Minggu pagi hari sedang mencuci mobil di depan rumahnya. Saat asyik mencuci mobil tetangga dan juga teman masa kecil nya menyapanya.
"Woi bro.... " Teriak andi dengan senang sumringah melihat hari.
"Woi bro" Jawab hari dengan lantang.
Andi masuk dan mendekat ke arah hari lalu berhenti mencuci mobil juga menghampiri andi. Berdua lalu bersalaman akrab.
"Kapan balik?" Tanya andi.
"Semalam" Jawab hari.
"Gimana kabar?" Tanya andi.
"Alhamdulillah, gimana kabarmu? "
"Baik"
"Jalan jalan yuk mumpung libur dan mumpung bisa ketemu"
"Hahaha, baru juga sampai dab" Jawab hari.
"Halah, sebentar doang lah" Kata andi.
"Traktir lah, dari kota pasti banyak bawa uang" Tawa andi.
"Hahaha bisa aja lo"
"Yaudah, kemana kita?" Tanya hari.
"Muter muter aja sekitar sini"
"Kayak dulu aja" Kata andi.
"Pake motor aja ya, biar gampang kemana mana" Ucap hari.
"Ok" Jawab andi.
"Yaudah duduk aja dulu, aku selesain kerjaan ini" Kata hari.
"Kopi mana? " Kata andi.
"Tuh"
"Cuma satu tok ki" Kata andi.
"Belum aku minum" Jawab hari.
Andi duduk menyruput kopi dilanjut dengan menyulut sebatang rokok.
Lalu keluar istrinya hari bersama anak perempuannya.
"Eh mas andi, tumben pagi pagi sudah mampir" Sapa dyah kepada andi.
"Iya mbak, mumpung libur nggak ada kerjaan" Jawab andi.
"Mau kemana mbak?" Tanya andi.
"Ke pasar mas" Jawab dyah.
"Lama nggak ma? " Teriak hari mendengar ucapan istrinya mau ke pasar.
"Ya nggak tahu" Jawab istrinya.
"Bawa kunci serepnya ma" Ucap hari.
"Papa mau keluar sebentar sama andi.
"Lha emang papa mau kemana?" Tanya istrinya.
"Jalan jalan sebentar, tuh keong yang ngajak" Ucap hari sambil monyong ke arah andi yang dulu waktu kecilnya di panggil dengan sebutan keong.
"Hahaha masih sama aja lo, inget aja nama itu. Dah lama nggak ada yang manggil keong" Ucap andi tertawa.
"Hahaha" Hari juga tertawa terbahak bahak.
"Dasar lo bodong" Ucap andi mengejek hari dengan nama kecilnya.
"Keong keong... " Hari bergumam.
"Kalo ada kancil ama bagong pasti seru" Ucap hari lirih lalu diam menatap andi.
Andi pun membalas menatapnya.
"Pengaruh temen kampung sebelah tuh, udah di bilangin masih ngeyel juga" Kata andi pelan terbayang saat dirinya bersama warga berbondong bondong melihat jasadnya yang hancur karena tabrakan motor liar.
"Udah belum nih?!" Teriak andi membuyarkan lamunan hari.
"Dikit lagi" Balas hari.
Beberapa waktu kemudian hari sudah selesai mencuci mobil lalu masuk ke dalam rumah. Mandi dan bersiap siap pergi bersama andi. Setelah rapi keluar rumah dan mengajak andi segera cabut pergi jalan jalan.
Berdua berboncengan menelusuri jalan jalan keluar masuk perkampungan. Kedua nya sangat akrab dan bercanda selama dalam perjalanan. Melalui jalan jalan setapak yang dulu pernah jadi kenangan bersama empat sekawan yang sekarang sudah banyak berubah. Lalu berkeliling jauh ke arah kota.
Setelah berkeliling mereka jajan sarapan dan lalu melanjutkan perjalanan. Puas berkeliling mereka balik kerumah melewati gang dan jalan jalan tengah persawahan. Saat melewati ujung perkampungan melewati sebuah sungai kecil dengan air yang masih bersih dan bening andi menepuk bahu hari.
"Har, mandi dulu yuk.... Kayak dulu, asyik kayak e" Ucap andi.
"Isin lah ndi, kapan kapan ajalah" Balas hari melihat banyak orang kampung dan orang berlalu lalang. Nggak seperti waktu mereka kecil dulu yang masih sepi dan banyak pepohonan yang menghalangi.
"Ok" Jawab hari.
Mereka lalu berlalu dan kembali pulang kerumah. Sesampainya dirumah andi langsung berpamitan karena ada urusan. Dan hari pun mengiyakan dan mengajak andi nanti malam main ke rumahnya.
"Ntar malam kesini har, ngopi ngobrol-ngobrol"
"Siap bro, pulang dulu ya" Balas andi berjalan kaki menuju rumahnya nggak jauh dari rumah hari.
Malam pun tiba, hari sedang santai merokok di teras dengan suguhan kopi special dari istrinya. Suasana nya begitu sepi dan anak istrinya sudah tidur. Seseorang lewat dan menyapanya.
"Belum tidur mas? " Teriak orang itu yang berselimut sarung.
"Belum pakdhe" Balas hari berdiri dan menghampiri pria seusia almarhum bapaknya.
"Ngeronda dhe?" Tanya hari setelah di berdiri di hadapannya membuka pintu gerbang.
"Iya mas, keliling ambil jimpitan" Kata pakdhe broto.
"Oh ya pakdhe. Sebentar" Kata hari berjalan masuk mengambil uang receh.
"Masuk pakdhe ngopi dulu" Hari dengan sopan menawarkan kopi.
Pakdhe broto masuk dan duduk di teras.
"Bentar dhe, aku buatkan kopi" Ucap hari masuk kedalam dan lalu keluar membawa secangkir kopi.
"Monggo dhe kopinya" Hari menyuguhkan kopi di hadapan pakdhe broto.
"Maturnuwun mas hari" Ucap pakdhe broto.
"Ya pakdhe"
"Ngeronda kok sendirian pakdhe?" Tanya hari.
"Kalo rame rame suka njagakke mas. Cuma sing sregep keluar yang males nggak mau dapat jatah ronda" Kata pakdhe panjang lebar.
"Woalah gitu tho dhe" Balas hari sambil menyruput kopi nya.
"Kopine enak"
"Kopi mana nih?" Tanya pakdhe broto.
"Kopi racikan sendiri kok dhe" Kata hari.
Tak lama berselang andi datang.
"Pakdhe broto? tumben dhe?" Kata andi duduk bergabung bersama hari dan pakdhe broto.
"Lha ngopo? " Jawab pakdhe broto.
"Tumben wae dhe ngopi, biasane teh cem cem an. Hehehe " Canda andi.
"Kopi ne mas hari iki bedo yo... "
"Enak mantap rasane" Jawab pakdhe broto.
"Iyo dhe, mau wis nyoba" Kata andi.
"Kopi ku endi har?" Kata andi pada hari cuma senyam senyum sendiri.
"Tuh" Ucap hari dengan bibir manyun nunjuk ke gelas di meja.
"Sisomu meneh..... " Kata andi menggerutu.
"Hahaha.... Bentar aku buatkan dulu" Canda hari lalu masuk membuat kopi untuk andi.
Bertiga ngobrol sampai lupa waktu. Tidak terasa sudah hampir tengah malam.
"Pakdhe dah jam dua belas"
"Udah selesai belum ambil jimpitan? " Ucap andi memgingatkan pakdhe broto.
"Woalah lali tho"
"Kancani aku yo ndi! " Pinta pakdhe broto.
"Takut to dhe?" Canda hari.
"Yo ora jane, ben ada temen ne gitu" Pakdhe broto beralasan.
"Heleh padune takut to dhe? " Canda andi.
"Yaudah yuk aku temani" Kata hari.
Bertiga lalu menyudahi ngopi dan keluar berkeliling kampung.
Selama berkeliling kampung mengambil jimpitan bertiga ngobrol dan bercanda. Terutama andi dan hari mengenang masa lalu.
Mereka melalui tempat tempat nongkrong dan tersembunyi yang dulu pernah mereka lakukan semasa remaja.
"Dab, inget nggak waktu di situ?" Tanya andi ke hari.
"Yang mana?" Tanya hari.
"Itu waktu bagong kena ulet bulu gatel sak kontol e" Ucap andi lalu tertawa terbahak bahak. Hari yang ingat kejadian itu juga langsung tertawa.
"Lagian di bilangin ngeyel jangan senderan pohon itu" Kata hari memperhatikan tempat itu masih sama namun jarang di gunakan. Terlihat banyak semak semak yang menutupinya.
"Bikin nggak jadi crot gara gara ketawa sampai sakit perut" Tambah hari.
"Lha ... Aku wis crot pas bagong garuk garuk terus sampai bengkak tuh kontolnya" Kata andi.
"Kowe bahas opo to kok kontal kontol wae" Ujar pakdhe yang mendengar percakapan mereka. Mereka baru sadar kalo ada pakdhe broto.
"Biasa dhe, dulu sama kancil, bagong ama keong suka coli disana dhe" Ucap hari santai. Mereka sudah dewasa dan sama sama bisa menjaga privacy. Dan bukan hal tabu bagi mereka sesama pria dewasa bicara vulgar.
"Woalah" Ucap pakdhe.
"Pakdhe wis suwe ora pernah kentu saiki apa juga sering coli dhe? " Ejek andi karena sudah lama pakdhe broto menduda di tinggal mati istrinya.
"Ora iso coli le, pengen kentu tapi ga kelakon karo sopo lawanne" Ujar pakdhe broto.
Bertiga lalu berdiam melihat sekeliling sekalian menjaga keamanan barangkali ada yang mrncurigakan. Tiba tiba andi sedikit buru buru pamit duluan karena arah rumahnya sudah dekat.
"Bro aku duluan, sakit perut" Kata andi.
Kebetulan juga tepat di persimpangan jalan ke arah rumah pakdhe broto.
"Yaudah mas hari, maturnuwun nemenin"
"Tak sekalian pulang" Ucap pakdhe broto setelah andi berlalu.
"Iya pakdhe" Kata hari yang di tinggal sendirian. Jarak rumahnya masih tiga ratus meter lagi.
Berjalan sekitar seratus meter tiba tiba muncul seorang pria entah darimana asalnya.
"Perasaan tadi tidak ada orang dari arah sana?" Batin hari penasaran, curiga dan juga sedikit was was. Perasaannya tidak menentu. Dia memberanikan diri untuk bersikap tenang.
Saat berpaspasan hari melihat pria itu. Wajahnya sangat tampan dan bersih layaknya seorang artis. Pakaiannya juga bagus dan rapi terkesan mewah dan kaya. Hari tidak mengenalinya dan merasa bahwa dia bukan warga kampung disini.
Pria itu berhenti berdiri tidak jauh darinya lalu menyapanya.
"Malam mas" Ucap pria itu.
"Malam" Jawab hari.
"Bisa minta tolong!? " Ucap pria itu.
"Iya mas, bisa" Jawab hari menyakin dirinya bahwa pria itu pria yang baik dan butuh pertolongan.
"Gini mas, listrik di rumah saya mati, gelap sekali".
" Saya nggak tahu masalah listrik" Kata pria itu.
"Oh, dimana mas rumahnya? " Tanya hari.
"Itu mas di dekat pohon waru, dekat sungai" Jawab pria itu.
"Udah di cek meterannya atau ada yang konslet?" Tanya hari.
"Justru itu mas, saya tidak tahu" Kata pria itu.
"Yaudah coba aku bantu cek ya! " Kata hari.
"Terimakasih mas" Balas pria itu.
Hari mengikuti langkah kaki pria itu berjalan menuju rumahnya dalam diam.
Hari sedikit bingung dengan jalan yang di laluinya. Melewati jalan setapak menuju sungai dan sekelilingnya kebun kebun tetangga dan juga kebun liar tak terurus. Tampak di depan ssebuah rumah yang besar dengan gaya mewah serta gelap.
Pria itu memasuki gerbang dan langkah kaki hari mengikutinya. Hari mengeluarkan senter dan menyalakannya mencari posisi meteran listrik. Bingung di carinya lalu bertanya pada pria itu.
"Mas, meterannya dimana?" Tanya hari.
"Di lantai atas mas" Jawab pria itu.
Hari sedikit bingung kenapa meteran di taruh di atas. "Mungkin pas renovasi di tinggikan bangunan trus meteran di taruh di lantai atas. Hari keluar dari teras menyorot ke atas dari halaman mencari titik meteran. Di temukannya meteran listrik itu berada di teras atas. Pria itu menunggunya di depan pintu rumah yang terbuka.
Hari melangkah mendekati pria itu dan pria itu berjalan masuk ke dalam rumah. Hari mengikuti nya dalam diam sambil menyorotkan lampu senter di bagian ruangan yang dilaluinya. Lalu naik sebuah tangga ke atas dan menuju teras lantai atas. Hari mengecek meteran ternyata hanya saklar meteran itu turun dan di nyalakan lagi oleh hari. Listrik sudah nyala dan beberapa lampu menyala di berbagai sudut ruangan. Rumah itu langsung terlihat kemewahan dan kemegahanya bagai sebuah istana kecil. Dengan perabot perabot mewah dan mahal. Terlihat bersih dan rapi tersusun berderet deret. Hari mencari pria itu yang sejak tadi tidak ada di dekatnya.
"Mas?" Panggil hari.
"Mas? " Hari mengulanginya untuk kedua kali dan tidak ada jawaban
"Mas? " Teriak hari sedikit kencang dan bingung.
"Ya mas, sebentar" Balas pria itu setelah panggilan ketiga yang hari teriakan.
Hari diam menunggu berdiri diam di tempat. Dari teras hari melihat sekeliling rumah tetangga kampung terkesan jauh dari tempatnya. Kanan kiri rumah itu tidak ada bangunan selain kebun liar dan jalan setapak dengan lampu termaram.
"Terimakasih mas, ini saya buatkan minuman dan makanan camilan" Kata pria itu datang membawa nampan berisi gelas dan tabung tempat camilan.
"Nggak usah repot-repot mas"
"Saya langsung pulang aja" Jawab hari.
"Sebentar saja mas" Kata pria itu mendesak. Hari diam menolak sungkan kalo tidak di tolak waktu sudah lewat tengah malam. Pria itu duduk di sebuah sofa kecil khusus ruangan itu. Dan hari duduk di sofa sebelahnya.
"Mas namanya siapa? " Tanya hari basa basi mengajaknya ngobrol sambil meminum gelas berisi air merah seperti sirup dengan rasa manis.
"Abdullah, panggil saja abdul" Jawab pria itu.
"Saya hari, mas tinggal sendirian?" Tanya hari.
"Nggak mas, semua lagi pada pergi" Jawab abdul.
"Oh" Ucap hari singkat.
"Mas, temani abdul sampai besok pagi ya! "
"Saya takut sendirian" Kata abdul.
"Nanti istriku nyariin mas" Kata hari.
"Nggak usah kawatir mas, tadi saya sudah ketemu istrinya mas yang lagi nyariiin mas" Kata abdul.
"Ah masak sih" Tanya hari curiga.
"Iya tadi pas mati listrik" Kata abdul.
"Yaudah kalo gitu" Jawab hari percaya dengan apa yang abdul ucapkan. Mungkin benar juga saat berpapasan abdul berjalan dari arah rumahnya.
Tak lama kemudian hari sudah merasakan ngantuk berat.
"Tidur yuk mas, ngantuk"
"Besok pagi harus berangkat kerja" Kata hari.
"Ya mas" Jawab abdul berdiri berjalan ke arah sebuah kamar tidur.
Hari mengikutinya dan melihat kamar yang mewah dengan kasur yang sangat sempuk dan nyaman. Hari merebahkan tubuhnya lalu di peluk tubuhnya oleh abdul.
"Maaf mas" Kata hari menepis tangan abdul.
"Sekali aja mas, saya takut dan terbiasa tidur berpelukan" Kata abdul.
Hari diam saja dan membiarkan nya. "Toh cuma semalam saja dan nggak ada yang aneh" Batin hari.
Hari lalu menutup matanya karena sudah sangat mengantuk.
Tangan abdul meraba raba pipinya. Hari terbangun karena kaget seperti di bangunin. Dia membuka matanya dan menoleh menatap abdul yang memandanginya.
"Mas cakep dan baik" Kata abdul.
"Hhmmm" Sungging senyum hari lalu memejamkan matanya lagi.
Abdul meraba raba tubuh hari. Semua bagian tubuhnya di raba raba. Abdul menarik sarung lalu celana nya. Abdul juga melepas bajunya hinga telanjang. Hari terbangun saat kontolnya di raba raba olehnya.
"Apaan ini? " Ucap hari bangun dan mengenakan kembali celananya dan hendak pergi. Abdul menghalanginya di pintu.
"Mas, aku bisa berikan apapun yang mas mau"
"Asal mas mau memuaskan dan menjaga rahasia ini" Kata abdul.
"Apaan?" Kata hari tegas dan marah.
"Saya kasih mas hari uang" Abdul membuka lacinya dan uang ratusan ribu banyak dalam ikatan rapi tersusun di laci.
Hari tertegun melihat banyaknya uang yang mungkin bisa jadi ratusan juta jumlah.
"Beneran? " Kata hari.
"Iya mas" Jawab abdul.
"Mas nanti boleh ambil berapa saja, mas janji jangan kasih tahu orang lain dan mas sebelum subuh harus segera pulang".
" Kalo semua mas langgar semua akan saya ambil" Kata abdul.
Hari masih tertegun melihat gepokan uang dalam laci itu.
"Mas mau kan? " Tanya abdul. Hari cuma mengangguk dan diam. Abdul memeluknya dan lalu mencium pipinya. Hari masih melihat gepokan uang di laci yang begitu banyaknya. Abdul meraba raba tubuhnya dan melepas sarung dan juga celananya. Hari masih berdiam diri dia melihat abdul yang sibuk melepas pakaiannya.
Hari sekarang sudah telanjang bulat seperti abdul. Tubuh abdul begitu putih polos dan tanpa rambut di tubuhnya. Tidak ada jembut atau bulu ketek. Hanya rambut kepala dan alisnya yang tebal. Wajahnya begitu tampan dan hidung mancung. Beda dengan hari yang memiliki rambut rambut tumbuh di dada hingga menyambung ke jembutnya.
Tubuhnya wangi dan memeluknya dengan hangat. Abdul mencumbu leher hari memberikan sensasi nyaman dan hangat lalu bibirnya mencumbu bibir hari. Hari hanya diam namun makin lama hari membalas cumbuan yang nikmat dan hangat bibir abdul yang begitu lihai mencumbunya. Hari menikmati cumbuannya namun belum merasakan sesuatu hal. Abdul lalu merunduk kebawah pelan sambil mencumbu leher dan dadanya. Di jilatinya puting hari dimana hari merasakan geli dan juga nikmat. Abdul terus mencumbu sambil mengusap usap tangannya di antara bulu bulu dada dan perutnya hingga terus kebawah menggengam kontol hari yang belum tegang. Di remas remasnya lalu berjongkok mulai mencumbu kontol hari. Hari terpaku melihat abdul yang begitu menikmati dan menyukainya.
Puas mencumbu dan menciumi aroma selangkangan juga kontol hari lalu di masukkan batang kontol yang menggantung lemas itu kedalam mulut. Abdul mengulum dan mengenyot batang kontol hari berulang ulang penuh dengan rasa. Area sensitif pada kontolnya dan rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuh hari. Sehingga batang kontolnya mulai mengrmbang dan tegang secara perlahan lahan hingga kaku keras seiring dengan gairah nafsu hari yang muncul dalam hasratnya. Hari merasakan setiap kenikmatan kenyotan batang kontolnya yang di kulum oleh abdul sehingga desahan desahan mulai terdengar lirih dari mulutnya.
"Oooouuugggghhhh..... "
Lama abdul mengulum dan mengenyot batang kontolnya lalu berdiri. Memeluk tubuh hari yang tingginya hampir sama. Di cumbunya bibir hari penuh nafsu dan hasrat yang begitu kuat. Hari terbawa suasana kehangatan dan kenyamanan yang abdul berikan. Tubuh hari dan abdul begitu erat berpelukan dan juga kontolnya saling beradu. Hari meremas remas pantat abdul dengan hasrat begitu besarnya. Lalu memutarkan badannya dan mendorong mundur tubuh abdul hingga ke ranjang. Di tindihnya tubuh abdul dan terus mencumbu bibirnya.
Abdul mengangkang dan menjepit kedua paha hari. Hari menggesek gesekkan tubuhnya begitu juga kontolnya beradu di antara kedua perut mereka. Kehasratan nafsu hari sudah memuncak dengan semanggat menggebu gebu terus menggesek gesekkan kontolnya.
"Masukin kontolnya di lobangku mas" Ucap abdul melepas cumbuannya sambil memegang kedua pipi hari dengan tatapan penuh cinta.
"Di lobang silit?" Kata hari.
"Iya?"
"Nggak apa apa? Nggak sakit?" Kata hari.
"Iya" Abdul mengangguk.
Hari berdiri dan memegang batang kontolnya. Di arahkan kepala dan batang kontolnya ke lobang silitnya. Di dorongnya masuk namun tidak bisa. Begitu seret dan agak susah untuk menembus lobang sempit itu.
Abdul meludah di tangannya lalu mengoleskan ludahnya di lobang silitnya dengan merata. Hari lalu mencoba lagi memasukkan batang kontolnya. Kepala kontolmya di gesek gesekkan sebentar meratakan ludah di lobang lalu mendorongnya masuk.
"OOUUGGHH... " desah abdul saat batang kontol hari melesat masuk hingga ke pangkal. Hari memandangi abdul yang matanya terpejam menikmatinya.
Hari menarik nya mundur pelan pelan lalu di dorongnya lagi masuk ke lobang.
Di lakukan gerakan tarik mundur dan maju keluar masuk batang kontol nya dalam lobang. Makin lama gerakan hari makin cepat seiring nikmatnya dalam desahan desahan yang abdul lirihkan.
"Oh.. Oh.. Oh.. Oh... Ssshhh... Ouh... " Abdul berulang kali mendesah setiap menikmati sodokan kontolnya. Hari semakin bersemangat dalam nafsu kenikmatan. Abdul menarik tubuh hari hingga menindihnya lalu memcumbu bibirnya. Hari membalasnya dengan penuh hasrat dan kenikmatan yang dia rasakan dan dapatkan malam ini. Rasa begitu nikmat dan hangat. Abdul menyilangkan kedua kakinya menjepit pinggul hari. Dan hari terus menggenjot pantatnya dengan semangat.
"Ough... Enak mas... "
"Ough...hmmm... Oouggghhsssaaarrghhh... Ouh.. Ouh... "
"Aku mau jadi istrinya mas hari... "
"Oh... Mas... Jangan tinggalin aku mas... "
"Ough... "
"Enak mas?" Ucap abdul menatap hari.
"Iya... Ouggghhhh... Nikmat" Ucap hari.
"Iya mas.... Tiap hari puasin aku ya mas.... "
"Ough..... " Desah abdul.
"Mas suka kan?" Tanya abdul sambil mendesah nenikmatinya.
"Iya.... Enak... Ougggh" Kata hari terus menggenjot pantatnya.
Keduanya saling menikmati dan saling mencumbu mesra penuh kehasratan. Hingga lama kemudian.
"Ough... Mas... Goyang yang kenceng mas.... Ough... Enak banget" Desah abdul menjepit kencang pinggul hari dan memeluk erat serta mencumbu bibirnya.
"Ehmmgghhh.... Ehmmmggghhhh... Ehmmmggghhh.... " Abdul mencapai klimaksnya dengan pejuh memuncrat di antara tubunya. Hari merasakan kontolnya terjepit lobang abdul yang mengedut bersamaan saat memuntahkan pejuhnya. Rasa nya begitu nikmat dan kepuasan itu mencapai klimaksnya.
"Eehhmmmggghh... Eehhmmmggghh..... AAARRRGGGGHHHH" Desah hari menengadah dan menekan dalam dalam kontolnya lalu menyemburkan pejuhnya.
Hari puas dan lemas lalu merubuhkan tubuhnya. Abdul memeluknya dan mencium lalu mencumbunya.
Puas bercumbu bibir hari bangun dan berdiri mencabut batang kontolnya.
"Kamar mandi dimana mas" Kata hari.
Abdul bangun dan berdua menuju ke kamar mandi.
Lalu berdua membersihkan dirinya dan selesai lalu berpakaian.
Keduanya saling menikmati dan saling mencumbu mesra penuh kehasratan. Hingga lama kemudian.
"Ough... Mas... Goyang yang kenceng mas.... Ough... Enak banget" Desah abdul menjepit kencang pinggul hari dan memeluk erat serta mencumbu bibirnya.
"Ehmmgghhh.... Ehmmmggghhhh... Ehmmmggghhh.... " Abdul mencapai klimaksnya dengan pejuh memuncrat di antara tubunya. Hari merasakan kontolnya terjepit lobang abdul yang mengedut bersamaan saat memuntahkan pejuhnya. Rasa nya begitu nikmat dan kepuasan itu mencapai klimaksnya.
"Eehhmmmggghh... Eehhmmmggghh..... AAARRRGGGGHHHH" Desah hari menengadah dan menekan dalam dalam kontolnya lalu menyemburkan pejuhnya.
Hari puas dan lemas lalu merubuhkan tubuhnya. Abdul memeluknya dan mencium lalu mencumbunya.
Puas bercumbu bibir hari bangun dan berdiri mencabut batang kontolnya.
"Kamar mandi dimana mas" Kata hari.
Abdul bangun dan berdua menuju ke kamar mandi.
Sayup sayup terdengar suara dari pengeras masjid dengan mengumandangkan adzan dan ada yang melantunkan ayat suci.
"Mas buruan pulang, jangan menengok kebelakang, jangan lupa pesan saya ya mas" Kata abdul sambil memasukkan segepok uang kedalam saku celananya.
"Iya mas" Jawab hari.
"Kalo mas mau bertemu dengan saya bersiul dulu tiga kali" Kata abdul.
"Kenapa?" Tanya hari heran.
"Pokoknya jangan lupa pesan saya" Kata abdul mengantarkan hari pulang sampai depan pintu rumahnya. Hari buru buru berjalan melewati kebun kebun dan tanpa menoleh kebelakang. Dia harus segera pulang karena rasa ngantuk dan lelahnya.
Keesokan paginya hari di bangunkan oleh istrinya dan aktivitas berlanjut seperti biasanya. Saat siang di tempat kerjanya hari baru teringat kejadian semalam. Apakah dia bermimpi atau tidak. Dia tidak sabar untuk segera pulang mengecek uang yang semalam abdul berikan. Sepulang kerja hari buru buru segera pulang. Hari langsung mengecek lemari pribadinya dan menemukan segepok uang yang dia simpan. Ternyata ini sebuah kenyataan dan bukan mimpi. Batin hari bergejolak dengan segala kejadian yang dialaminya. Galau dengan perasaan antara kenikmatan hubungan sex sekaligus ketamakan uang yang di terimanya. Siapa kah gerangan abdul itu.
Pikiran hari terus teringat akan abdul seorang lelaki tampan dan juga kaya. Dia ingin bertanya warga disini yang pasti mengenalnya. Karena hari sendiri baru dua hari berada di kampungnya sendiri. Sejak kedua orangnya meninggal dan mewarisi rumah yang sekarang di tinggalinya bersama anak istrinya. Dan ini hari pertama dia bekerja setelah permintaan mutasinya di setujui. Hari teringat pesan abdul untuk tidak bercerita kepada siapa pun juga. Termasuk anak istrinya.
Tiga hari berlalu dan hari sedikit melupakan dan mengabaikan tentang abdul yang pernah dia risaukan. Hari di sibukkan dengan pekerjaan dan aktivitas berumah tangga. Suatu hari tepatnya kamis malam. Seperti biasanya hari bersantai melepas lelah dan penatnya dengan bersantai di teras. Duduk sambil ngopi dan merokok seorang diri. Satu jam kemudian setelah menghabiskan kopinya hari hendak masuk untuk istirahat. Tiba tiba datang seseorang berdiri di depan gerbang rumahnya. Sejenak hari ragu dengan kehadiran orang itu karena wajahnya tidak kelihatan.
"Ya, siapa ya?" Teriak hari.
"Saya mas, abdul" Ucap pria itu yang ternyata abdul.
"Oh ya" Kata hari dan melangkahkan kaki mendekatinya.
"Mari masuk mas" Kata hari.
"Nggak usah mas, ke rumahku saja yuk" Ajak abdul.
"Nggak mampir dulu?" Kata hari.
"Nggak usah mas"
"Kenapa? Ngobrol ngobrol dulu mas" Ajak hari pengen tahu siapa abdul sebenarnya.
"Saya takut mas"
"Takut siapa?" Tanya hari menengok kebelakang arah dimana abdul menatap sesuatu. Dan tidak ada seseorang pun disana.
"Yaudah sebentar ya" Kata hari.
Hari menutup pintu rumah lalu berjalan kaki bersama abdul menuju rumahnya.
Hari masuk kedalam rumah tercium aroma wewangian.
"Wangi apa ini mas?" Hari mencium wewangian yang beda tidak seperti wewangian ruang pada umumnya.
"Iya mas, aroma terapi" Jawab abdul.
Setelah masuk dan menutup pintunya abdul memeluk dan menciumnya. Hari membalas nya dan berdua saling mencumbu.
Dalam cumbuan keduanya saling melepaskan baju lalu telanjang di ruang ruang depan. Hari sudah menikmatinya permainan dan kontolnya sudah tegang. Abdul mulai mengulum kontolnya dan hari mulai aktif menggoyangkan pinggulnya maju mundur.
"Oh.oh.oh.oh..." Desah hari.
Lama mengulum abdul berdiri dan mencumbu bibir hari.
"Mas, aku pengen di cumbu dan di puasin mas" Ucap abdul lirih. Hari tersenyum melihat kemanjaan abdul. Lalu di cumbunya bibir lalu ke lehernya. Di dorongnya tubuh abdul mundur ke belakang dan terduduk di sofa. Hari lalu mencumbu puting abdul dan mengenyot nya. Kesukaan hari yang mengenyot pentil puting istrinya.
"Ooougggh... Yaaahhhh... Enak mas... Hmmmmaaaarrghhhssshhhh.... " Desah abdul menikmati cara hari mengenyot pentilnya. Dengan gemas dan sayangnya mengusap rambut hari dan mendekapnya erat erat. Hari lalu menjilati dada dan seluruh tubuhnya yang putih bersih serta harum. Di raba raba nya kontol abdul yang besar berurat polos tanpa sehelai rambut. Lalu di kulumnya batang kontol itu.
"Ooooouuuggghhhhhh" Desah abdul lalu mengangkat kedua kakinya memamerkan lobang silitnya yang merah dan bersih.
Hari bernafsu lalu menjilatinya tanpa ragu. Dia suka menjilati lobang memek istrinya yang becek. Tetapi punya abdul sempit dan ga becek. Lidahnya menjilati lobang dan kedua tangannya menyibak belahan pantat.
"OOOHHHHH... SSSHHHHAAAARRRGGGGHHHH... ENAK MAS.... TERUS MAAAAAS..... OOOOUUUUGGGHHHHH" abdul menggeliat kenikmatan. Lama di jilatin lobang silitnya abdul lemas karena kenikmatan. Dia bangun dan duduk lalu mengangkat tubuh hari untuk berdiri. Abdul lalu mengulum batang kontolnya penuh gairah nafsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jin Gay
FantasyNamanya adalah Hari Purnomo, sejak kedua orangtuanya meninggal dan mewarisinya rumah di kampung halaman. Bersama istrinya yang sudah lama tinggal di ibukota memutuskan untuk pindah dan tinggal di desa kampung halaman. sudah puluhan tahun meninggalka...