Jelas sekali ada perbedaan kontras antara menjadi wanita paling cantik yang menjadi rebutan dalam perburuan jodoh abad ini,dan menjadi wanita paling dibenci di seluruh Inggris. Anehnya, Ophelia Reid mengalami kedua situasi itu. Kecantikan wanita ini justru menjadi kutukan karen membuat orang disekitarnya bertingkat bodoh.
Sikap orang-orang yang berkumpul di summers Glade,rumah pedesaan Marquis of Birmingdale,juga tidak jauh berbeda. Ophelia berhenti dipuncak tangga utama. Ia berharap ruang aula akan sepi,tetapi sekali ini dia tidak beruntung. Tampaknya, tamu-tamu yang datang untuk menghadiri pernikahannya dengan sang ahli waris Marquis malah berkumpul semua disana. Sebagian dari orang-orang itu pasti sudah mendengar berita pembatalan pernikahannya,terlihat dari sikap mereka yang bersiap-siap untuk pulang. Sebagian yang lain terlihat bingung,dan mulai bertanya-tanya. Begitu Ophelia muncul,semua mata langsung tertuju kepada wanita ini. Dan,seperti yang dia duga,bisik-bisik pu mulai terdengar.
Mereka pasti akan menyangka ia akan pergi kesana dengan langkah anggun seperti kebiasaannya selama ini,dan ia memang cukup terlatih melakukannya. Tetapi tidak kali ini,daripada keluar dengan anggun,Ophelia sungguh berharap bisa menyingkirkan dari sana tanpa diketahui siapapun.
"Kapan kau akan mengatakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya pelayan pribadi wanita ini,Sadie O'Donnel,yang berdiri disamping ya.
"Tidak akan," jawab Ophelia enteng.
"Tapi kau kan,seharusnya menikah hari ini!"
Sadie mengingatkannya seolah-olah dia lupa fakta yang satu itu--tapi... sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membahasnya. "Jangan ribut,apa kau tidak sadar semua orang mengamati Kita?"
Sadie tidak membuka mulutnya lagi saat mengikuti Ophelia menuruni tangga. Bisik-bisik itu terdengar semakin jelas. Bahkan,wanita ini bisa menangkap isi pembicaraan mereka.
"Pertama,mereka bertentangan,lalu putus,lalu berhubungan lagi,dan sekarang berubah pikiran lagi. Menurut pendapatku pribadi, Ophelia itu terlalu plin-plan."
"Kata mempelai pria,pembatalan pernikahan itu adalah keputusan bersama."
"Dan kau percaya? Semua juga tahu,perempuan seperti dia terlalu banyak menuntut. Tapi,aku pun akan melakukan hal yang sama jika memiliki kecantikan seperti dia."
"Aku setuju terlalu cantik justru membawa petaka."
"Hati-hati teman,kecemburuanmu terdiam dari sini."
"Menurutku,Ophelia gadis yang terlalu manja."
"Shhh,dia bisa mendengar. Kau tidak tahu ya,dia juga terkenal karena lidah tajamnya. Kau tidak mau kan kalau dia berbalik menyerang."
"Astaga,dia cantik sekali,seperti malaikat, seperti--
"--kembali ke masalah pernikahan, kau tidak bisa membayangkan betapa senangnya aku. Kesempatan kembali terbuka untukku."
"Aku pikir dia sudah menolakmu jauh sebelum musim perjodohan dimulai."
"Memang,begitu juga dengan ribuan pemuja yang lain. Tapi saat itu,kami belum tahu kalu dia sudah bertentangan dengan MacTavish."
"Jangan membuang waktu. Kau tidak memiliki gelar yang sesuai dengan standarnya. Jika mau,dia bisa mendapatkan seorang raja."
"Cukup mengejutkan orang tuanya tidak berpikir kesana. Kau tahu kan,mereka orang-orang yang tergila-gila dengan gelar kebangsawanan."
"Memangnya dia sendiri tidak?"
"Dia baru saja mencampakkan anak seorang Marquis,apa dari situ kau tidak bisa menebaknya?"
"Orangtuanya pasti akan marah sekali kepada dia. Sama seperti ketika dia--"
"Nah, Locke yang akan menjadi Duke of Norford berikutnya. Pria itu memiliki kesempatan yang jauh lebih baik daripada kita. Hmmm,dan sebenarnya aku sedikit terkejut melihatnya kembali ke Inggris."
