Matahari sudah berada di arah barat, siap untuk tenggelam dan memberi waktu untuk bulan serta bintang menggantikan keberadaannya. Dari depan kelasku yang berada di lantai dua dan menghadap ke lapangan, aku bisa melihat anak-anak yang mengikuti paskibraka meninggalkan lapangan karena waktu ekstrakulikuler sudah habis.
Aku memutuskan untuk turun ke bawah menghampiri Laila yang berada di perpustakaan, sedari tadi pagi ia sudah bertekad untuk pulang lebih sore seperti anak-anak yang megikuti ekstrakulikuler meskipun dia memakai waktunya untuk membaca buku baru di perpustakaan. Kalau pun aku menjadi Laila sudah pasti aku melakukan hal yang sama dan akan membawa pulang buku itu dengan seizin penjaga perpustakaan kami.
Di depan perpustakaan aku menjumpai Valen yang terkenal dengan bakat menyanyinya sekaligus vokalis band sekolah kami, langkahku mendekati dia ingin basa-basi sebentar agar terlihat menghargai keberadaannya. "Halo Len, ada latihan band?" ia mendongakkan kepalanya untuk menatapku "Eh Ren, enggak ini mau jemput si Laila sekalian beli makanan di deket sini." aku mengangguk lalu mengedarkan pandangan ke sekitar tempat Valen duduk, "lah kamu sendiri ada rapat OSIS atau gimana?" aku menggeleng lalu kembali menatap matanya "habis ngerjain tugas tadi."
Perbincanganku dengan Valen tidak berlanjut lama, jelas karena kami tak terlalu dekat satu sama lain. Beda dengan Laila yang hampir setiap waktu diikuti Valen, dikarenakan mereka tetangga dan sudah satu sekolah semenjak SD hingga sekarang. Setelah berpamitan dengan Valen untuk masuk ke perpustakaan ia menitipkan pesan untuk Laila agar ia cepat keluar dari perpustakaan dan pulang bersama Valen.
Setelah melewati pintu masuk perpustakaan mataku disuguhi pemandangan Laila yang sedang tersenyum sendiri sembari asyik membaca buku yang berada dalam genggamannya. Sebelum kakiku berjalan menghampiri Laila, aku mengedarkan pandanganku mencari apakah ada orang lain selain aku dan Laila di sini. "tumben masih di sekolah Ren," suara itu sukses membuatku terkejut karena seingatku tidak ada orang yang berada di dekatku dan tentu saja aku mencari di mana sumber suara tadi. Ternyata tadi yang bertanya adalah guru Bahasa Inggris yang mengajar di kelasku dan badannya jika dilihat dari pandanganku di posisi awal tidak terlihat karena tertutup oleh rak buku. "oh iya sir, habis ngerjain tugas sir biar di rumah bisa istirahat," beliau hanya memberiku jempol dan menganggukkan kepalanya lalu kembali melanjutkan kegiatannya mencari buku.
Aku duduk di seberang tempat Laila duduk lalu mengetuk mejanya pelan agar ia berhenti membaca sebentar. Dan benar saja pandangan Laila yang awalnya serius menatap buku sekarang menatap kedua mataku, "Valen udah di depan, buruan pulang." ia hanya mengangguk lalu segera beranjak dan berlari menuju meja penjaga perpustakaan, ingin membawa buku itu pulang dan melanjutkannya di rumah. Karena bahuku lelah menggendong tas ini maka aku putuskan untuk menaruh tasku di kursi sampingku sembari membaca pesan dari ayah yang barusan masuk.
"mau pulang kapan kamu?" tanya Laila yang membuat atensiku beralih padanya, "paling bentar lagi dijemput, katanya lampu merah depan macet mana ayahku pakai mobil." ia hanya mengangguk sebagai respon, "oh iya Kayjen udah pulang?" seketika otakku bekerja keras memastikan siapa Kayjen yang ditanyakan Laila. "Kayjen yang anak voli?" Laila mengangguk lalu menjelaskan bahwa ia tadi sempat melihat Kayjen membaca juga di area ini bahkan sampai isi buku Kayjen karena Laila lah yang merekomendasikan ia membaca buku itu beberapa hari lalu. "ga tau, aku ga lihat dia."
"kamu ga sekalian keluar?" aku mengangguk atas pertanyaan Laila tanpa memandangnya karena pandanganku sedang berfokus kepada tas yang akan ku ramgkulkan di kedua pundakku. Saat aku mengangkat tas itu aku bisa melihat ada kacamata yang gagang penyambung kedua lensanya patah ditambah kedua lensa itu retak, di saat itu juga aku langsung panik karena itu bukan kacamata yang familiar dimataku. "Lai, ini kacamata siapa?" aku menoleh ke arah Laila berdiri lalu bergerak mendekatiku "punya Kayjen kayaknya, ini kok bisa gini?" aku pun menceritakan kejadian saat pertamakali aku melihat kacamata ini tadi dan menjelaskan bahwa saat aku menaruh tas aku tidak melihat kursi tersebut ada barang kecil atau tidak.
Pada akhirnya Laila dan aku yang sedang membawa kacamata Kayjen yang rusak keluar dari perpustakaan. "kacamata siapa Ren?" Valen meyapaku lagi dengan pertanyaannya, "Kayjen, kenal?" aku melihat Valen menganggukkan kepalanya "oh tadi aku liat Kayjen naik ke Gedung C." aku mengangguk paham dan berterimakasih atas info yang diberikan oleh Valen. Tak lama setelah itu Laila dan Valen pergi meninggalkanku yang masih berdiri di depan perpustakaan, bagaimana pun aku harus bertemu Kayjen untuk memberikan kacamatanya.
Kedua tanganku masih memegang hati-hati kacamata Kayjen sementara pandanganku mengedar melihat sekitar, berharap Kayjen kembali lagi ke perpustakaan. Tiba-tiba pandanganku menangkap sosok Kayjen yang sedang berjalan menuju gerbang, sontak aku memanggil namanya dengan berteriak dan berlari kecil menghampiri dirinya.
Kayjen memperlihatkanku wajah bingungnya dia lalu ia melihat ke arah kedua tanganku, sebelum ia mengatakan sepatah kata aku menjelaskan kejadian yang membuat kacamatanya menjadi rusak seperti ini. "maaf ya Kayjen. Kalau kamu mau aku gantiin kacamatamu diriku bisa kok, tapi aku boleh bayar setengah dulu ga? soalnya uang tabunganku kayaknya ga cukup buat bayar kacamatamu, soalnya kacamatamu branded kan."
"kamu biasanya dipanggil apa?" aku awalnya bingung dengan apa yang diucapkan oleh Kayjen karena ia tidak langsung membahas kacamatanya, "Dairen atau Ren." ia mengangguk lalu ia menatap mataku dengan lembut "aku kecewa. Tapi bukan sama kamu kok Ren. aku kecewa karena aku teledor naruh kacamata sembarangan, entah waktu itu aku berpikir apa sampai-sampai naruh kacamata di kursi dan aku lupa bawa pas aku mau keluar dari perpus." aku mendengarkan penjelasannya sembari mengangguk-angguk kecil.
"sebenernya kamu mau ganti atau enggak itu ga masalah buat aku, yang penting kamu udah minta maaf ke aku dan itu bukan seratus persen salahmu Ren." keheningan pun menemani aku dan Kayjen selama beberapa detik "aku ganti ya kacamatanya? mau ke optik kapan? nanti malam atau besok? aku pasti transferin uangnya kok." Kayjen tampak berpikir sebentar "besok kayaknya, kamu mau nemenin?" aku diam sebentar karena bingung ingin mengatakan apa "boleh? gapapa nih?" aku mendapatkan anggukan dari Kayjen ditambah senyum kecilnya.
"mau bareng besok?" lagi-lagi aku terdiam karena kali ini aku sedang mengingat di mana daerah perumahan Kayjen "gausah Kayjen, beda arah juga kan?" aku mendapat anggukan dari Kayjen lalu aku menyerahkan kacamatanya. "besok jam sebelas ya, di Mall Tinta Tua" kepalaku langsung aku anggukan untuk merespon perkataan Kayjen, lalu Kayjen berpamitan karena sudah ditunggu oleh penjemutnya di minimarket sebelah sekolah. Dan kini aku seorang diri di depan gerbang sekolah yang sudah setengah ditutup, menunggu ayahku datang menjemputku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMEO - an AU
Teen Fictionaku jadi cameo dalam hidupku sendiri? aku juga mau jadi tokoh utama.