Aku memakan es krim sambil berjongkok di pinggir jalan dan orang-orang ramai lalu lalang di depanku. Pakaian yang kupakai adalah pakaian formal untuk para karyawan yang sopan dan santun. Tapi entah apa, tindakanku ini sungguh terlihat lelah dan manis di matanya. Karena keanehan inikah, dia datang menghampiri dan berdiri di depanku. Aku yang menatap hiruk-pikuk dengan pandangan kosong segera terjaga karenanya.“Terlihat manis bisakah aku mencicipinya?”
Dia berkata dengan suara yang mempesona. Itu membuatku tercengang sesaat.Di depanku dia ikut berjongkok. Gerakannya terlihat perlahan. Wajahnya yang mempesona ada tepat di hadapanku. Aku mengutuk di dalam hati. Sial sihir macam apa ini. Wajahnya semakin mendekat dan es krim ku di jilat.
"A aha ha ha." Aku tertawa canggung di depannya kemudian menjadi tawa yang tidak bisa berhenti.
Tangan ku yang memegang es krim sedikit terguncang dan dia memegang tanganku.
"Tawamu sangat menyenangkan, kenapa kamu tidak tertawa tadi?" Katanya dengan senyum manis yang menggoda.
Di saat itu juga aku berhenti tertawa dan tenggorokan ku terasa kering. Aku memakan es krim di tanganku dengan suapan besar seolah itu bisa mendinginkan wajahku yang mulai terasa panas.
Karena es krim terlalu dingin aku hampir memuntahkannya tapi bibirnya menghentikan tindakanku. Dia mencium semakin dalam dan mengambil begitu banyak kemanisan es krim di dalam mulutku. Sial tindakan macam apa ini. Aku mengutuk di dalam hati.
Dia terkikik sambil berkata. “Sekarang kamu bisa menelan sisanya. Atau haruskah aku menghabiskannya?”
Aku sungguh bodoh untuk mau menelan sisa yang ada di mulut ku dan berkata.
“Apa yang kamu lakukan?”“Mencegah kemanisan yang terbuang sia-sia.” Katanya sambil tersenyum menggoda.
Dengan wajah cemberut aku berkata.“Sial ada yang salah dengan otakmu kawan.”
Dia menghela nafas dan merasa tidak berdaya, namun senyum menggoda masih tidak hilang dari wajahnya, kemudian berkata.“Ketika otakku salah, kamulah yang memperbaikinya.”
Aku tercengang. Itu tidak masuk akal sama sekali. “Apakah itu sindiran? Sial aku anggap itu sebuah pujian.”
“Tentu aku memujimu bagaimana bisa bukan pujian.” Dia menjawab dengan ringan.
“Ka kamu sungguh berani?” Aku gemetar dan bicara tergagap karena marah.
“Ke kenapa tidak.” Jawabnya sambil tertawa ringan.Sial apa maksudmu dengan ikut bicara tergagap. Tawanya membuat kemarahan ku sedikit mereda. Pesona mu, bagaimana kamu bisa mendapatkannya? kebajikan apa yang kamu lakukan. Pikirku penuh keluhan tak rela.
“Bagaimana perasaanmu?” Tanyanya.
“Kurasa aku sedikit bahagia.” Aku menjawab dengan kemunafikan.“Apa kamu ingin kebahagiaan lainnya?” Dia bertanya sambil menggenggam tanganku dan menarik ku untuk berdiri.
“Tidak,,,” Jawabanku terpotong. Karena terlalu lama berjongkok, kepalaku sedikit pusing dan badanku tidak stabil, aku jatuh ke pelukannya.
“Kenapa?” Dia bertanya dengan wajah khawatir.“Tidak, tidak, tidak ada yang bisa dilewatkan ketika kesempatan diberikan.” Jawabku dengan senyum menggoda. Karena melihat wajahnya yang tercengang aku tertawa tanpa henti.
“Kamu sungguh manis.” Jawabnya sambil tersenyum.
Es krim ku dimakan dan disuapkan melalui mulut ke mulut olehnya.
Sial kelembutan yang membahagiakan ini membunuhku sekarang ahahaha. Aku mengumpat penuh kebahagian di dalam pikiranku. Kebodohan apa yang sudah aku lakukan di depan umum hingga berakhir seperti ini. Tidak tidak, sekarang ini bukan hanya kebodohan ku, ini adalah kebodohan kita.
End
Selasa, 18/1/2022