...Bu isa sendiri masih jomblo, pasti bu Isa mau sama gue." Ucap si botak kepada siswi yang mengejeknya tadi sambil menjulurkan lidahnya.

"Sudah sudah, ibu suka ko kalo kalian suka bercanda gini, tapi kalo lagi belajar harus pada serius ya." Nafisah meleraikan pertengkaran manis yang terjadi tadi.

"Oke anak anak, karna sekarang sudah ada Bu isa, Bu Sri pamit dulu ya, baik baik sama Bu isa...harus nurut juga ya."

"Baik Bu..." jawab mereka serentak

"Semangat ya Nafisah...kamu pasti bisa, ibu pamit dulu ya." Bu Sri menyemangati Nafisah dan dijawab dengan senyum bahagia dari wajahnya.

"Baik Bu, terima kasih."

Selama mengajar Nafisah tak henti-hentinya tersenyum, terlihat jelas dari raut wajahnya yang tampak sangat bahagia kala ia mengajar siswa barunya. Fokus Nafisah teralih pada seorang siswa yang hanya diam saja selama pelajaran berlangsung, hingga pelajaran selesai pun siswa tersebut hanya diam dan menatapnya dalam, Nafisah sedikit tak nyaman karenanya.

"Baiklah anak anak, jam ibu sudah habis ya, sekarang kalian boleh istirahat." Seisi ruangan itupun bersorak bahagia karna jam istirahat nya telah tiba. Satu persatu siswa siswi sudah keluar kelas menuju kantin sekolah, hanya sisa satu siswa yang tadi diam saja. Karna penasaran, Nafisah menghampiri siswa itu.

Nafisah duduk di depan siswa itu seraya tersenyum.

"Hai, siapa namamu? Kau kenapa tak ikut keluar seperti teman-teman mu?." Nafisah bertanya seraya menatap siswa yang juga menatapnya dalam.

Bukannya menjawab, siswa itu malah memegang tangan Nafisah. Nafisah terkejut atas tindakan siswa yang menurutnya tidak sopan, Nafisah berusaha berfikir positif, ia membiarkan tangan siswa itu menggenggam tangannya, Nafisah pikir siswa ini butuh seseorang untuk menguatkan nya dari masalah yang Nafisah sendiri pun tak yakin bocah kelas 7 ini punya masalah serius.

"Siapa namamu?." Sekali lagi Nafisah bertanya.

Ada yang aneh dari siswa ini, Nafisah merasakan bahwa genggaman ditangannya semakin erat, Nafisah berusaha melepaskan tangannya dan usahanya itu berhasil, tangan itu tak lagi menggenggam tangannya.

"Satria."

Setelah mengucapkan itu, siswa yang bernama Satria itu pergi meninggalkan Nafisah yang masih terperangah dengan tindakan bocah itu barusan.

"Aneh.." Nafisah bergumam dan tak terlalu memusingkan hal itu, ia pun kembali mengukir senyumnya dan berjalan ke arah kantor sekolah.

------
Halo eperibadehh...ini cerita pertama aku, dan aku sendiri pun buat cerita ini berdasarkan kisah nyata yang dilebih-lebihkan wkwk. Semoga kalian suka ya...jumpa lagi hehe

See you

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang