1.Nenek

60 7 2
                                    

Aku terbangun dengan nafas gusar, keringat dingin mengucur membasahi bantal tidurku. Aku mengerjapkan mata berkali-kali, melihat keluar jendela dengan kepala yang pening karna tidurku yang sangat lama.

Aku melirik jam diding di sudut kamar, ah sial! Aku tertidur sampai jam 6 sore. Pantas saja kepalaku pening dan perutku mual. Aku bergegas turun dari kasur dengan langkah lunglai, aku harus segera mandi agar tubuhku fresh kembali.

Selesai mandi, aku bergegas turun ke bawah guna mengisi perutku yang sudah keroncongan. Aku melirik sekitar, rasa sepi menyerangku begitu saja.

Aku ingat jika ibu dan ayah sedang pergi ke kampung untuk mendatangi acara kematian nenek yasmin yang dulu adalah tetanggaku sewaktu tinggal di kampung. Aku terpaksa tidak ikut melayat kerumahnya karna kesibukkan ku untuk sidang di kampus besok pagi.

Aku membuka pintu kulkas di depanku, kosong! Ah ibuku pasti lupa meletakkan mie instan di kulkas karna saking buru-burunya.

Aku bersiap mengambil jaketku, aku memutuskan pergi keluar membeli mie instan di warung dekat rumah.

Sesampainya di warung mbak nuri, aku melihat sekumpulan bapak-bapak yang tengah menongkrong, nampak sedang membicarakan sesuatu yang serius.

"Ya gak salah juga yak, namanya setan pasti suka nakut-nakutin" kata pak adi

Pak raka mengangguk dengan tampang cengegesan
"Untungnya aku gak pernah liat setan di, walaupun rumahku deket sama rumah kosong yang di dekat sungai itu. Aku gak pernah liat mahkluk begituan" katanya

Pembicaraan bapak-bapak itu semakin panjang dan terdengar semakin mengerikan karna membahas tentang pengalaman masing-masing melihat setan. Aku yang memiliki jiwa penakut besar seperti ini justru seketika merinding, dengan cepat aku meninggalkan warung mbak nuri setelah menerima pesanan.

Aku tak bisa menghilangkan pikiranku dari hal-hal menakutkan yang tiba-tiba saja terlintas di kepalaku, padahal hanya mendengar cerita tapi kenapa aku sampai ikut terbayang-bayang begini.

Sembari menyantap mie, aku duduk di sofa sambil menonton tv. Aku berusaha mengenyahkan perasaan takutku, terlebih lagi aku sekarang dirumah sendirian.

Ponselku tiba-tiba berdering, aku melihat nama 'ayah' yang tengah memanggilku.

"Halo Ayah, ada apa?"

"Nia maafkan Ayah, hari ini Ayah menginap di kampung karna acaranya sampai malam sehingga Ayah tak mungkin balik ke kota malam-malam begini" kata Ayah

"Iya gak papa yah, aku akan baik-baik saja dirumah. Aku hanya minta doamu untuk sidangku besok pagi"

"Tentu saja putriku, semoga acaramu berjalan lancar dan semoga putri kebanggaanku ini lulus dengan gelar yang kau impikan. Besok Ayah akan datang ke kampusmu"

Aku tersenyum
"Terimakasih Ayah, sampai jumpa"

Panggilan itu berakhir, aku kembali melanjutkan makanku.

Selesai makan, aku segera kembali ke kamar. Saat hendak menaiki tangga, tanpa sengaja aku melihat kearah luar lewat jendela besar yang memperlihatkan keadaan di belakang rumah. Nampak sesuatu menyembul di balik tembok tetanggakku, dalam kegelapan aku dapat melihat bahwa sesuatu yang menyembul itu adalah kepala. Kepala itu tertutupi tembok hingga tak memperlihatkan badannya.

Aku menatap hal itu dengan mata memincing mencoba untuk mengamati dengan jelas, dan benar saja itu adalah kepala orang dengan wajah yang terlihat samar, ia terlihat tengah menatap kearahku.

Aku bergidik ngeri, siapa orang yang berdiri di malam hari sembari menatap kerumahku seperti itu? Apa dia orang gila yang di sembunyikan oleh tetanggaku?

Aku berlari menuju kamar lalu mengunci pintu, aku ketakutan, pikiran buruk terlintas begitu saja di kepalaku. Apa jangan-jangan itu hantu?

Aku tersentak kaget saat tiba-tiba mendengar suara tawa pelan dan diiringi suara tongkat yang menyentuh lantai. Suara itu kian mendekat dan kini terdengar tepat di depan pintu kamarku.

Aku menggigil ketakutan, segala doa aku ucapkan. Aku dapat melihat bayangan seseorang tengah berdiri diluar kamarku lewat bawah pintu.
Aku sangat yakin jika sudah mengunci pintu rumah jadi tak mungkin ada orang yang bisa masuk, jika ini bukan manusia aku yakin dia setan.

Aku menaikkan selimutku hingga leherku, aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Karna aku tau ia telah menungguku di luar kamar.

Aku berusaha memejamkan mataku, namun nihil aku tidak bisa! Aku melirik kebawah pintu, sudah pergi! Setan itu tak lagi berdiri disana. Aku menarik nafas lega, rasa aman langsung aku rasakan.

Aku kembali merebahkan tubuhku, seketika pandanganku langsung beradu dengan mata besar melotot hendak keluar dengan wajah keriput dan pucat bersimbah darah, tersenyum mengerikan bahkan sampai melewati matanya sedang menatapku sembari menempelkan tubuhnya di atas langit-langit kamarku.

Sedetik itu juga aku merasa tercekat lalu pingsan.

Yang kuingat, mahkluk itu menyebutkan satu kalimat yang membuatku tak bisa melupakkannya

"Kenapa tidak ikut nenek?"

Satu orang yang ku ingat, dia adalah nenek Yasmin. Nenek yang waktu itu di semayamkan datang menghantuiku karna tak ikut datang mengikuti upacara penguburannya.

*sekian*

Kurang merinding ya?😂

short horor storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang