7

223 27 94
                                    

Saat ini Deva sedang duduk manis di dalam kelas sembari melihat tingkah laku teman-temannya yang luar biasa, untung saja hari ini para guru sedang rapat, jadi anak murid bebas ingin melakukan aktivitas apapun.

"Lo tahu gak?"

"Apa?" jawab seorang gadis dengan make up yang menor nya mengalahkan Lucinta Luna.

"Pak Agus selingkuh sama Bu Zahra," ucapnya dengan terkekeh pelan.

"Masa sih? Padahal gue kira Bu Zahra itu perempuan baik-baik ternyata dia ngerebut suami orang. Tapi lo tahu info begitu dari mana, Lan?" tanya gadis ini dengan berbisik supaya teman-temannya tidak bisa mendengar obrolan mereka berdua.

"Gue lihat sendiri waktu lagi pulang sekolah, terus gue ikutin jejak Pak Agus sama Bu Zahra. Dan ternyata dia ke Hotel dong, dan pagi-pagi nya Pak Agus pasang status di whatsaap foto berdua sama Bu Zahra dalam kondisi tanpa memakai sehelai benang," balasnya.

"Lupa privasi kayaknya," sambungnya.

Deva menepuk pundak teman sejati nya. Ia menyengir sebentar dan menempeleng satu persatu kepala temannya sampai korban meringis kesakitan.

"Deva Anaknya Ucup kurang ajar kelakuannya mirip Banteng!!" sentak Arlanka Taivaro, dipanggil Arlan.

Deva menyentil pelan kedua kelopak mata Arlan dengan menatap tajam. "Deva bukan anaknya Pak Ucup tapi Papi Sadavir," ulangnya dengan menekankan kata Papi Sadavir.

"Ganggu aja sih lo. Padahal gue sama Arlan lagi serius ngegosip Pak Agus sama Bu Zahra yang katanya meganu," jelasnya.

"Menganu?" tanya Deva yang bingung itu.

"Halah, susah emang kalau ngomong sama anak polos kayak lo, Dev!" ketusnya lalu menghela napas sabar.

Arlan memutar bola matanya malas. "Lo pasti ada sesuatu yang mau dikejutin ke kita berdua? Atau lo mau pindah sekolah?"

Deva menggeleng. "Deva gak ada niatan pindah sekolah kok."

"Terus?" tanya perempuan itu yang bernama Cecilia Syaina Bungasari.

Deva mengambil sesuatu dari dalam kantong celana nya. Setelah itu, Deva menyuruh teman nya untuk memejamkan mata sebentar.

Deva menaruh satu persatu bungkus kecil di tangan Arlan dan Cecilia. "Buka matanya!"

Arlan terbelalak mendapati bungkus kecil itu di tangannya. Ia menatap Deva dengan curiga.

"Deva ini apa?" tanya Arlan.

"Iya, ini apa?" tanya Cecilia.

"Itu permen. Deva beli itu dua hari yang lalu waktu di supermarket. Itu enak tahu, Deva aja udah habis 5 bungkus," balasnya sambil mengunyah permen itu.

Arlan dan Cecilia saling menatap, lalu..

"DEVA YANG KAMU KUNYAH ITU BUKAN PERMEN! TAPI KONDOM!"pekiknya bersama membuat Deva hampir terjatuh dari kursi.

"Gak usah teriak dong. Ini permen tahu, kalian emang gak mau coba apa?"

"Bukannya gak mau coba. Tapi itu emang bukan permen dan pasti rasanya aneh!" bantah Arlan sambil menatap bungkus itu dengan serius.

"Arlan, jangan suka ngibulin Deva dong. Orang Deva kemarin tanya ke Mba supermarket katanya itu beneran permen. Terus bukan permennya dari mana?"

Cecilia membalikkan bungkus di tangannya dan menunjukkan bagian deskripsi pada bungkus dengan terang-terangan. "Baca baik-baik, gue harap lo paham."

"Paham kan?" tanya Cecilia.

Dengan polosnya Deva tetap menggeleng. "Gak. Deva gak ngerti maksud kalian berdua apa, dari pada pusing-pusing mending sini permennya buat Deva aja. Lumayan buat tambahan di rumah walaupun Deva masih punya dua dus sih," ambilnya lalu menaruh di dalam kantong celana.

Adeva | Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang