Hallo, aku Dion, umur aku 4 tahun tapi sebentar lagi umur aku 5 tahun. Mama aku Namanya Cassandra dia punya toko baju yang ada di dalam mall. Papa aku namanya Radit kerja di gedung yang tinggi banget, sampai-sampai aku harus ngelihat gedung itu dari jauh biar bisa ngelihat atas gedung tempat Papa kerja. Oh ya, aku juga punya kucing yang Namanya Leo.
Hari ini sebelum ketemu Rere sama Ryan di sekolah, Mama masakin aku chicken nugget yang bentuk bintang sama roket. Aku melihat Papa lagi fokus banget lihat laptop sambil duduk di meja makan. Kata Mama aku nggak boleh ganggu Papa kalau lagi kerja, tapi kan Papa nggak lagi di kantor, jadi Papa nggak kerja dong?
"Papa...Dion, mau T-Rex." Papa tersenyum sambil usap-usap rambut aku. "Iya, nanti pulang kerja Papa belikan T-Rex." Papa baik banget, Kalau aku minta mainan, Papa pasti belikan. Kalau aku minta ke Mama, Mama pasti bilang kalau mau dibelikan, aku harus bersikap baik ke teman sama Mama sama Papa juga terus Nenek sama Kakek juga.
"Dion, habisin dulu makannya ya." ucap Mama sambil cium kepala aku. Aku suka kalau Mama sama Papa cium kepala aku. Kata Miss Anita, kalau Mama sama Papa cium kita itu salah satu tanda kasih sayang. Mama sama Papa sering cium aku, berarti Mama sama Papa sayang aku.
"Mama, Mama tahu nggak, Jessie punya dua Papa." Mama diam sebentar, terus Mama duduk di samping aku. "Kemarin Jessie sombong kalau dia punya dua Papa, padahal sombong itu nggak baik, kan?" Mama kembali usap-usap rambut aku. "Sayang, habisin dulu makannya. Bentar lagi Papa antar ke sekolah." Aku mengangguk dan makan chicken nugget lagi.
Mama bilang bekal hari ini bento. Aku suka bento. Masakan Mama dibentuk jadi lucu. Masakan Mama juga enak. Waktu setelah makan, Mama antar aku sama Papa sampai diluar rumah. Hari ini Papa yang antar aku ke sekolah. Papa selalu pakai baju rapi kayak di film-film. Papa menggendongku untuk masuk ke dalam mobil Papa dan Mama ada di depan pintu sambil melihat ke arah aku dan Papa.
"Dadah sayang." kata Mama sambil melambaikan tangan, aku juga melambaikan tangan ke arah Mama. "Papa, kok aku duduk di belakang?" Padahal biasanya kalau ke sekolah aku duduk di depan. "Nanti ada teman Papa ikut kita." Kok ikut aku dan Papa, emang teman Papa nggak punya mobil ya?
Aku diam sambil melihat ke arah tas yang ada di samping aku. Didalamnya ada buku, pensil, mainan, dan bento. Aku nggak sabar makan bento. "Nunggu lama?" kata Papa ke temannya. Wanita cantik itu masuk ke dalam mobil Papa. Cantiknya sama kayak Mama. "Nggak kok–Hallo, pasti kamu Dion, ya?" aku diam, kata Mama aku nggak boleh ngobrol sama orang yang nggak kita kenal. Tapi Tante itu kenal Papa, berarti dia orang baik, kan?
"Dion, say hai to Tante Alea."
"Hai,"
Kalau di lihat-lihat, Tante Alea mirip sama orang yang foto bareng sama Papa di universal studio. Waktu itu aku pinjam handphone Papa buat nonton cocomelon, tapi nggak ngerti gimana cara masuk ke YouTube lagi, jadi aku foto-foto aja muka aku sambil lihat di galeri handphone Papa, tapi ada banyak foto Tante Alea disana. Apa nanti kalau aku udah punya handphone galeri foto aku juga bakalan penuh sama foto Ryan sama Rere?
Papa sama Tante Alea ketawa terus di depan. Aku nggak ngerti mereka ngobrolin apa, tapi katanya mereka mau jalan-jalan ke Bali. Aku ingin ke Bali, kata Arnold Bali itu banyak pantai dan aku juga udah bosan dengan pemanandangan gedung-gedung tinggi disini. Papa juga pasti bosan.
"Dion juga boleh ikut?" Tante Alea melihat ke belakang dan tersenyum. "Boleh, dong." Aku tersenyum, ternyata Tante Alea baik banget. Aku nggak sabar bisa jalan-jalan bareng Papa sama Mama di pantai juga. "Dion mau ikut?" tanya Papa dan aku mengangguk. "Ya udah, kalau Dion mau ikut, gimana kalau kita main game dulu?" Game? Aku suka main game! Miss Sarah, Miss Anita, sama Miss Wenda suka ajak aku sama teman-teman main game di sekolah.
"Kita main yang namanya game penjaga rahasia." Aku mengerutkan dahiku, aku nggak pernah main itu sebelumnya disekolah. "Pokoknya kalau Dion nggak ikut peraturannya, Dion kalah." Aku tersenyum, pasti ini game yang mudah cuman ikutin peraturannya dan nggak ada tantangannya kayak di sekolah. "Peraturannya apa, Pa?" Aku bisa melihat Papa tersenyum sambil menyetir mobil. "Peraturannya, jangan kasih tahu siapa-siapa kalau kita bakalan ke Bali." Aku tersenyum. Ini mudah! Aku pasti menang. "Gimana? Ready?" Aku mengangguk semangat. "Ready!!!"
***
Aku bingung kenapa Jessie menggambar tiga orang di buku gambarnya. "Bukannya, Miss Sarah minta kita gambar orang tua?" tanyaku saat Jessie asik menggambar rambut pendek di gambarnya, bukannya Papa Jessie botak ya?
"Iya, ini Ibu, ini Daddy, sama ini Ayah." Jessie menujuk gambar orang botak itu dengan sebutan Ayah dan gambar orang yang rambut pendek itu Daddy. Aku lupa kalau Papa Jessie ada dua. "Kok kamu punya dua Papa?" tanyaku. "Aku juga nggak tahu," Aku cemberut, bukannya semakin banyak Mama sama Papa, semakin banyak juga orang cium kita? Terus semakin banyak juga yang sayang sama kita? Tapi kata Mama aku nggak boleh iri sama orang lain. Tapi aku juga ingin banyak orang yang sayang sama aku.
Setelah sekolah, Mama jemput aku. Mama kelihatan capek hari ini, jadi aku tunjukin gambaran aku hari ini, biasanya Mama pasti langsung semangat lagi kalau lihat gambaran aku. "Ma, lihat, aku gambar Mama kayak Superman, Papa kayak Batman, terus aku kayak Robin." Kali ini Mama hanya tersenyum dan mencium kening aku. Kayaknya Mama capek banget.
Sebenarnya aku ingin bilang soal rencana Papa buat ke Bali biar Mama semangat lagi. Tapi kalau semisalnya aku ngomong, nanti aku kalah. Kalau aku kalah, aku sama Mama nggak bisa ke Bali buat lihat pantai yang kata Arnold bagus. Aku lihat muka Mama yang lagi fokus nyetir. Mata Mama merah. Apa Mama habis potong bawang?