Part 2

4 0 0
                                    

Jakarta, 10 Januari 2018

Sudah satu bulan lebih Hendra menjalani masa pemulihan. Kondisi orang tua itu terus membaik. Alicia pun sedikit lega karena akhirnya bisa fokus menjalani tugas akhir kuliahnya. Akhir-akhir ini, gadis itu tidak pernah lagi membahas tentang perjodohan yang kakeknya inginkan. Dia tidak ingin jantung sang kakek kembali terguncang. Namun, dia masih bertanya-tanya tentang siapa pria yang dijodohkan sang kakek dengannya. Hendra sama sekali tidak memperlihatkan foto laki-laki itu. Alicia hanya mengenal calon mertuanya saja.

“Ah sudahlah, kenapa gue mikirin dia? Bukannya gue tidak peduli siapa pria itu. Gue fokus dengan kuliah saja. Besok juga gue harus mempersiapkan postingan buat endorse,” gumam Alicia.

Alicia tidak hanya seorang mahasiswi, tetapi juga seorang freelance desainer dan model beberapa iklan. Semuanya dia tekuni dan selalu mendapatkan hasil yang terbaik. Beberapa hari yang lalu, Alicia pun berhasil lolos dalam seleksi mahasiswa terbaik yang akan berangkat ke Perancis untuk mempresentasikan hasil proyeknya kepada calon investor di negeri super model tersebut.

Banyak yang jatuh hati kepada sosok Alicia, gadis berhijab cantik dan menawan. Tidak sedikit pria yang mendekatinya dari sesama teman kampus, model, klien, maupun para bussinessman. Namun, selalu ada sosok Morgan yang mendampingi Alicia ke mana pun, sehingga tidak ada yang berani mendekati gadis itu.

❤❤❤

“Hei, gue perhatiin dari tadi lo melamun terus. Kenapa? Lo lagi mikirin gue, yah?” celetuk Morgan menyenggol bahu Alicia.

“Ah lo, Gan, ngeganggu gue aja,” jawab Alicia dengan nada malas.

“Lis, gue perhatiin sekarang lo sedikit berbeda. Ada yang lo pikirin? Kalau soal tugas ke Perancis, lo tenang saja, semua udah gue siapin,” sahut Morgan seraya melirik ke arah Alicia yang masih memasang muka cemberut. “Gue kangen tahu, senyuman lo,”

“Ah, Gan. Kalau gue senyum terus entar gue disangka gila. By the way, lo selama ini baek banget sama gue Gan. Makasih, yah. Gue jadi keenakan, nih, jadinya,” sahut Alicia menyengir.

Jiah, kan, emang gue orangnya baik. Baru tahu lo!” seru Morgan melipat tangan ke dada.

Kemudian, tiba-tiba Nana datang dengan segala properti yang dia bawa. “Lis, lusa, kan, lo berangkat ke Perancis, gue udah siapin semuanya. Sayang kita berdua enggak bisa ikut nemenin lo.” Nana memeluk erat Alicia.

Alicia geli melihat tingkah laku Nana, bersikap seperti tidak akan ketemu lagi dengan dirinya. Padahal dia ke Perancis hanya seminggu. “Ah, Na, jangan lebay, deh.” Alicia tersenyum. “Kalian berdua ini emang selalu yang terbaik,” ucap Alicia.

“Sebenarnya, gue bisa aja ikut nemenin lo. Toh, ini, kan, proyek kita. Namun, lo, kan, yang andil lebih besar dalam proyek ini, Lis. Jadi, gue percayakan semuanya di tangan lo. Lagi pula enggak enak, kan, berduaan. Jauh lagi. Kalau sudah nikah, sih, enggak apa-apa.” Morgan berdiri merapikan semua bahan presentasi yang sudah menumpuk di meja Alicia.

Alicia terkejut mendengar penuturan Morgan. “What? Nikah? Ah, Gan. Lo, tuh. Siapa juga yang mau nikah sama lo? Toh, gue juga sekarang sudah dijodohin sama Kakek,” celetuk Alicia ceplos begitu saja.

What do you say? Please, itu enggak mungkin, kan, Lis? Gue salah denger, ‘kan?” tanya Morgan yang butuh kepastian.

Nana pun sama kagetnya dengan Morgan. Gadis berambut panjang itu menggoyang tubuh Alicia. “Gila lo, Lis. Hal sepenting ini lo enggak cerita sama kami? Pantesan saja berapa hari ini lo kelihatan banget enggak bersemangat,” sahut Nana.

DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang