Prolog

4 1 0
                                    

     Sore itu di bulan Ramadan, nampak seorang anak berlarian ke sana ke mari dengan riang. Anak itu bercirikan rambut ikal, kulit sawo matang dan kurus kerdil, namanya Diksa. Diksa berumur 10 tahun, usia kelas 4 SD.
     Diksa sama seperti anak-anak lainnya, yang membedakan adalah; dia tidak suka bermain dengan ramai kawan. Ia hanya akan bermain dengan Seto (kawan kecilnya) atau sendiri. Diksa juga sangat suka berpuasa. Sedari kecil (usia 5 tahun) Diksa sudah dikenalkan dengan puasa sehingga tanpa sadar ternyata ia juga gemar puasa sunah (puasa Senin Kamis). Makanan kesukaannya adalah opor ayam. Sebanyak apapun ibu membuatkan opor, pasti dihabiskan oleh Diksa dalam waktu sekejap.
     Kala itu Diksa merasa sangat lelah karena berlari, namun dalam benak Diksa tidak terselip rasa ingin membatalkan puasa. Ia teguh keimanan, Diksa tahu kalau membatalkan puasa adalah dosa besar dan saat sahur ia sudah sungguh-sungguh berniat. Ini lah ujian. Diksa memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon Ketapang. Tidak lama kemudian datanglah Seto.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diksa dan Opor AyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang