selera Jungwon

864 68 2
                                    

Jungwon mengucek matanya sebagai upaya agar matanya bisa beradaptasi dengan cahaya. Ukh, dirasa dirinya masih mengantuk. Tidurnya barusan sangat dalam dan nyaman.

"Hoaaahm," Jungwon menguap. Perlu beberapa detik baginya untuk mengumpulkan nyawa.

"Kau sudah bangun, hyung?" Sebuah suara membuatnya tersadar penuh dari kantuknya barusan.

"Uh— ya. Aku sudah terbangun," balas bocah yang kini menegakkan badan setelah tersadar posisinya tadi menyender pada bahu orang di sebelahnya itu.

Niki memerhatikan Jungwon yang mengerjap kerjapkan mata menatap layar TV yang (masih) menyetel video game.

"Tidurlah lagi jika kau masih mengantuk," tawarnya.

Yang ditawari bukannya menjawab tapi malah bertanya kembali, "Bahumu apakah tidak pegal? Mau ku pijat?"

Niki menaikan sebelah alisnya. Yah, memang benar bahunya sedikit pegal karena berada dalam posisi yang sama pada waktu yang cukup lama. Well... dipijat Jungwon bukanlah ide yang buruk, pikirnya.

"Tentu," jawab Niki.

"Berbaliklah. Katakan jika kau tak nyaman,"

Niki menuruti kata hyungnya. Ia berbalik membelakangi Jungwon yang sekarang tangannya berada di kedua bahu Niki.

Seorang cowok bermata rubah baru saja keluar dari kamarnya. Manik matanya memperhatikan dua orang yang sedang berinteraksi di ruang TV.

Terlihat menyenangkan bagi cowok yang sedang bersender di daun pintu itu jika ikut bergabung diantara mereka.

"Giliranku!"

Sunoo menyela di antara Jungwon dan Niki.

"Antri, Sunoo hyung," Jungwon mendengus namun ia tersenyum.

"Niki, bukankan hari ini giliranmu menyiram tanaman?" Tanya Sunoo tiba-tiba.

Niki terdiam. Sungguh menyebalkan, dalam hati ia merutuki Sunoo yang mengusik momen ketika dirinya bersama Jungwon. Tapi Sunoo tidak salah, memang sudah jadwalnya Niki menyiram tanaman sore ini.

Beranjaklah Niki dari duduknya, berjalan melewati Sunoo yang duduk bersebelahan di sofa hitam kulit yang seharusnya adalah tempat ia berada, duduk disebelah Jungwon.

Kakinya melangkah dengan berat menginjak lantai ubin yang terasa dingin di kakinya. Cowok bermata rubah dengan sweater hijau berlagak pura pura tidak memerhatikan Niki walau sebenarnya ia memastikan apakah bocah itu sudah pergi atau belum.

Tepat setelah dirasa Niki pergi dari ruangan itu, Sunoo beranjak dari duduk, melepas tangan Jungwon dari bahunya.

"Loh, sudah?" Tanya Jungwon kebingungan.

"Ya. Terimakasih Hyung, kembalilah beristirahat"

Diam-diam Sunoo menyusul bocah berdarah jepang itu ke halaman rumah.

Tidak, ia tidak menghampirinya. Hanya sekedar mengintip, menyaksikan tubuh jangkung dengan bahu lebar milik Niki membelakangi dirinya.

Ya. Begitu saja.

Sunoo adalah pria licik yang penakut.

--------------

"Tidak diatas genteng?" Ledek Niki menyambut Jay yang baru saja pulang menaruh sepatunya di rak sepatu dengan rapi. Yang di ledek hanya memutar bola mata, mengingat energinya sudah cukup terkuras karena aktivitasnya sedari pagi.

Waktu sudah menunjukan jam 9 malam. Walau begitu, rumah yang berisikan 7 idola dengan bakat tidak tanggung tanggung itu masih terasa hidup.

Ace kita, Heeseung, sedang memainkan lagu klasik di atas piano kayu berwana coklat diatas karpet merah yang membuat kesan mahal. Jake, si kutu buku tampan sedang sibuk di atas mejanya yang berserakan buku dan laptop yang kini ia tatapi dengan raut serius. Jay yang kini sedang mandi setelah baru saja pulang dan Sunoo yang menyeduh coklat hangat.

My Dearest Hyung | wonki [Twoshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang