satu

19 0 0
                                    

Terry memandangi pantulan dirinya di cermin berkeringat dan puas setelah melakukan 50 kali push up.
Otot-otot bertonjolan dibalik kaus basah -karena keringat- yang melekat ditubuhnya. Berolahraga dan mengangkat beban adalah rutinitasnya sehari-hari. Dia melakukannya hampir setiap pagi sebelum berangkat ke kantornya kecuali hari-hari saat cuaca mendung atau setelah semalaman hangout bersama teman-temannya, karena keesokan paginya dia akan berlama-lama di balik selimut dan bangun lebih siang. Tidak ada keharusan atau seorang mentor yang akan memarahinya jika dia tidak melakukan work out, hanya saja ada kesadaran dalam dirinya sebagai seorang marketing di perusahaan asuransi bahwa penampilan adalah modal utama baginya apalagi setelah mendapatkan predikat sebagai karyawan terbaik dengan hasil penjualan polis terbanyak hanya dalam kurun waktu sebulan, Terry bagaikan di atas awan. Sebenarnya dia tidak begitu peduli dengan semua omong kosong tentang karyawan teladan dan menjadi terbaik di divisinya. Dia hanya memperdulikan tentang besarnya bonus yang akan diterimanya akhir bulan ini karena itulah alasannya pindah dari Savanah ke Seattle sembilan tahun yang lalu yakni demi mengumpulkan pundi-pundi dollar untuk membayar  hutang-hutang ayahnya agar debt kolektor tidak mengusir ibu dan kakak perempuannya dari rumah mereka. Sekarang setelah hutang-hutang itu lunas dia masih harus terus mengirimkan uang untuk pengobatan penyakit paru-paru yang sudah lama diderita ibunya. Terry hampir tidak pernah menelpon mereka bukan berarti dia tidak perduli, dia hanya berusaha memisahkan masa lalunya dari dirinya yang sekarang. Itulah sebabnya dia mengganti namanya dari Terence menjadi Terry. Di Savanah Terence adalah seorang anak laki-laki sederhana dan pendiam. Ayahnya yang pemabuk seringkali memukuli ibunya sepulang dari bar. Saat itu terjadi Fallon kakak perempuannya yang lebih tua setahun darinya akan masuk ke kamar Terence dan bersembunyi disana. Mereka berpelukan sampai suara keributan itu lenyap kemudian mereka akan turun ke lantai bawah dan mendapati Mary sedang menyelimuti ayahnya yang tertidur di lantai. Pernah suatu ketika karena sudah tidak tahan lagi dengan keadaan itu Terence dan Fallon memaksa ibunya untuk pergi meninggalkan ayahnya tapi Mary terlalu mencintai suaminya
"aku tidak mungkin melakukan itu nak, saat ini ayahmu hanya sedikit tersesat. Percayalah aku akan membawanya kembali"
Perkataan ibunya itu lebih menyakitkan daripada semua hal yang dilakukan ayahnya padanya. Puncaknya saat ayahnya menggadaikan sertifikat rumahnya, Terence menyerahkan uang tabungan yang dia kumpulkan dari melakukan pekerjaan kasar selama dua tahun untuk menutup sebagian hutang-hutang ayahnya --uang yang sebenarnya akan dia gunakan untuk membeli sepeda motor impiannya-- kemudian dia pergi dari rumah. Saat itu dia berusia 17 tahun. Terence berjanji kepada Fallon untuk mengirimkan uang setelah dia mendapatkan pekerjaan di kota. Dia memang menepati janjinya tapi hingga saat ini dia tidak pernah pulang sekalipun bahkan saat Fallon menelpon dan mengatakan bahwa ayahnya meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Terence membenci ayahnya, sedikit membenci ibunya dan paling banyak membenci dirinya sendiri. Tapi itu adalah Terence. Terry adalah orang yang berbeda. Di sini, di kota yang selalu hidup dia berpenampilan menarik, sangat ramah kepada siapapun dan pekerja keras tapi bukan tipe penggila kerja. Terry tahu kapan dia harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mencapai target tapi dia juga tahu caranya bersenang senang. Semua orang di kantor menyukainya bosnya bahkan menyebutnya sebagai aset perusahaan yang paling berharga. Tidak pernah sulit bagi Terry untuk mendekati kliennya bisa dibilang dia berteman dengan semua orang. Terkadang kliennya menelpon untuk sekedar mengajaknya minum kopi, makan siang atau bahkan berlibur dengan kapal pesiar. Terry tidak lagi menyukai sepeda motor dia mengendarai BMW ke kantornya. Seperti pagi ini dalam perjalanannya ke kantor Tommy menelpon Terry menekan tombol dilayar LCD dan suara Tommy menggema melalui pengeras suara
"Terry, dimana kau? Cepat ke kantor ada sedikit masalah"
Terry mendekatkan wajahnya di layar sambil berkonsentrasi menyetir "Aku dalam perjalanan Tom, ada masalah apa" Tommy adalah manager sekaligus teman dekat Terry di kantor
"Seorang wanita mengajukan klaim, aku tidak bisa menjelaskan di telepon sebaiknya kau segera datang"