"Dia kan tidak tertarik dengan pernikahan. Memang ya kau tidak pernah mendengar rumor kalau dia pergi dari Inggris untuk menghindari wanita-wanita yang ingin menjeratnya dalam ikatan pernikahan?"
Oohelia berpura-pura tidak mendengar bisik-bisik itu. Namun saat mendengar nama Raphael Locke,Viscount of Lyinnfield ,mau tidak mau matanya tertuju pada pria itu. Ia tahu pria itu ada diruang tunggu,sedang mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya. Atau mungkin dia juga akan ikut pergi. Pria itulah yang kali pertama menarik perhatian wanita iji,saat langkahnya mencapai puncak tangga tadi. Sebenarnya, pewarna kebangsawanan Norford yang tampan itu memang sudah membuatnya terpesona sejak pertemuan pertama mereka.
Ophelia sempat mempertimbangkan pria itu sebagai calon suami ideal sebelum bertentangan kembali dengan Duncan MacTavish. Namun, sayangnya Locke jelas sekali sudah terpengaruh oleh pria-pria yang berpikiran buruk terhadapnya. Mereka seolah-olah membentuk club pembeli dirinya. Dan apa sebutan pria itu hatinya? "Si Penghasut yang pendengar." Locke pernah mengancam hidup Ophelia jika ia berani menyebarkan kepada orang lain tentang kecurigaannya bahwa pria itu meniduri Sabrina Lambert.
Kecurigaannya itu cukup beralasan. Jika tidak,mengapa pria itu begitu perhatian terhadap gadis lugu seperti Sabrina? Toh jika ternyata Kecurigaannya memang salah pria itu bisa langsung mengoreksi,bukan justru balas menghilang. Dan, pria itu adalah orang terakhir dibuka bumi,yang ia harap pernah memergokinya menangis dilantai atas.
"Bagaimana caranya kita pulang?" Bisik Sadie saat mereka mencapai anak tangga terbawa.
"Tentu saja dengan kereta kudaku." Jawab Ophelia.
"Kereta kuda tidak memiliki kusir. Kusir pengecut itu belum juga kembali."
Opelia melupakan hal itu,sejak awal anak buah ayahnya itu tidak mau mengantarkan mereka ke Yorkshire. Meskipun akhirnya berhasil dibujuk,setibanya mereka disana, si kusir mengeluh akan kehilangan pekerjaan jika tidak segera kembali ke London--untuk melaporkan kepada orangtua Ophelia kemana wanita ini kabur. Padahal nanti ia pun berencana akan menulis surat untuk mereka. Jika waktunya sudah tepat. Yang jelas,setelah amarahnya reda akibat tamparan yang ia terima dari sang ayah. Itu terjadi setelah Duncan memutuskan pertunangan untuk kali pertama, yang mengakibatkan mereka harus diusir dari Summer Glade.
"Aku rasa kita bisa meminjam salah satu pekerja sang Marquis. Mungkin,pria yang dulu menurunkan barang-barangku. Kau bisa mengatakan kepada orang itu,sementara aku menunggu diruang tamu."
Sebenarnya Ophelia lebih suka menunggu diluar,jauh dari pengawasan mata tamu yang tersisa. Sayang,mantel yang dikenakannya lebih ditunjukan untuk menonjolkan keindahan tubuhnya dan sama sekali tidak bisa memberi kehangatan. Ditengah cuaca dingin seperti sekarang, ia bisa membeku jika menunggu terlalu lama diluar. Tetapi,karena sebagian besar tamu berada di ruang tunggu sambil menanti kedatangan kereta kuda mereka masing-masing,ia berharap ruang tamu sudah kosong.
Ophelia beranjak ke ruangan itu. Ternyata satu-satunya orang disana justru adalah wanita yang paling tidak ingin ditemuinya lagi. Mavis Newbold, teman terbaiknya-- dulu. Tetapi kini,justru wanita jni menjadi musuh terjahatnya.
Sudah terlambat untuk mencari tempat lain, Mavis keburu menyadari kedatangannya. "Kabur dengan cara lirik lagi? Sindir wanita itu.
Oh Tuhan,jangan lagi. Bukankah mantan temannya itu sudah cukup menyindirnya,saat dia muncul untuk mencegah apa yang dianggap semua orang sebagai pernikahan tragis ini? Sepertinya itu belum cukup.
