Bunyi alarm membangunkan Nathan, dengan setengah sadar ia mematikan ponselnya dan melirik ponsel tersebut dengan mata yang masih belum terbuka sempurna. Terlihat waktu menunjukkan pukul 05.03 di poselnya, dan kini ia beranjak bangun dari tempat tidurnya. Tak lupa ia membuka tirai jendelannya, terlihat pemandangan fajar yang masih malu-malu mulai menampakkan dirinya diantara sela gedung pencakar langit dan hawa sejuk kota pelajar. Perkenalkan dia adalah Jonathan Alviano pemuda berumur 24 tahun orang-orang lebih suka memanggilnya Nathan, ia bekerja di salah satu intitusi pemerintah daerah di sana tepatnya sebagai staff verivikator keuangan di lembaga tersebut. Kebetulan ia kost di dekat kompleks pemerintah daerah yang tak terlalu jauh dari tempat kerjanya, sekitar sepuluh menit jika berjalan kaki. Setelah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat, ia memeriksa isi kulkas kecilnyanya terlebih dulu
'argh sial, aku lupa berbelanja'pikir Nathan saat memperhatikan isi kulkasnya yang hampir kosong dan dingin seperti hatinya itu. Dan akhirnya ia memutuskan membuat segelas susu hangat sebelum berangkat, dan menuliskan pengingat di poselnya untuk berbelanja sore nanti. Ya begitulah rutinitas bujangan berumur hampir seperempat abad tersebut dipagi hari, entah sudah berapa tahun ia menjomblo. Setiap ditanya perihal pasangan oleh teman atau keluarganya, ia selalu saja berdalih ingin fokus ke pekerjaannya dulu dan sedang tidak ingin memikirkan masalah percintaan, klise sekali bukan?. Ya tapi alasan tak berlaku bagi sahabatnya yang sudah tahu alasan sbenarnya dia tetap memilih menyendiri hingga detik ini, yaitu belum bisa move on. Menyedihkan sekali bujang yang satu ini.
07.30- Di kantor
Tepatnya di pantry kantor, terlihat ia sedang asyik mengunyah sarapan pagi itu yaitu sebungkus nasi lengkap dengan lauk pauk dan sayur. Nathan sempat membelinya di warteg langganannya saat berjalaan ke kantornya tadi. Dan saat sedang asyik menikmati sarapannya tersebut tiba-tiba teman kantornya datang.
"eh buset... gue kira lo belom dateng" ucap orang tersebut saat membuka pintu pantry, sedangkan Nathan memberi salam dengan mengangkat satu tangannya untuk menyapa rekannya itu tanpa bicara sembari mulutnya terus menikmati sarapannya yang hampir habis itu.
"tumben lu sarapan di pantry pak, ada angin apaan lo?" ucap kawannya sembari menyeruput kopi susu panas yang baru saja ia buat (FYI: walaupun berbeda instansi, tapi pantry mereka sama)
"gue lupa belanja bulannan kemarin" ucap Nathan dan langsung meminum air putih
"pantesan aja, gue kira lo habis dapet pacar baru" ucapnya kawannya dengan santai
"eh anjir.... Nggak lah Ken" ucap Nthan hampir tersedak air putih. Temannya ini bernama Ken, seorang dengan perawakan tinggi, putih,postur tubuh ideal. Oh ya Ken ini seorang keturunan Chinese, dia sebenarnya kawan lama Nathan saat berkuliah di salah satu kampus elit di negeri ini. Dan ternyata sekarang mereka sekantor, walaupaun beda bagian. Ken ditempatkan sebagai pegawai pajak yang gedungnya memenang sebelahan dengan gedung intansi Nathan.
"lagian lu juga sih Nath, kenapa juga lo nggak nyari pacar. Kerjaan lo bagus, tampang oke dan..." belum selsai ucapannya Ken dan langsung di potong oleh Jo
"ROMARIO KEN SANJAYA... bisa nggak lu nggak usah bahas masalah begituan pagi-pagi?" ucap Nathan
"oke-oke, tapi kan....."
"KEN...." Seru Nathan dengan mata melototnya, dan kini Ken malah tertawa melihat ekpresi Nathan
"kok lu ketawa?" ucap Nathan
"nggak papa sih, kocak aja muka lo kalo lagi bad mood hahaha"
"hadeh.... Dosa apaan sih gue sampe ketemu lo lagi. Untung nggak satu intansi" sembari berlagak menenangkan dirinya
"tapi kan kita tetep satu lantai"
"iya gue tau itu, tapi.... Argh udahlah... nggak usah dibahas, bikin gue darah tinggi aja lu pagi-pagi" dan mereka akhirnya menertawakan kebodohan pagi ini. Walaupun jauh di dalam hatinya, semua yang diucapkan Ken lumayan membekas dan membuatnya semakin kepikiran dengan banyak hal. Ya untung saja hari ini jumat, setidaknya besok dia bisa libur dua hari untuk menenangkan pikirannya.
Setelah selesai sarapan, ia dan Ken langsung menuju ruangan mereka yang memang dilantai yang sama. Saat ia sedang membuka ruangannya, terlihat pak Anang si atasan Nathan
"pagi pak" ucap Nathan ramah
"pagi juga Nathan, baru berangkat kah?" tanya pak Anang menyelidik
"eh? ngggak pak. Saya dari pantry barusan"
"oh kirain baru dateng,. Oh iya hari ini ada anak baru dia dokter hewan muda yang menggantikan Pak Fikri yang kemarin dimutasi, nanti tolong dijagain ya takutnya dia belum terbiasa dengan lingkungan di sini" pesan pak Anang
"eeh? Saya pak?" ucap Nathan agak bingung
"iya kamulah, saya juga liat kerjaan kamu pasti selalu selesai bahkan sebelum target akhir bulan. Jadi saya pikir, kamu pasti bisa kalo bantuin anak baru itu sesekali. Saya juga udah bilang ke dia kok kalo misalnya ada kesulitan bisa langsung tanya ke kamu. Kalo gitu saya duluan ya" dan kemudian pak Anang pergi ke ruangannya
'lha? Urusannya kerjaan gue sama ngurusin anak baru apaan dah lagian kan dia jadi dokter pengganti. Atau mungkin dia baru keterima CPNS tahun ini?' pikir Nathan
Saat menuju ke meja kerjaanya, terlihat seseorang sedang duduk di sana. Ditambah sepertinya Silvi sedang menjelaskan beberapa hal kepada orang tersebut
"eh Nath, lo dari mana aja?" ucap Silvi membuka obrolan
"dari pantry, kenapa emang?" ucap Jo sembari melirik orang yang sedang membaca dokumen di mejannya
"oh iya Nath, ini anak baru yang tadi dibomingin pak Anang dan..." ucap Silvi terhenti dan langsung dipotong oleh Nathan
"dan gue suruh jagain dia sama bantuin dia kan. Gue dah dikasih tau tadi sama pak Anang barusan"
"hmmm ngokey, kalo gitu gue titip ya bye" dan Silvi langsung meninggalkan meja Nathan
Dan saat Silvie meninggalkan meja milik Nathan, anak baru tersebut membalikkan badannya. Terlihat seseorang yang tak asing bagi Nathan hingga membuatnya terdiam sejenak
"pagi pak Nathan, perkenalkan nama saya Febrian Syahreza, biasa dipanggil Eza. Salam kenal pak Nathan" ucap orang tersebut
"ehm.. salam kenal Juga Eza" ucap Nathan agak kikuk
"oh iya maaf karena saya duduk di tempat bapak tanpa meminta ijin terlebih dulu"
"nggak papa kok, santai aja" Nathan mulai bisa mengendalikan dirinya kembali
"kalo begitu, saya balik dulu ke meja saya pak. Permisi" ucap Eza
Nathan terduduk sembari membuka laptop miliknya, namun pikirannya enatah lari kemana. Dia membuka dokumen pekerjaannya, namun dikepalanya masih dipenuhi pertanyaan 'gue nggak halu kan? Tapi kenapa dia bisa ada di sini? Argh anjir pikiran gue nggak bisa fokus nih' terlihat juga Nathan hanya menggelus jidatnya mulai pening dengan pikiran yang bercampur aduk dengan list pekerjaanya yang tinggal sedikit itu.
"Nath.. Nathan... oi" ucap Silvi sedikit meninggikan suaranya dan membuyarkan lamunannya
"eeh? Iya kenapa?" ucap Nathan agak kaget
"lo kenapa? Lagi nggak sehat?" tanya Silvie mempertikan Nathan
"nggak kok, lo ada apaan nyari gue?" bersikap senormal mungkin
"oh ini, kebetulan kan Khurban tinggal beberapa minggu lagi, lu di suruh nemenin Eza buat ngecek keadaan di pasar hewan"
"eh? gue?" Nathan masih bingung
"iya kayak biasanya, lo cuman suruh jadi asistennya aja hari. Ini list yang tadi Pak Eza kasih ke gue, sama kok kayak tahun kemarin" ucap Silvi memberikan dokumen itu
"oke-oke, jam berapa berangkatnya?" ucap Nathan sembari menerima dokumen tersebut
"sekitar setengah jam lagi. Ya udah gue balik dulu ya" dan Silvi menggalkan Nathan
'astaga...... kenapa gue bisa lupa kalo bentar lagi khurban. Padahal gue pikir bisa lolos dari si Eza hari ini, argh sial' pikir Nathan ~TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
A Side Room
Teen FictionWARNING... BERISI KONTEN YAOI. HANYA UNTUK FUJO, FUDAN DAN YANG ANTI HOMOPHOBIC. HANYA SEKEDAR KHAYALAN... JIKA SUKA SILAHKAN BACA. KALAU TIDAK SILAHKAN TINGGALKAN... Bercerita tentang kehidupan seorang pemuda mapan yang masih menjomblo sejak terakh...