Prolog

58 3 1
                                    

        Bukankah kita pernah begitu saling mencintai? Banyak waktu kita lalui bersama, kita saling memberi kehangatan, memiliki kebahagiaan bersama, dan kita pernah saling terluka. Apakah kau melupakan diriku? Kumohon dengarkanlah…

            Seiring dengan waktu yang telah berjalan sangat panjang. Untuk merenungkan diri dalam kehidupan yang sesaat. Hanya keinginan yang selalu kulampiaskan. Arti dari hatiku yang penuh dengan harapan begitu indah. Semua bagaikan mimpi yang tak pernah ada. Datang dan lenyap hilang kemudian berlalu hingga sirna.

            Riuhnya tetes air hujan diatas genting menandakan hujan diluar begitu deras. Aku biarkan hujan membasahi separuh senja. Hawa dingin serasa menusuk tulangku. Suara hujan mendominasi setiap sudut kamarku.

            Kini, aku termenung di samping jendela sambil melihat derasnya hujan. Semilir angin melewati heningku. Terbesit dalam hati. Segala duka membuncah seketika. Kau  menghilang tanpa suara.

            Air mataku perlahan mulai menetes, kini hanya rasa sepi, sedih, bimbang, ragu, dan bersalah yang  selalu menggelayuti pikiranku. Aku mencoba menghela napas untuk menghentikan isak tangisku, namun itu percuma. Air mataku kini tak dapat ku bendung lagi.

            Ku menantimu, dalam lara. Menghambur seperti serpihan debu. Andai aku melihat apa yang ku lihat benar. Mendengar apa yang kudengar tulus. Aku takkan sanggup menerima semuanya kembali. Aku tak sanggup… rasa ini sudah terlalu lelah.

            “Divina! Ayo cepat turun makan malam.” Panggil ibu dari balik pintu. Suara ibu yang telah membuyarkan semua lamunnku, aku pun beranjak dari tempatku. “Ya bu.” Jawabku, lalu berjalan gontai menuruni anak tangga dan duduk disalah satu kursi.

            Ayah yang sedari tadi melahap makanannya kini menatapku dengan tatapan bertanya, “Mata kamu kenapa, Div?” Tanya Ayah. “Nggak apa-apa kok, yah. Tadi, Divina abis kelilipan.” Jawabku bohong, sambil mengucek mata. Setelah itu, aku kembali ke kamar dan membaringkan diri dan memikirkan hal apa yang akan terjadi esok hari.

            Dimana kau sekarang? Bisakah kau melihat lelahnya diriku sekarang? Aku yang selelu memanggil namamu setiap hari. Hatiku sudah lelah menunggumu. Aku yang selalu bertanya dimana dirimu berada. Cinta tangis dan kenangan tentangmu. Bersama dengan kenangan yang tidak bisa menghapus tangisku. Kini hariku terasa hampa tanpa dirimu disisiku. Please come back to me. But, that’s impossible.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please Don'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang