"Kampus pagi lo?" tanya gue ke Alivia.
Dia geleng. "Enggak juga."
"Jam berapa masuk?"
"Jam 9."
Ya itu masih termasuk kampus pagi, Neng :)
"Makan dulu yuk, gue laper."
Alivia natap gue. "Emang Kakak ga makan di kos-kosan tadi?"
Boro-boro makan, waktu sarapan gue aja tadi dihabisin sama ceramah anak-anak yang nyuruh gue sama Kak Johan pulang, Liv.
Tapi gue ga bilang itu ke dia.
"Enggak, kelupaan. Yok, makan. Kakak yang traktir." Gue senyum, narik pelan tas Alivia, karena anak ini kelamaan ngelag nya.
Gue ngajak Alivia ke warung depan. Ya gue lagi seret, tapi karena gue udah terlanjur ngajak ya sudah. Yang penting gue traktir kan? Daripada gue malu gara-gara tiba-tiba ga jadi.
"Alivia udah makan, Kak."
"Gue belom."
"Kakak aja yang makan kalo gitu."
"Temenin."
Gue senyum kecil waktu Alivia dengus pelan. Kenapa sih gemes? Boleh acak rambutnya ga sih?
***
"Halo?"
"Juan.."
Gue terdiam waktu denger suara berat itu di telepon. Kedengaran rapuh suaranya. "Apa?"
"Boleh minta tolong?"
"Apa? Kalau mau minta uang, Juan belum ada Yah."
Gue kesel banget!
Jadi.. gue itu anak broken home. Dulu, Mama gue cerai sama Papa karena Papa adalah pemabuk berat, Papa juga suka kalap kalau di rumah, ngehancurin hampir seisi rumah, mukulin Mama, mukulin gue..
Akhirnya Mama pun memutuskan untuk pisah.
Beberapa tahun, gue nemu calon yang pas buat Mama. Gue deketin calon ayah baru gue ke Mama, dan akhirnya mereka nikah.
Gue punya adek, namanya Rian, selisih 10 tahun dari gue. Gue sayang banget sama Rian. Keluarga kami bahagia, dengan Ayah baru, Mama, gue, dan Rian.
Tapi pernah suatu kali, Papa muncul tiba-tiba di kehidupan kami, minta uang ke Mama, tapi sama Ayah ga dikasih.
Papa nekat nyulik Rian, jauhin Rian dari kita. Akhirnya Ayah mau ngasih tebusan, dan ga dilaporin ke polisi karena gue takut.. gue larangin Ayah buat lapor.
Uang Ayah sama Mama habis. Gue umur 18 tahun waktu itu, masih sekolah.
Mungkin depresi, Ayah mulai mabuk. Gue takut.. takut banget, kalau Ayah jadi Papa dalam versi baru.
Jadi gue bilang, gue akan cari kerjaan di Jakarta sambil sekolah, buat bantu ekonomi keluarga.
Dan gue.. belum mau pulang sampai sekarang, karena Ayah pemabuk, dan gue tau gue ga akan sanggup liat Mama dan Rian di sana. Papa tau gue kerja, tapi ga tau gimana, Papa cuma telepon gue sekali, dan bilang kalo gue harus jadi orang hebat, ga boleh kayak Papa.
Yang tau cerita gue, cuma gue, temen-temen gue, dan lo semua...
"Juan?"
"Apa?"
"Boleh, nak?"
Nak.
Sejak kapan Ayah kembali manggil Juan dengan itu?
"Boleh apa?"
"Uang.. cuma sedikit."
"Untuk apa uangnya?"
"..."
"Kalau untuk mabuk, maaf Juan tidak bisa kasih. Ayah kalau mau mabuk ya cari uang sendiri, kan itu untuk keperluan Ayah. Juan kerja, uangnya halal Yah, jangan dipake buat yang enggak-enggak."
"..."
"Juan ada kelas, waktu istirahat Juan mau habis. Juan tutup dulu."
Setelah ngomong gitu, gue tutup teleponnya, karena ga ada balasan lagi dari Ayah.
Ribet banget hidup Juan, ya Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] AML; Juandito (Can You Sit By Side?)
Fanfiction"Iya, gue emang anak broken home, tapi bisa gak, lo ga usah memandang gue serendah itu? Gue bisa kerja sendiri, selama ini gue yang nafkahin keluarga gue sendiri. Tapi kenapa lo masih nganggap gue seolah gue ini ga mampu, Liv? Gue ga butuh bantuan l...