01. embun pagi

73 0 0
                                    

Tit tit tit... semula yang awalnya hening kini terdengar suara alarm yang merusak keheningan pagi ini. Walaupun alarm berbunyi berkali-kali aku tidak kunjung bangun, aku tidur lelap sekali karena aku tidur pukul 1 malam, itu setiap hari hampir aku lakukan. kadang aku tidur di bawah jam 11 malam hanya karena terlalu lelah.

"Woe bangun.....!!" teriak tante ku dari dalam dapur. Teriakan Tante tidak bisa membangunkan ku.

Tanteku memakai daster panjang berwarna Oren jingga, memakai Klomp (Sandal kayu) dan membawa krupuk, melangkah kan kaki nya sambil memakan krupuk dari dapur ke depan pintu kamarku lalu ia membuka pintu kamarku. Ia ke kamarku hanya ingin membangunkan ku

Herannya aku langsung bangun hanya pintu yang terbuka karena suara decitan pintu. memang decitan pintu itu membuat telinga gatal. Decitannya tercipta karena pintu bagian bawah mengesek lantai ditambah Gesekan antar engsel.Suara seperti ini tentunya mengingatkan pada film-film horor, apalagi decitan pintu terdengar di malam hari. Suatu saat aku ingin memperbaiki pintu itu.

"Jam berapa?" Tanyaku dengan nada Lirih.

"Hm...!! Lihat aja, kan kamu punya jam dinding, biar mata kamu melek" jawab nya langsung dan segera meninggalkan kamarku karena ia tahu kalau aku sudah bangun.

Aku ingin mengetahui jam berapa sekarang,  jadi aku melihat jam yang ada di dinding dengan menyipitkan sepasang mataku karena penglihatanku sangat buram, ternyata menyipitkan mata tidak membantu ku untuk melihat jam dengan jelas, tidak lama kemudian penglihatan mataku semakin membaik walaupun tidak sejernih biasanya tapi aku bisa melihat jam dengan jelas, ternyata masih jam 04:54 pagi.

Aku merubah posisiku yang semula berbaring menjadi duduk dan melipatkan tanganku di dada. suhu yang dingin melintas tubuhku angin dingin ini seperti menusuk tulang tulang kecil ku, hingga aku menggigil. Aku secepatnya mematikan kipas angin, kebetulan stopkontak nya ada di dinding dekat ranjang ku jadi aku tidak perlu berdiri, aku hanya mengeser Sedikit pantat ku, aku berhasil mencabut steker kipas angin dari stopkontak.

Hah?! Kok masih ada angin dingin yang lewat ?!, Angin itu Lewat melingkari badanku. Dari mana asal angin ini !?. Aku memperhatikan sekeliling kamar. Oh...!!, Ternyata jendela tidak tertutup rapat atau ada celah sedikit, tidak heran jika angin pagi masuk ke kamarku, jadi pertanyaannya apakah jendela ini tidak tertutup rapat dari kemarin malam ?. Itu bisa bahaya jika ada seseorang yang tidak dikenal masuk ke kamarku dan mengambil apa aja yang ia mau. Hmm itu salahku, aku tidak memperhatikan jendela kamar.

Aku segera beranjak keluar dari ranjang menuju jendela untuk menutupnya dan aku mengecek barang barang yang ada di kamar termasuk uang, aku takut yang ku bayangkan bisa terjadi. Syukurlah apa yang ku bayangkan tidak terjadi. Udara yang tadi dingin sekarang agak mendingan walaupun tetap dingin, wajar saja ini bukan siang, lebih baik kedinginan dari pada kepanasan, sebab panas di siang hari membuat kulitku terasa seperti terbakar.

aku melihat pemandangan dari balik jendela. Pemandangan yang biasa kulihat di pagi hari, ranting pohon bergerak pelan tertiup angin, kelelawar masih berkeliaran, matahari belum muncul bahkan cahaya nya sama sekali belum terlihat, lampu jalan yang mati Sehingga jalanan komplek gelap terkesan seram. Tapi aku bukan penakut, aku tidak percaya adanya hantu atau hal gaib, itu semua mitos atau cuma omong kosong orang orang saja.

"Hoi !! Makanan mu udah siap noh" aku yang semula melamun kini di kejutkan omongan tanteku.

"Oh nggeh (iya)", aku segera meninggalkan kamar dan membelakangi tanteku.

Ku hampiri meja makan di tengah dapur.
Kulihat secangkir teh dan sepiring nasi goreng bertoping irisan daging ayam kecil, irisan sosis, telur mata sapi.
pagi ini aku di temani oleh Tante. Karena di rumah ini hanya ada 2 orang. ia sudah tua namun belum punya suami. Ia hanya tidak mau punya suami bahkan dia bisa di bilang perawan tua. Banyak orang memanggilnya perawan tua, tetapi Tanteku tidak suka dan tidak nyaman jika di panggil seperti itu. Tanteku sepertinya alergi fakta.

"Tante pingin nyanyi sesuai sarapan pagi ini", ia mengambil sendok dan menjadikannya microfoon.

Ia menyanyikan lagu geef mij maar nasi goreng yang artinya beri aku tapi nasi goreng ciptaan Wieteke van dort penyanyi Belanda yang lahir di Surabaya

"Toen wij repatrieerden uit de gordel van smaragd
Dat Nederland zo koud was hadden wij toch nooit gedacht
Maar 't ergste was 't eten.
Nog erger dan op reis
Aardapp'len, vlees en groenten en suiker op de rijst ( Saat kami dipulangkan dari sabuk zamrud
Kami tidak pernah berpikir bahwa Belanda begitu dingin
Tapi yang terburuk adalah makanannya.
Bahkan lebih buruk daripada bepergian
Kentang, daging dan sayuran dan gula di atas nasi ) "

"Lalalalalala....!!!" Akhirnya Kami berdua bernyanyi bersama

"Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij
Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij (Beri aku nasi goreng dengan telur goreng
Beberapa sambal dan beberapa kerupuk udang dan segelas bir yang enak.
Beri aku nasi goreng dengan telur goreng
Beberapa sambal dan beberapa kerupuk udang dan segelas bir yang enak.) "

"Itu lagu lama ya??" Tanya ku.

"Iya lama banget. Itu lagu kesukaan oma mu, oma mu ngefans sama Wieteke van dort".

"Aku lebih suka lagu yang judulnya terug naar Soerabaja (kembali ke Surabaya) dia curhat kerinduan kota Surabaya lewat lagu " aku bercerita.

"Hahah lebih Lucunya dia menanyakan tentang pohon yang ada di dekat rumahnya" tanteku sambil tertawa.

"Oh itu...!! Yang liriknya Maar waar zijn al die mooie oude bomen (Tapi di mana semua pohon tua yang indah itu)" kataku sambil bernyanyi.

"Ya klopt (benar)".

Saking enaknya bernyanyi, Bahkan aku sampai lupa jika depan ku ada makanan dan minuman.

Kucoba menyeruput teh yang ada di dekatku sambil melihat jendela dari kejauhan.

Matahari baru saja datang, embun pagi
masih terasa, langit mulai disinari cahaya matahari. Tiada gelap langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan.

Awal hari aku merasakan suasana yang menyenangkan bersama tanteku, bagaimana tidak!! aku memakan makanan enak, bernyanyi dan bercerita tentang penyanyi itu.

"Pean (kamu) nanti siang mau makan apa?" Tanteku bicara dengan mulut penuh makanan.

"Soto Lamongan juga boleh, sudah lama ga makan soto hehe".

"Oke deh".

"Yaudah gih Ndang cepet di makan terus berangkat sekolah", katanya lagi.

"Nggeh (iya)", kataku sambil menelan nasi terakhir ku.

Lima menit setelah makan aku bergegas mandi. Setelah mandi aku kekamar untuk memakai baju dan memasukkan buku buku pelajaran sekolah ke tas. Aku bersiap untuk berangkat ke sekolah, setelah mau berangkat aku tidak lupa pamit kepada tanteku yang tersayang.

Aku menaiki sepeda ku dan berangkat ke sekolah. sungguh panorama pagi hari amat menarik dipandang.

One Gender LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang