Bab Tak Berjudul 1

27K 382 5
                                    

Bab 1

BANG ANSAR - (Ansar Burhanudin) - merupakan salah satu dari 8 tentara yang ditempatkan di kampung kami dalam program "Masuk Desa". Mereka ditugaskan untuk membantu penduduk kampung untuk memperbaiki jembatan, saluran irigasi, rumah tinggal serta kelengkapan MCK dan sanit

Para tentara itu sebagian masih ada yang muda, tapi semua terlihat gagah-gagah dan banyak yang ganteng. Sedangkan Bang Ansar umurnya 28-29 tahun, tinggi menjulang 177 cm dengan sosok yang kekar atletis.

Saya sendiri -(WANDI SAPUTRA)- pemuda kampung berumur 21 tahun. Dan berbeda dari Bang Ansar yang berbadan gempal, sosok tubuh saya terbilang ramping dan agak kurus dengan tinggi badan tidak lebih dari 169 cm.

Dulu, saya pernah dengan seorang kawan yang bekerja di sebuah pabrik di kota besar, tapi kemudian Ayah menyuruh saya pulang untuk membantu dia di desa. Namanya juga hidup di kampung, kegiatan saya sehari hari adalah bertani, bercocok tanam dan menggembalakan ternak.

Saya juga termasuk kurang pandai bergaul di lingkungan saya, apalagi dengan para pendatang, seperti para tentara itu. Sifat saya memang agak pendiam dan tidak banyak bicara, sehingga saya sering dijuluki "Wandi si ganteng yang bisu" – kata penduduk desa. hahaha...

Bahkan pada saat acara pertemuan dengan para tentara di kantor kepala desa, saya hanya sempat beradu pandang dan berkenalan sekedarnya dengan Bang Ansar dan rekan2nya yang lain. Perjumpaan pertama itu saya anggap biasa saja dan tidak ada kesan khusus yang membekas.

****

Para anggota tentara tersebut ditempatkan terpisah di beberapa rumah penduduk desa, dan yang saya tahu, Bang Ansar menempati rumah pak Sainan yang punya seorang anak gadis bernama ASTUTI

ASTUTI rupanya sangat menyukai Bang Ansar. Mereka akrab dan saya sering melihat mereka ngobrol berduaan dengan mesra. Apalagi orang tua Astuti sepertinya merestui hubungan mereka. Mungkin karena orang2 di kampung biasa memandang tinggi seseorang dengan jabatan di pemerintahan, polisi atau militer.

****

ASTUTI ini pernah jadi pacar saya. Tapi tidak lama, karena hubungan kami tidak direstui oleh orang tua Astuti yang mengharapkan calon suami yang kaya dan berpangkat sehingga akhirnya kami putus.

Walau hanya sebentar, tapi saya bisa mencicipi tubuh ASTUTI dan sempat ngentot dengan dia sampai 3-4 kali. Jadi jangan dipikir anak muda di kampung lugu-lugu. Malah sebagian besar dari para pemuda di kampung mungkin lebih mengerti masalah seks dibanding orang2 tua di masa muda mereka.

Sepintas Astuti bukanlah tipikal wanita yang pintar bercinta. Dia sepertinya tipe wanita yang nurut saja diapain. Semuanya dia nurut saja. Jadi biasanya saya yang lebih pro aktif dalam urusan ranjang. Tapi saya tidak menyangka waktu pertama kali menduri gadis cantik yang terlihat alim itu ternyata dia waktu sudah TIDAK PERAWAN lagi karena pernah tidur juga dengan lelaki lain sebelumnya.

Entah kenapa, walau saya sudah tidak ada hubungan apa2 dengan Astuti, ternyata timbul juga rasa CEMBURU melihat kedekatan antara Astuti mantan pacar saya, dengan Bang Ansar.

Saat tak sengaja berpapasan dengan Astuti dan Bang Ansar, saya sengaja melengos dan berpura-pura tidak melihat. Bahkan saking cemburunya, saya SENGAJA MENGHINDARI pertemuan dengan mereka, sehingga Bang Ansar menatap heran dengan pandangan penuh tanda tanya melihat sikap saya yang "agak" bermusuhan.

-----------------------------------------------------

Suatu hari, setelah mencari kayu bakar di hutan sisi kampung, saya beristirahat di pinggir kali ...

"Sendirian saja Dik Wandi?" ternyata Bang Ansar.

"Oh,... iya Bang, saya sendiri saja, Bang Ansar kenapa ada disini? "

"Hehehe, ya aku sedang bersitirahat dan jalan jalan ke sungai ini ..." Kata Bang Ansar, sambil duduk di sebelah saya, dekat sekali hingga bahu kami bersentuhan.

Bang Ansar bertanya lagi:

"Wandi ini pendiam sekali ya? Apakah ada salahku kepada kamu?"

"Tidak, kenapa Abang bertanya seperti itu??" jawabku

"Ya karena Dik Wandi ini satu-satunya pemuda di kampung ini yang tidak pernah ngobrol dengan aku, selalu menghindariku"

"Tidak apa-apa kok Bang, saya memang orangnya tidak banyak bicara" jawabku

"Aku dengar Wandi pacar Astuti?. Adik marah sama aku?"

"Hahaha, tentu saja tidak Bang, dan saya bukan pacar Astuti" jawab saya berbohong.

"Aku tidak ada hubungan apa2 dengan Astuti lho, dan tidak mungkin pacaran dengan dia, karena aku sudah punya istri dan 2 anak" Bang Ansar menjelaskan

Saya diam saja.

"Jadi Wandi tidak perlu cemburu..." sambung Bang Ansar lagi.

"Saya tidak cemburu Bang"

"Syukurlah. Aku khawatir Adik cemburu" Katanya

"Hahaha, tidak lah Bang"

"Nah, gitu dong!, ketawa seperti begitu, Dik Wandi kan tambah ganteng ... Pendiam saja ganteng, apalagi ketawa. Hahaha.." katanya sambil me-nepuk2 pundak saya sebagai tanda persahabatan.

"Hahaha.. Siapa yang ganteng?. Bang Ansar tuh yang ganteng......"

"Serius kok!, Wandi ganteng lho ... kalau jadi bintang film pastinya bakal terkenal" kata Bang Ansar sambil melemparkan senyuman terbaiknya.

Baru saya sadari Bang Ansar itu sebenarnya sungguh tampan sekali. Apalagi saat dia tersenyum seperti itu.

Saya tidak akan heran kalau ada banyak cewek yang menggelepar melihat dia tersenyum. Secara fisik Bang Ansar memang tipe pria yang bikin cewek bakalan nengok berkali kali untuk menatap kegagahannya.

"Yuk pulang?, sudah magrib nih" Bang Ansar berdiri dan mengulurkan tangannya. Lelaki gagah itu membantu saya berdiri.

Aneh tidak ya?. Seorang laki laki membantu saya untuk berdiri.

Mungkin tidak!, hanya saat itu saya merasa bagaimana gitu... hahaha....

Berpegang pada tangan Bang Ansar, saya bangkit.

Kemudian Bang Ansar merangkulkan tangannya ke bahu saya dan meninggalkan tempat itu. (Iiiihh.., Bang Ansar merangkul saya seperti meluk cewek saja.. Hehehe..).

Sepanjang perjalanan, dengan penuh keakraban kami ngobrol, saling berbicara dan mengenal satu sama lain dengan lebih dekat.

-----------------------------------------------------

Tentara Masuk DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang