[03]

61 5 0
                                    

LIBURAN BERAKHIR DUKA - 3

"Dan, kita tidak akan makan setelah itu, Grace... bahkan, aku sudah menunggak beberapa bulan di kampus." Grace kembali diam. Tubuhnya mematung mendengar ucapan adiknya.

Ya... selama ini, Korvinlah yang menjadi tulang punggung dalam rumah. Setelah uang yang ditinggalkan orang tuanya benar-benar habis. Dan dia—Grace, lebih memilih larut dan terlalu sibuk dengan trauma bodohnya.

Grace membalikkan badannya. Sebuah senyuman tipis tersungging di kedua sudut bibirnya. Dia duduk, menaruh roti bakar dan telur setengah matang yang baru saja ia goreng.

"Ya... ya, aku akan mendepatkan kerja setelah ini. Lalu, kau tak akan lagi memikirkan tua bangka Egerton atau pun biaya kuliahmu, Korvy."

"Grace, dengar..." Korvin membingkai wajah kakak perempuannya dengan tangan besarnya, "aku hanya ingin kau menyibukkan diri dengan pekerjaanmu. Cukup pekerjaan kecil, Grace, kau tahu... dan itu tak masalah bagiku. Aku bisa menanggung biaya hidupmu, sungguh. Bahkan, biaya pernikahanmu... aku bisa menangani semuanya."

"Kau gila!" seru Grace melempar tisu ke arah adiknya.

"Kenapa?"

"Kau saja sampai saat ini hanya memikirkanku. Tak memikirkan wanita lain di luar sana untuk kau kencani. Dan kau... mengatakan jika mau membiayai pernikahanku? Seharusnya, ucapan itu untukmu, Tuan Hester!"

"Sial! Dasar tikus tengik!" umpat Korvin. Keduanya tertawa bersama.

"Hallo! Grace?" suara itu terdengar setelah ketukan pintu yang tak sabaran.

Grace memandang wajah Korvin. Tapi, adiknya hanya mengangkat bahu kemudian kembali asik dengan sarapan sederhananya.

Grace beranjak dari duduk. Ia membuka pintu biru rumahnya untuk melihat. Matanya melebar, saat tahu siapa yang datang. Wanita seusianya dengan rok mini dan bandana mencolok sebagai ciri khasnya. Ya... Leoni Corvin, sahabat Grace.

"Kau tak memelukku, Grace?" tanya Leoni. Grace tersenyum kemudian merengkuh tubuh mungil yang ada di depannya. Segera, keduanya masuk sambil memeluk diri sendiri karena embusan angin yang dingin.

"Sedang apa kau ke mari, Leon? Bukankah seharusnya kau sedang bekerja sekarang?"

"Ayolah, Grace... kau akan wawancara kerja di Blackpool. Dan aku akan mengantarkanmu ke sana."

"Sungguh?" pekik Grace tak percaya.

Leoni mengangguk. Kemudian dia duduk di samping Korvin. Mata cokelatnya memandang Korvin, setengah menggoda Leoni mengedipkan mata.

"Hay, calon pacarku," kata Leoni sambil menunjuk Korvin dengan dagu. Dia meraih roti yang ada di piring, kemudian mengolesinya dengan selai cokelat.

"Cih!" dengus Korvin. Grace melotot. Tapi Korvin mengacuhkannya. Dia meraih tas rangsel yang ada di ranjangnya kemudian beranjak pergi.

"Semoga sukses, Grace... aku selalu mendukungmu. Dan... pastikan jika wanita sinting ini enyah dari rumahku," dengusnya.

Korvin pergi, dari balik pintu biru itu. Sementara Leoni hanya memutar bola matanya mendengar ucapan pedas Korvin.

"Mungkin... dia akan menjadi orang suci," celetuk Leoni, " kau tahu, Grace... tidak normal bagi seorang pria di usianya yang menginjak 20 tahun jika dia sama sekali belum berkencan. Sepertinya, Korvy tak tertolong."

"Ayolah, Leon... apa kau becanda, hm? Dia adikku satu-satunya dan kau menyumpahinya seperti itu." Grace meraih handuknya. Dia masuk ke dalam kamar mandi sesaat, kemudian keluar.

"Dia menolak pesonaku, itulah yang terpenting, Grace! Bagaimana bisa dia menolak pesona wanita dengan ukuran dada seperti ini?!" seru Leoni masih tak habis pikir.

Grace memandang dada besar Leoni. Kemudian dia menggeleng. Mengacuhkan ucapan aneh sahabatnya itu.

"Jadi, jam berapa kau wawancara?"

"Jam 15.00."

Leoni melihat jam tangan yang ada di tangannya kemudian dia mengangguk.

"Semoga kita tak telat, Grace."

"Ya, aku pun berharap seperti itu. Mengingat empat jam lebih perjalanan ke sana."

"Dan jika kau tahu masalah ini, kenapa kau tetap enggan berangkat pagi?" Grace terdiam, dia tersenyum kecut mendengar pertanyaan Leoni.

"Di mana kau akan wawancara? Apakah itu sebuah keluarga yang memiliki rumah besar, Grace?"

"Ya... seperti itu." jawab Grace singkat.

"Keluarga Kyle?" tebak Leoni. Dan, seketika tubuh Grace mematung.

Ya, Kyle... entah kenapa, setiap apa pun yang berhubungan dengan nama Kyle membuat Grace gusar. Dia seolah enggan. Tapi, Korvin terus saja meyakinkan. Jika, Kyle ini bukanlah Kyle yang ada di masa lalunya. Jelas, Grace tahu... nama Kyle begitu banyak di Inggris. Dan dia selalu mencoba berpikir seperti itu. Hanya saja, kota itu... terlebih, nama itulah yang membuat Grace meremang.

"Keluarga Kyle sangat baik, Grace... meski aku hanya mendengarnya lewat rumor. Tapi, keluarga bangsawan itu tak hanya kaya. Perilaku baik pasangan Kyle membuat siapa saja ingin bekerja di sana. Jika kau mendapat panggilan dari keluarga itu secara khusus. Percayalah, banyak orang yang akan iri padamu."

"Apakah... keluarga Klye sehebat itu?"

"Ya, tentu saja! Keluarga Kyle adalah keluarga terpandang, meski mereka tinggal di kota kecil seperti itu. Bahkan, sering kali para pesohor negeri mengira-ngira kekayaannya, Grace! Mereka sangat kaya!"

"Oh...."

"Dan kudengar, pasangan Kyle memiliki seorang cucu yang sangat... tampan."

"Oh...." ucap Grace lagi.

Dia mengancingkan kemejanya, kemudian memakai rok hitam sepaha miliknya. Bukan, ini bukan miliknya. Tapi milik Leoni yang ia pinjam beberapa hari yang lalu. Rok yang teramat ketat di tubuh Grace.

"Apa kau tak penasaran dengan pewaris Kyle, Grace?"

"Tidak."

" Ya Tuhan, Grace! Selama 23 tahun hidupmu kau tak berkencan dengan pria mana pun dan kau tak tertarik dengan pria. Apakah, jangan-jangan... kau dan Korvin ada hubungan? Seperti—"

"Diamlah Leon sebelum kubungkam mulutmu! Sekarang, ayo antarkan aku sebelum aku telat."

Leoni tertawa. Dia langsung menarik tubuh Grace untuk keluar. Grace berusaha memakai mantel. Agar ia tidak kedinginan saat perjalanan di rumah keluarga Kyle.

Awalnya, Grace juga tidak tahu. Diam-diam Leoni mendaftarkannya pada sebuah lowongan bursa kerja. Dan, tak perlu menunggu waktu lama. Sebuah panggilan datang kepada Grace. Hanya sebuah, dan itu panggilan dari kediaman keluarga Kyle.

Keluarga itu menawarkan sebuah pekerjaan yang cukup sederhana, katanya. Dan, Grace tak mengerti, kenapa harus dia. Atau, sudah beberapa calon pekerja yang mendapat tawaran sama sepertinya? Ah... Grace tak mau ambil pusing. Asalkan dia mendapatkan uang untuk membantu Korvin, maka tidak akan ada masalah baginya. Bekerja di mana pun..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE LORD OF THE DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang