Namanya Wu Yi Fan. Perawakannya tinggi, dengan tatapan mata yang tajam. Namja asal Cina yang lama hidup di Kanada. Dia tinggal di Korea karena suatu alasan dan aku jatuh cinta padanya setengah mati.
"Jangan menatapku lebih dari tiga detik karena kau akan jatuh cinta padaku." Ucapnya dingin saat mengajariku sastra inggris. Ya, dia adalah guru les privateku. Namja yang tepaut jarak usia empat tahun lebih tua dariku.
Aku langsung mengalihkan tatapanku pada buku soal. "Tidak akan." Jawabku acuh. Bohong. Aku sudah jatuh cinta padanya saat hari pertama dia datang untuk mengajariku. Pembawaannya yang tenang dan gayanya yang cool membuatku tidak berhenti memperhatikannya. Detik itu aku merasa ada bagian dalam diriku yang hanyut, dan caranya melihatku membuatku merasa jatuh kedalam tatapnya. Bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta?
"Jadi Sae Byung, mulai besok aku tidak akan mengajar lagi." Katanya sambil menutup buku setelah memberi nilai pada tugas terakhirku. Aku mendesah, kenapa tiga bulan berjalan begitu cepat? Aku masih ingin melihatnya mengajariku, juga mendengar suara beratnya menjelaskan teori-teori yang sebenarnya tidak terlalu kupedulikan. Bahkan sampai saat ini dia masih menganggapku anak kecil.
"Oppa, tidak bisakah kau mengajariku lebih lama? Aku masih harus belajar lebih banyak." Aku memberikan tatapan memohon. Tapi dia tetap tidak mengubah ekspresinya. Dia meneguk teh terakhirnya. Lalu bangkit "maaf, tidak bisa." Setelah itu dia pergi pamit kepada ibuku. Aku kembali mendesah dan bergumam "dasar namja berhati dingin."
*****
Namanya Wu Yi Fan. Namja yang membuatku tidak berhenti memikirkannya selama tiga tahun. Sekarang aku sudah menjadi mahasiswi semester 6, yang bekerja sambilan di sebuah kafe dekat kampus dan kabar baiknya, kafe tersebut adalah miliknya. Sudah dua tahun aku bekerja, dan dua tahun itu membuat perasaanku semakin jauh terhadapnya.
"Jangan memandangku lebih dari tiga detik.." Kata-kata yang selalu dia ucapkan, saat aku memperhatikannya membuat latte. Ya, terkadang dia datang dan membantu Min Seok sang barista membuat kopi. Dia terlihat sangat keren, ketika membuat art latte dengan kemeja putih yang lengannya sengaja di gulung, juga keseriusan yang nampak di wajah tampannya.
"Sajangnim, aku bahkan sudah memandangmu lebih dari 30 menit." Aku terkekeh melihatnya berhenti dari kesibukannya dan melihatku kaget, "YA!"
Aku cekikikan lalu pergi meninggalkannya setelah melihat ada pelanggan yang datang. Sekarang aku sudah berani menggodanya, juga menunjukan sedikit perasaanku terhadapnya. Aku sudah tidak terlihat seperti anak kecil dimatanya.
"Sae Byung, sudah kubilang jangan jatuh cinta padaku." Katanya saat mengantarku pulang. Aku tertawa kecil sebelum berkata, "aku sungguh-sungguh tidak jatuh cinta." Aku melihat tangannya yang menggandeng tanganku. Kami sudah menjalin hubungan hampir setahun dan dia masih melarangku untuk tidak jatuh cinta padanya. Dia bercanda? Bagaimana mungkin kami memulai hubungan tanpa cinta?
Kami sampai di depan apartemenku, dia masih erat mengenggam tanganku. "Tak mau mampir dulu?" Tawarku. Dia menggeleng kecil "sudah malam, istirahatlah. Bukankah besok kau ada kuliah pagi?" Dia membelai rambutku sampai tangannya mengusap pipiku lembut. "Cepat masuk apa yang kau tunggu?" Lanjutnya membuatku mendengus. Kupikir dia akan mengecup keningku. Huh, namja sedingin dia, ternyata memang tidak mungkin berlaku romantis. Dengan enggan aku membalik tubuhku dan membuka pintu.
"Sae Byung.." Panggilnya membuatku kembali memutar tubuhku.
"Ap-"
"Chu~" Mataku membulat, tubuhku menegang.
"Selamat malam." Katanya lalu pergi setelah meninggalkan kecupan selamat malam di bibirku. Aku menyentuh bibirku. Kutarik kembali ucapan tetang tidak romantis. Dia sangat romantis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
FanfictionBiarkan air mata ini mengalir kali ini saja, karena aku berjanji tidak akan menangis lagi untuk selamanya.