"Jangankan manusia, langit pun akan berubah jika sudah waktunya."
***
"Halo"
"..."
"Kamu lagi dimana?"
"..."
"Bisa tolon—"
tuut tuut
"Dimatiin."
Sebenarnya tadi adalah percobaan keempat bagi Tasya untuk menelpon pacarnya, Bagas. Sudah hampir sebulan, Bagas bisa dibilang berubah.
Apakah mungkin Bagas sudah bosan dengan dirinya? Karena memang Tasya sadari dari awal, bahwa dia bukan wanita yang cantik. Bahkan berat badannya yang sedikit berlebihan membuatnya sering tidak percaya diri. Namun, waktu itu semuanya berubah. Kala dimana Bagas datang untuk menemaninya hingga berujung mereka menjadi sepasang kekasih. Tasya yang tidak menyangka awalnya mengira itu semua adalah drama belaka, tapi ternyata Bagas memang benar-benar tulus kepadanya.
Hingga hubungan keduanya memasuki tahun ketiga, Bagas mulai berubah. Mungkin Bagas memang hanya bosan. Semoga, ya.
***
"Monggo, Mbak Tasya."
"Terima kasih, pak."
Di tengah derasnya hujan yang mengguyur ibu kota, Tasya singgah sejenak di tenda bakso langganannya di dekat kampus. Ya, Tasya masih kuliah semester 5 akhir. Sebentar lagi ia akan magang. Tapi sampai saat ini, iya masih bingung mau mengajukannya di instansi mana. Beda dengan anak-anak populer di angkatannya, yang sepertinya sangat mudah mendapatkan intansi untuk magang di waktu yang akan datang. Apalagi untuk jurusan akuntansi, penampilan menarik adalah kunci.
Drrt drrt..
Tasya adalah tim manusia yang lebih nyaman dengan silent mode dan getar sebagai nada dering.
"..."
"Waalaikumsalam."
"..."
"Kapan tante?"
"..."
"Iya, aku usahain kalo aku ngga ada kelas dadakan ya."
"..."
"Siap, waalaikumsalam."
Baru saja Tasya membayangkan tanggal merahnya untuk belanja bulanan, tapi sepertinya niat itu harus ia urungkan karena tantenya membutuhkan bantuannya. Universitas Tasya memang masih satu daerah dengan rumah tantenya, tapi sebagai keponakan yang tidak mau merepotkan, Tasya lebih memilih untuk ngekos. Untungnya ia mendapatkan harga kos yang cukup murah meskipun perlu 500 meter untuk menempuh perjalanan. Daripada rumah tantenya yang mungkin perlu 5 kilometer jarak tempuh.
Tante bilang, akan ada beberapa teman kantor suaminya yang mau datang untuk reunian. Kalian pasti bingung, kenapa tidak di sekolahan saja. Hm, karena ini bisa dibilang reunian satu circle saja. Ya, karena halaman rumah Tante Tantri cukup luas, mereka memutuskan untuk mengadakannya disana. Kasihan juga, Tante Tantri anaknya hanya satu, itu pun laki-laki. Jadi tidak ada yang membantunya untuk mempersiapkan rumah.
Setelah menghabiskan baksonya, Tasya menunggu angkot menuju rumahnya. Sebenarnya dia bawa payung, tapi lumayan untuk 500 meter berjalan di bawah hujan yang deras. Tasya bingung dengan orang-orang yang sibuk merutuki hujan, padahal hujan menenangkan. Toh mereka juga mengenakan pelindung seperti payung dan jas hujan. Parahnya lagi, mereka yang naik mobil pun terlihat kesal dengan datangnya hujan. Aneh sekali.
Bisa dilihat angkot nomor 2 itu mulai mendekati halte. Ya, angkot yang menuju Kampung Melinjo, tempat dimana Tasya ngekos. Sambil menutupi kepalanya, Tasya berjalan dari halte menuju angkot.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aunty, May I Call You Mama?
Short Story"Tante, boleh ngga aku panggil 'Mama' ke tante?" Bagaimana kiranya perasaan kalian, jika ada seorang gadis kecil yang kutaksir berusia 5 tahun dengan randomnya berkata demikian? Kisah ini hanya fiktif belaka, keseluruhan yang ada di dalam cerita ini...