Terry menginjak pedal gas dan melaju dengan kecepatan tinggi. Sepuluh menit kemudian dia sampai di kantornya dan bergegas menuju ruangan manager. Di sana dia mendapati Tommy bersama seorang wanita duduk di sofa
"Selamat pagi" sapanya kepada keduanya
Tommy berdiri dari kursinya
"Oh finally Terry perkenalkan ini adalah Mrs Julia Stevenson dan Mrs Stevenson ini adalah Terry Corbin"
Terry tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya
"Good morning Mrs Stevenson, how can I help you"
Mrs Stevenson adalah wanita berusia awal 30an dia mengenakan sepatu boot coklat tua dan dress berwarna hijau dibalik Coat hitam yang panjangnya hingga ke betis. Rambutnya yang merah dikepang ke belakang meninggalkan anak rambut yg menjuntai di pelipis wajahnya yang pucat tanpa makeup
Tommy menjelaskan
"Mrs Stevenson ingin mengajukan klaim, Terry this is the policy" Tom menyerahkan lembaran kertas dalam map, Terry segera membuka dan membacanya sekilas
Mrs Stevenson bicara dengan suara tertahan
"Gerald meninggal dalam tidurnya sebulan yang lalu"
Tom melangkah mendekati Terry dan berdiri disebelahnya
"Masalahnya polisnya baru berumur satu tahun Januari ini" dia menjelaskan "kau tahu sendiri peraturannya kan? Sekarang Mrs Stevenson memaksa ingin berbicara padamu dia bilang kau mengenal mendiang suaminya"
Terry hanya mematung dan menyunggingkan senyuman tanda keramahan yang tidak pernah lenyap ketika dia sedang berhadapan dengan kliennya. Sejujurnya Terry hanya berusaha memahami keadaan dan bersikap tenang. Itulah yang dia pelajari selama bertahun-tahun menjadi agen asuransi. Sambil terus tersenyum otaknya memutar memori tentang pertemuannya dengan Gerry eh Gerrard -Terry melirik lembaran polis di tangannya membaca nama dalam lembaran polis oh 'Gerald'. Nihil tidak ada memori tentang pertemuannya dengan Gerald atau mungkin Terry lupa, tapi dia tidak akan mengatakannya kepada Mrs Stevenson dan Terry hanya tersenyum kemudian menyuruh wanita itu pulang dan berjanji akan menelponnya.
Setelah Mrs Stevenson pergi Tommy kembali duduk di balik mejanya dan mengoceh
"Aku mencium ada yang tidak beres, belum ada setahun sejak dia membeli polis senilai dua juta dolar. Kita harus melapor ke kantor pusat ini adalah penipuan" Tommy menyesap kopinya. Terry masih disana mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi pada hari dia bertemu Gerry eh maksudnya Gerald. Sulit sekali mengingatnya bahkan namanya terdengar asing. Thomasin masih mengoceh "Apakah menurutmu wanita itu penipu? Dia pasti sengaja membunuh suaminya demi dua juta dolar. Dia mengatakan bahwa suaminya meninggal dalam tidur. Aku bertaruh dia pasti memberinya racun, tipikal wanita"
Terry menyerah dia tidak bisa mengingat apapun yang berhubungan dengan Stevenson ini
"Jangan bicara sembarangan Tom, menurutku wanita itu tidak terlihat berbahaya"
Julia Stevenson tidak terlihat berbahaya sama sekali, dia bahkan terlihat sangat anggun dan menawan. Kulitnya yang putih pucat dengan sedikit bintik-bintik di hidung dan pipinya yang entah kenapa membuatnya terlihat begitu murni dan polos. Cara wanita itu berjalan yang canggung dan agak tergesa-gesa juga menarik perhatian Terry, saat ini aroma parfumnya yang semerbak masih bisa tercium di seluruh ruangan Thomasin perpaduan mawar dan Citrus. Wanginya memabukkan.
Tommy mendengus "jangan bodoh Terry, Jeff Dahmer juga tidak terlihat berbahaya sampai dia terbukti membunuh 17 orang" katanya dengan nada mengejek "aku harus melaporkanya ke pusat"
Terry tahu Tommy benar, itulah prosedur yang harus dilakukan saat ada klaim dini, hanya saja Terry merasa masih bisa menjelaskannya secara baik-baik sebelum mengatakan kepada Julia Stevenson --yang masih dalam masa berkabung-- bahwa perusahaan asuransi tidak mempercayainya dan menuduhnya melakukan penipuan. Terry tidak mau sampai salah langkah dalam menghadapi hal semacam ini
"Tunggu dulu Tom, aku akan menyelidikinya sendiri lebih dulu, aku berhak melakukannya dia klienku"
Tommy mengangkat tangannya
"Baiklah terserah kau saja"
Kemudian kembali mengatur tumpukan kertas di mejanya "hey bung bagaimana kalau sore ini kita keluar. Sudah lama kita tidak bersenang senang"
Terry menjawab datar
"Katakan saja sudah lama kau tidak tidur dengan wanita Tom. Pergilah dengan John Paul"
Tommy menyeringai "Yaah.. yang itu juga, tapi aku tidak mau keluar dengan JP, aku hanya ingin mengajakmu bersenang senang, kawan" katanya
"Kau hanya mengajakku karena  wanita-wanita yang bersamaku lebih baik daripada JP kan?"
Tommy tertawa
"Kau tidak akan percaya dude, JP adalah yang terburuk dia mengenalkanku pada wanita yang berusia 50an. Kurasa itu memang tipenya"
Mereka tertawa bersama

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang