Cerita ini kembali diawali pada hujan di pagi hari. Saat ini, tanggal ini, tepat dimana ia mengatakan ia pergi. Ia tetap tidak akan tinggal. Apapun yang kukatakan juga tidak merubah keinginannya. Keputusannya sudah bulat. Ia lebih memilih melangkah pada kehidupan barunya, mengubur semua permasalahannya di kota ini.
Di dalam gerbong kereta, tubuhku bersandar pada pintu yang tertutup. Pandanganku mengedar ke luar sana, memperhatikan setiap detail dari pergerakan manusia. Penyakit tidak bisa transitku menghilang. Aku tidak lagi berhenti untuk membolos di jam pertama kelas, saat hujan mengguyur kota.
Musim panas pun berhenti, artinya saat ini aku harus mengganti seragamku dengan musim dingin. Aku harus menambahkan mantel dan scarf, termasuk kedua sarung tangan bila diperlukan.
Atas efek dari petualanganku kemarin, aku mendapatkan nilai yang cukup jelek saat ujian akhir. Dan aku harus belajar lebih banyak dari mereka, guna mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi. Aku sudah menyia-nyiakan kertas partitur yang entah sudah berapa banyak jumlahnya.
Rutinitasku pun beralih menjadi bekerja paruh waktu. Pada musim dingin, selain bernyanyi di kafe, aku ikut membantu paman Shin pada hari libur di musim dingin.
Dan setiap aku menambah lapisan pada setiap baju yang kukenakan, aku selalu bergumam "saat ini, apa yang sedang ia lakukan?"
Di sela kesibukanku, aku melangkah menelusuri jalan setapak yang saat ini tertutupi oleh salju. Bila sebelumnya genangan air mengiringi langkahku, maka saat ini butiran salju berjatuhan menempel pada mantelku.
Tempat itu masih sama, masih memberikan cerita yang sama. Senyumku perlahan terbit, dan hela nafasku menjadi lebih lega.
Aku kembali duduk disana, membaca untaian satu persatu kalimat dari sepucuk surat yang akan kukirimkan kepadanya. Aku tidak merasa kehilangannya, malah merasa bahwa ia disini, mendengarkanku bercerita. Bagaimana kabarku, bagaimana hubunganku dengan keluarga, bagaimana prosesku dalam mencapai impianku.
Jemariku perlahan merogoh sesuatu yang kusembunyikan di saku mantelku. Sebuah kaset tape, berisikan lagu yang sudah kujanjikan untuk dirinya.
Sekarang aku pun berpikir, bahwa diriku pun harus mampu melangkah. Suatu saat nanti, kala aku sudah bisa melangkah sendiri, sejauh yang kubisa,
Aku akan pergi menemuinya.
(cr: pinterest)
- The End -
KAMU SEDANG MEMBACA
When This Rain Stop
FanfictionApabila hujan mengguyur Seoul di pagi hari, Jaehyun selalu memilih untuk tidak menghadiri jam pertama di kelasnya dan pergi menuju taman kota. Tempat itu merupakan tempat dimana ia bertemu dengan Seungwan, perempuan misterius. Jaehyun terus menerus...