"Aku sadar," jawab Ophelia, masih berhasil mempertahankan ketenangannya. Teman lamanya ini tidak akan membuatnya menangis lagi. "Betapa sulitnya untukmu memberikan pertolongan kepadaku tadi,jadi dengan begitu,aku tidak harus menikah dengan pria Skotlandia itu."
"Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa semua itu tidak kulakukan untukmu. Kau adalah orang terakhir di muka bumi ini yang sudi katalog."
"Ya,ya,aku tahu itu. Kau menjadi pahlawan hanya demi kepentingan Duncan. Meskipun begitu,tetap saja kau sudah menyelamatkan aku dari keharusan menikah dengannya. Aku rasa,kau layak untuk mendapatkan ucapan terima kasih."
"Tidam perlu!" Gertak Mavis,ikan rambut dikepalanya ikut bergoyang. "Tidak usah berpura-pura, Pheli. Kita berdua saling membenci..."
"Cukup," potong Ophelia tajam,sebelum luka hatinya terbuka lagi. "Sekarang tak ada penonton yang mendengar fitnahmu kepadaku--kebenaran dari versimu. Padahal selama ini kau tahu bahwa kau adalah satu-satunya teman dekatku. Aku menyayangimu. Jika tidak,buat apa aku melindungimu dari Lawrence dan menunjukkan pria macam apa dia sebenarnya. Tapi kau justru menyalahkan aku atas pengkhianatan yang dilakukannya terhadapmu. Lalu,apa balasannya? Satu-satunya alasan kau masih mau bertemu muka denganku hanyalah untuk menyaksikan kejatuhanku,iya kan? Tapi, kau malah menyebutku sebagai pendengar?"
"Aku,kan, sudah bilang kepadamu bahwa aku sendiri nyaris tidak mengenali diriku yang sekarang," ujar Mavis membela diri. "Tapi semua itu adalah salahmu. Kau yang membuatku menjadi seorang pendengar sehingga aku,bahkan tidak menyukai diriku sendiri."
Bukan aku yang melakukannya,tapi Lawrence. Lawrence-mu tersayang, yang sengaja memanfaatkanmu untuk mendekatiku. Nah,akhirnya aku bisa mengeluarkan unek-unekku. Sejak dulu, aku memang ingin mengatakannya kepadamu. Dia memohon agar aku mau menikah dengannya,padahal pada saat itu dia masih berstatus sebagai kekasihmu. Sudah cukup aku melindungimu dari kebenaran Mavis."
"Pembohong! Tapi,kau yang justru menuduhku berbohong didepan teman-teman kita."
"Oh, jadi sekarang kau menganggap dua lintah licik itu sebagai 'teman? Tadi kau menegaskan didepan semua orang bahwa Edith dan Jane bukanlah temanku,iya kan? Kau pikir aku tidak tahu itu? Dan,aku menyebutmu pembohong karena kalah yang telah memancingku. Lau tahu itu, memangnya kau pikir berapa lama aku bisa menahan diri mendengar fitnah dan hinaanmu sebelum akhirny kehilangan kontrol? Kau tahu lebih baik dari siapapun, betapa sedikitnya kesabaran yang ku punya. Tapi,aku sengaja menyimpannya untuk menghadapimu. Kesabaranku sama sekali tidak bersifat untuk Jane dan Edith, padahal kita berdua tahu bahwa mereka sengaja mengikutiku agar bisa dilirik oleh para pria. Tapi,sayangnya, kau lupa menyebutkannya hari ini,iya kan? Saat kau membongkar semua doaku didepan umum. Kau justru mengatakan bahwa akulah yang memanfatkan mereka," maki Ophelia. "Kau tahu dengan pasti bahwa sebenarnya yang terjadi justru sebaliknya. Semua orang yang mengaku sebagai temanku,hanya ingin memanfatkan aku dan kepopuleran demi keuntungan mereka sendiri. Ya Tuhan, bahkan kau pun sering memperingatkan hal itu kepadaku,saat masih menjadi temanku."
"Aku tahu kau pasti akan mencari-cari alasan," cetus Mavis jengkel.
"Kebenaran bukanlah alasan," sanggah Ophelia. "Aku menyadari semua kekurangan terbesarku. Tapi siapa yang biasa memancingnya?
"Memangnya apa hubungan semua itu dengan sifat yang pemarah? "
"Kau yang memancing keluar sifat itu dari diriku,Mavis. Kau memanas-manasiku dengan mengatakan bahwa Jane dan Edith sengaja menjilatku sehingga aku tidak melampiaskan kemarahan ku kepada mereka. Itu tindakan yang licik sekali. Apakah kau mau mengakuinya sekarang? Toh,sekarang tidak akan ada yang menyaksikan kebusukanmu itu."
Mavis terkesiap. "Bukan aku yang busuk Pheli,melainkan kau. Dan itulah yang sebenarnya. Dulu kau pernah mengecewakan mereka, tapi hari ini kau memaksa mereka menyangkalnya."
"Karena kau menceritakan dengan dilebih-lebihkan. Aku memang pernah memarahi mereka,beberapa kali. Tapi,kau lupa mengatakan bahwa alasan aku melakukannya adalah karena mereka berdua penjilat. Sama seperti semua orang yang mengaku sebagai temanku. Dan pujian serta sikap manis palsu merekalah yang biasanya memancing kemarahanku."
Mavis menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu kenapa aku mau repot-repot menegaskan betapa kejamnya kau. Kau tidak akan pernah berubah. Kau akan selalu menjadi orang yang mementingkan diri sendiri dan membuat orang lain menderita."
"Oh ayolah. Kita berdua tahu apa tujuan dibalik tindakanmu hari ini," sahut Ophelia. "Bahkan kau mengakui bahwa selama ini kau tetap berpura-pura menjadi temanku hanya untuk menyaksikan kejatuhanku. Nah,apakah aku jatuh sekarang,sayang? Aku rasa tidak. Aku hanya tinggal kembali ke London dan menikahi salah satu pria bodoh yang menjadi pemujaku selama ini,tapi bagaimana denganmu? Apakah kau puas sekarang? Oh,tapi tunggu, kau tidak mendapatkan pembalasan dendam seperti yang selama ini kau inginkan,iya kan? Aku justru terselamatkan dari pernikahan bencana--dan ironisnya, semua itu berkat dirimu. Terima kasih banyak. Aku mengatakannya dengan tulus."
"Pergialh ke neraka!" Maki Mavis,kemudian bergegas keluar dari ruangan itu.
Ophelia memenjamkan mata,mencoba menahan air mata yang sudah ada dipelupuk mata. Seharusnya tadi ia langsung berbalik,begitu melihat Mavis diruangan ini. Seharusnya, ia tidak perlu mengulang lagi adegan menyedihkan,yang sudah dimainkannya bersama teman dekatnya tadi."
"Apakah aku harus bertepuk tangan? Menarik sekali,tadinya aku pikir pertunjukan kalian sudah selesai tadi siang."
Ophelia membeku. Pria itu. Ya Tuhan,ia masih belum percaya,tadi siang ia menangis tersebut di bahu pria itu. Tapi saat itu,ia menyerah pada kelemahannya,berbeda dengan kondisinya sekarang yang sudah lebih terkontrol.
Wanita ini berbalik dan mengangkat sebelah abisnya. "Tadinya, aku pikir pertunjukan ini tidak disaksikan siapapun. Suka mengulang,Lord Locke? Betapa memalukan ya sikapmu itu."
Pria itu menyeringai, sama sekali tidak menunjukkan ekspresi menyesal. "Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukannya sebab perubahanmu sungguh menakjubkan. Betapa mengerikannya dirimu jika berada dalam tekanan. Tapi,aku bisa melihat sisi lain dari si ratu gunung es."
"Pergialah ke neraka!" Maki Ophelia, meminjam istilah yang tadi dipakai Mavis. Dan seperti halnya mantan temannya tadi,ia pun bergegas pergi meninggalkan ruangan itu.Note:
adakah yang pernah baca novel karya Johanna Lindsey?
Ini baru bab pertamanya.
*INI BUKAN TULISAN KU* Aku cuma menulis ulang apa yang ada di bukunya.
Aku minta pendapatnya, apakah kalo aku tulis ulang ini di wattpad itu gapapa?Penerbit utama dari: GagasMedia
Terimakasih,
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Who Tamed her (Pelajaran cinta dari sang Iblis Penggoda)
Roman d'amourRaphael Locke tak punya alasan untuk menyukai Ophelia Reid. Terlepas dari kecantikannya yang tersohor di seluruh Inggris,Lady Ophelia juga dikenal karena sikap egois dan kegemarannya bergosip. Tapi ketika Ophelia memutuskan untuk mengakhiri pertunan...