Chapter 1

67 14 16
                                    

Sepertinya musim panas sudah usai, siang ini terlihat mendung tanda akan turun hujan, bukan hanya itu suara guntur pun mulai bernyanyi ramai-ramai saling bersahutan dan akhirnya turunlah hujan. Mereka yang tidak membawa payung dan jas hujan terpaksa harus menghentikan perjalanan agar tidak terkena guyuran, bahkan ada beberapa yang nekat menerobos.

Remaja perempuan mencoba berbagi tempat untuk mereka yang baru datang ke halte bus untuk berteduh dari guyuran hujan. Ia berusaha bertahan sampai orang tuanya menjemput dirinya, senyuman mungilnya tidak pernah hilang walaupun dirinya mendapat perlakuan dari orang dewasa yang mencoba merebut tempatnya.

Tin!

"Raina!!" teriak seorang wanita dari dalam mobil.

Merasa namanya dipanggil, remaja itu mencoba menerobos orang-orang untuk keluar dari sana, mencoba membuka payungnya untuk menghampiri mobil tersebut dan masuk dibagian kursi belakang.

"Ibu dan Ayah kenapa lama sekali?" tanya Raina karena mereka datang terlambat.

"Maaf, Ayah tadi harus mengurus klien dulu sebelum meminta ijin pulang cepat." jelas Ayah.

"Oh, jadi ini gara-gara Ayah. Tapi kalian tidak lupa dengan hari ini?"

"Apa ya?" ucap mereka bersamaan, mencoba menggoda putri mereka.

Raina mendengus kesal. Ayah dan Ibu tertawa senang melihat putri mereka ngambek seperti itu terlihat lucu, Raina bisa merasakan dengan hati-hati Ayah menginjak rem saat lampu merah menyala.

"Sayang, apa kau lapar? Mau apel?" tanya Ibu.

Raina menggeleng. "Tidak. Hari ini aku harus puas makan masakan Ibu."

Ibu tersenyum manis. Entah kenapa perasaan remaja wanita itu begitu tidak nyaman saat Ayahnya mencoba menginjak pedal gas untuk melaju meninggalkan lampu merah yang sudah mulai hijau. Entah kenapa samar-samar Raina mendengar suara teriakan dan kegaduhan dari luar, mungkin karena suara hujan deras membuat orangtuanya tidak menyadari itu.

"Ibu." panggil Raina.

Bagai disambar petir, seketika nyawa mereka terlepas dari tubuh saat sesuatu menabrak dan menyeret jauh mobil yang mereka tumpangi, Raina bisa melihat jelas tubuh kedua orangtuanya mengeluarkan cairan merah, begitu juga dirinya dengan luka goresan yang disebabkan oleh kaca yang pecah melayang disekitar mereka. Hingga gulingan terakhir membuat orangtua Raina sudah tidak sadarkan diri.

"A .... Aya...h .... Ibu." pangilnya dalam tangisan.

Raina bisa mendengar suara ribut dari luar sana, sebuah cahaya membuatnya pingsan dengan apa yang sudah Ia alami barusan.

~🌹~

Seorang Pria berhasil mengeluarkan tubuh remaja perempuan berseragam SMA itu dari dalam mobil yang sudah tidak jelas wujud-nya karena telah menjadi salah satu korban kecelakaan sebuah truk kontainer. Jalan dengan aspal keabuan kini penuh dengan genangan darah dari para korban, mereka yang masih tersadar akan berteriak mendapat teman jalannya sudah tidak bernyawa.

"Bagaimana dengan pelaku?" tanya seorang polisi pada rekannya.

"Dia juga tidak selamat."

Polisi dengan pangkat lebih tinggi dari yang lain menghela napas dalam-dalam. "Secepatnya kita harus selesaikan ini."

~*Seminggu Kemudian*~

Seorang pria mencoba mengetuk pintu ruang inap seseorang, barulah Ia membuka pintu tersebut. Memberikan senyuman pada pasien Wanita.

"Aku pikir, kau tidak akan datang." membalas senyuman Pria itu.

"Mana mungkin aku melupakan mu. Aku bawakan makanan kesukaan mu, jangan lupa dimakan." dengan semangat Ia meletakkan paper bag di meja tepat disamping Wanita tersebut.

Beauty and The VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang