thanks, Jay

1.1K 81 3
                                    

"Bocah sinting!" Teriak seorang cowok beralis camar dengan setelan rapi. Jay berteriak bukan karena tanpa alasan.

Mari kita kembali ke 5 menit yang lalu.

"Aku pergi dulu," pamit Jay kepada Jungwon yang sedang duduk di sofa ruang tamu, memakan serealnya di dalam mangkuk putih dalam damai.

"Ok, hati-hati"

Jay memakai jaket hitamnya lalu berjalan ke halaman luar dimana sepatunya berada. Jay ingat betul ia menaruhnya di teras, namun kini sepatunya nihil. Sudah dibukanya rak sepatu milik semua member namun hasilnya tetap nol. Entah feeling darimana, Jay berjalan keluar lalu melihat ke atas.

Sneakers putih yang ia cari-cari bertengger diatas genteng yang anehnya dengan posisi rapi.

Dengan langkah lebar ia masuk ke dalam rumah dengan alis yang mengkerut. Jungwon yang pertama kali ia lihat adalah pelampiasan pertama.

"Kau menaruh sepatuku diatas genteng?" Tanya Jay terang terangan.

Jungwon memasang muka bodoh, "hah? Kau gila? Untuk apa aku menaruhnya disana," jawabnya. Yah, Jay pikir Jungwon tidak berbohong. Jungwon tidak sekurang-kerjaan itu.

Pelampiasan kedua, Sunghoon. Kali ini Jay menarik bahu Sunghoon dengan cukup kuat.

"Ya?! Apa yang kau-"

"Sepatuku! Kau yang menaruhnya diatas genteng?"

"Gent- hah?"

Bukan Sunghoon.

Berlanjut ia menemui Heeseung. "Heeseung hyung!" panggil Jay.

Yang dipanggil sedang mengangkat ramyeonnya dengan sumpit (yang masih mengepul tanda baru matang) hendak dimasukan kedalam mulutnya.

"...Lupakan," ucap Jay lalu mencari member lain.

Jay berjalan ke arah Niki yang berada di ruang TV. Bocah berdarah jepang itu sedang memainkan konsol game-nya.

"Niki, kau yang menaruhnya?" Tanya Jay terang-terangan.

"Menaruh apa?" Matanya masih mengarah ke layar TV.

"Sepatuku! Bagaimana bisa mereka berada di atas genteng?"

"Tidak. Untuk apa aku menaruhnya," bantah Niki dengan muka datar sambil melihat Jay di kedua matanya membuat mereka sekarang beradu tatap.

...

Sialnya Niki gagal menyembunyikan sudut bibirnya yang berkedut. Tentu saja hal ini langsung membuat Jay menyadari siapa biang yang menaruh sepatunya di genteng.

"NIKI!" Sebelum Jay menyerangnya, Niki sudah lebih dulu kabur.

"YA! KEMBALI KAU- ah, bocah sinting!"

Yang dikejar bukannya takut tapi malah tertawa- oh?! Lihat, sekarang ia menjulurkan lidahnya ke arah hyungnya yang sekarang lehernya menampakan urat karena berteriak. Jay yang mengamuk dan Ni-ki yang terus memprovokasi tidak berhenti.

Jake yang tadinya sedang membaca buku di kamar dengan tenang bahkan keluar karena suara berisik akibat Jay dan Niki.

"Apa apaan- ya! Niki berhentilah mengusili hyungmu! Come on guys, stop!" Jake mengingatkan. Tapi ucapan Jake bagaikan angin lewat untuk kedua anak yang masih sibuk menyumpahi satu sama lain. Sekarang kejar kejaran mereka yang tadinya berdua kini jadi beruntun 3.

Wah. Kacau.

Seorang cowok bermata kucing melangkah dengan dari ruang tamu ke ruang tengah. Lengannya menarik jaket Jay, membuat cowok itu berhenti mengejar targetnya. Jake ikut berhenti.

"Jungwon, lepaskan aku-"

"Niki!"

Kali ini yang dipanggil seketika tenang dan berhenti membuat keributan.

Niki berjalan melewati Jay dan Jungwon ke halaman luar. Tidak lama kemudian ia kembali dengan sepasang sepatu putih dengan tanda centang di sisi sepatu sebagai identitas merk.

Jay dengan kasar merebut sepatunya dari tangan Niki lalu pergi ke luar mengingat tujuan awalnya.

Niki tersenyum ke arah Jungwon, "ah, Jay melupakan sesuatu. Biar kuwakilkan. Thanks leader, Jungwon."

Mulutnya mengeluarkan kata kata kurangajar dengan santai lalu kembali duduk di sofa memainkan konsol gamenya yang terjeda akibat perkelahian tadi. Karena keadaan sudah tenang kembali, Jake masuk ke kamar kembali melanjutkan istirahatnya.

"J-jungwon?! Panggil aku hyung! Ukh bisa bisa aku mati muda," keluh Jungwon sambil duduk di sebelah Niki.

"Ma-mati muda?" Niki yang mendengar Jungwon mengatakan kata mati menengok ke arah Jungwon dengan ekspresi... takut? Haha apa yang dipikirkan bocah ini.

"Hm? Kenapa mukamu jadi tegang begitu? Itu hanya ungkapan karena kamu membuatku kerepotan!" Omel Jungwon.

Niki tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari hyungnya itu.

"Apa?" Ucap Jungwon dengan nada menantang.

"Tidak," balas Niki. Kali ini ia menyenderkan kepalanya ke bahu Jungwon yang lebih kecil darinya.

"Ukh, dasar manja," keluh Jungwon bercanda.

Memang dasarnya maknae kita ini sungguh kekanakan. Bertolak belakang dengan tubuhnya yang tumbuh dengan sangat baik. Tingginya yang sudah menembus 6 kaki mengalahkan hyung hyungnya. Entah genetik atau faktor apa yang membuatnya begitu.

Tubuh Jungwon yang hangat membuatnya mengantuk. Setidaknya ia ingin tidur seperti ini dalam 10 menit.

"Hyung, bangunkan aku dalam 10 menit," pinta Niki. Namun tidak ada jawaban.

"Hyung?" Tanyanya sekali lagi. Niki mengangkat kepalanya untuk melihat Jungwon yang ternyata sudah terlelap duluan.

"Oh?" Niki tertawa pelan, takut membangunkan wajah imut yang tertidur dengan damai.

Tangan Niki menarik kepala Jungwon dengan hati hati menuju pundaknya, membuat Jungwon bergeliat mencari posisi nyaman di pundak Niki.

Dengan begini Niki yang tadinya mengantuk, sekarang tersadar penuh. Akan menjadi sia sia pemandangan saat ini jika ia tertidur, begitu katanya.

Thanks, Jay. Kalau bisa begini mari kita bertengkar setiap hari. Ucap Niki dalam hati.

My Dearest Hyung | wonki [Twoshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang